6. keluh kesah

386 29 1
                                    

New senyum-senyum sambil memperhatikan suaminya yang sedang mencuci piring.

Dalam hati merutuki Tay yang malam ini terlihat sangat berkarisma—tidak juga sih tapi ya... ada lah sedikit karisma, sebab sebelum ada adegan cuci mencuci, Tay dengan gentl menawari bantuan kepada New yang hendak membawa peralatan makan mereka ke sink, sehabis makan malam.

Jelas New menerima bantuan suaminya dengan senang hati.

New bersandar di countertop sambil memandangi tangan berurutan Tay, dia tidak akan menyia-nyiakan tonton gratis ini, suaminya yang seksi.

he's a hot daddy, okay.

New terkekeh geli mengundang lirikan Tay yang sedang fokus membilas piring kotor.

"Why?" Tanyanya bingung.

New menggeleng tapi tidak bisa menyembunyikan senyum murahan. Ingin sekali menerjang suaminya untuk bermain-main di dapur, mumpung Ken baru saja tidur, mereka memiliki banyak waktu sebelum sang buah hati terbangun untuk meminum susu.

"Ayah." Panggil New mulai melancarkan aksinya.

Tanpa menoleh Tay menjawab. "Hmm? Why?"

Tay menyusun piring dan mangkuk ke rak piring, meletakkan sendok, garpu, peralatan memasak ke dalam kabinet dan tidak begitu memperhatikan tingkah aneh New, sampai tangannya yang masih setengah basah ditarik oleh New menuju meja makan.

Tay mengerutkan kening saat New menekannya di kursi meja makan, mau tidak mau Tay jatuh terduduk di sana.

"Kenapa?" Tanyanya heran.

Mata New menyipit, dia mengusap tengkuk seolah merasa tidak nyaman. "Kayanya abis makan salmon deh, Yah."

"Salmon?" Tay semakin tidak mengerti arah perkataan New, meskipun begitu, secara natural Tay tetap mengusap perut suaminya.

"Perutnya nggak nyaman?"

New menggeleng membuat Tay kebingungan.

"Terus?"

"Aku kepengen."

"Salmonnya kurang? Mau aku bikinin—eh salmon di kulkas masih ada kan?"

"Bukan itu Ayaaah."

Alis Tay terangkat.

"Terus apa sayangku, mau apa hm?" Tangan Tay masih terus mengusap perut New, takut kalau tidak diusap, area perut New semakin terasa tidak nyaman.

New mempautkan bibir, bergumam dalam hati kalau suaminya ini super duper nggak peka. Alhasil New pasrah dan tidak melanjutkan aksinya.

"Ngantuk." Ujar New tiba-tiba bersikap judes.

Tay mengerutkan kening sambil terkekeh geli, menyisir rambut New ke belakang lalu menarik tengkuk New agar mendekat dan mendaratkan kecupan di keningnya. Tay berdiri, melingkari pinggang New dan membawanya ke dalam pelukan hangat.

He's not 'peka' but he's quite romantic, perlakuan manis yang diberikan Tay tentu saja melambungkan kembali hati New yang sempat kecewa akibat suaminya yang tidak peka.

Bibir Tay tersenyum kemudian dia mendaratkan kecupan manis di pipi tersayangnya.

"Hari ini Ken rewel ya?" Dagu Tay diistirahatkan di pundak New, dia berbisik tepat di sisi telinga suaminya.

New menghela nafas pelan. "Lumayan, dia mulai susah tidur siang makanya kalo siang sering tentrum."

Tay mengusap punggung New. "You oke?"

New mengangguk. "Tapi aku sedih kalo ngeliat Ken nangis sampe teriak-teriak kaya gitu."

"It's oke, wajar kalo anak tentrum." Tay memundurkan kepalanya dan menatap mata New. "Hon, bilang ke aku kalo kamu lagi cepe atau lagi butuh bantuan buat jagain Ken. Kapanpun itu, mau aku lagi kerja, bilang aja ke aku."

