2. dogeng

586 40 2
                                    

New memperhatikan interaksi suami dan anak semata wayangnya.

Lucu, New tidak bisa untuk tidak mengabadikan momen manis ini. Momen dimana Tay berceloteh riang, mengobrol bersama Ken dan gemasnya Ken merespon dengan tawa cekikikan sampai membuat matanya hilang dan mulut kecilnya terbuka lebar.