New tersenyum. "Iya ayaaah, masih bisa dihandle kok."

"Kamu keliatan cape, hon." Tay mengusap bagian bawah mata New mengunakan ibu jari.

"Kamu juga pasti cape, kan?"

Tay menggeleng tidak sependapat. "Aku cuma kerja, kamu pasti lebih cape ngurus Ken, ngurus rumah."

"I enjoy being papa, like every day i'm always happy because aku punya Ken, aku punya kamu, aku super duper happy and feel completed." New mengatakan itu sembari tersenyum bahagia, sangat bahagia sampai dia bingung bagaimana cara mengungkapkannya.

Tay tertular senyum suaminya. "I'm happy if you're happy, however you still have to think about yourself, don't be stress okay?"

New terkekeh. "Sayang." Panggilannya.

Tay bergumam. "iya?"

"Aku cape berdiri, mau duduk."

Tay sontak menegakkan tubuh dan menatap suaminya, sedetik kemudian dia tertawa. "Maaf, mau ke kamar atau masih mau stay di sini?"

"Netflix and chill?"

"In?"

"Don't stay in the room." New mengalungkan tangannya merangkul leher Tay memberi kode agar Tay mengendongnya sampai ke lantai atas.

"As you said, hon."

Kini New bersandar manja di dada suaminya, menikmati agenda spontan di malam hari yaitu menonton film sambil meresapi belaian lembut di dalam kaos tidurnya.

Meskipun film yang Tay pilih sudah berulang kali ditonton, New tetap menikmati waktu chill nya bersama Tay.

Ketika film menayangkan adegan yang paling Tay suka, yaitu saat aktor utama berusaha melawan zombie-zombie yang sudah terinfeksi, melewati setiap gerbong dan menghabisi semua zombie untuk menyelamatkan anaknya yang berada di gerbong lain, tiba-tiba Tay merasakan gerakan kecil di lengannya.

Saat Tay menunduk dia sudah melihat wajah New yang mendongak menatapnya. Tay tersenyum, meremas lembut pinggang New.

"Kenapa?" Tay bergumam tanpa suara.

"Kamu udah berapa kali nonton ini?"

Tay menatap layar televisi, berpikir sejenak kemudian menunduk. "Nggak tau, udah sering banget."

New mendesah. "Aku udah 5 kali nonton ini sama yang sekarang jadi 6 kali. Endingnya masih bikin aku nangis, entah harus bahagia karena ada yang selamat atau as you know, harus sedih karena cuma dua orang yang selamat dan si anak kehilangan ayahnya, si istri kehilangan suaminya."

Tay terkekeh. "Aku juga."

"Apalagi waktu adegan ayahnya jatuhin diri dari kereta, oh god aku keinget adegan itu aja udah bisa nangis." New membenamkan wajahnya di dada Tay.

"Kayanya semua orang tua bakal ngelakuin hal yang sama."

New mengangguk dalam dekapan Tay, isakan pun mulai terdengar samar-samar. Tay tersenyum, menepuk kepala suaminya yang sedang menangis.

Meskipun New menikmati statusnya menjadi seorang papa dan selalu mengatakan bahwa he enjoy tapi Tay tau bahwa teman hidupnya ini sedang dalam keadaan suntuk, benar, New bahagia karena adanya Ken tapi juga ada perasaan suntuk yang berusaha diabaikan.

Sama seperti New yang selalu mementingkan pekerjaan, dulu Tay kira New cinta mati dengan pekerjaannya namun ternyata New menutupi ketidak nyamanan dengan selalu mengatakan, he enjoy.

"Cape itu wajar, namanya juga manusia. Sesekali ngeluh juga nggak papa, aku suami kamu, ayahnya Ken, kamu bisa ngeluh ke aku kapan aja sayang, jangan dipendem sendirian." Tay mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kecupan di puncak kepala New.

Malam ini terasa sedih dibalik New yang selalu menganggap dirinya bahagia.

.....




Udah dalam keadaan bahagia pun masih bisa suntuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYAH PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang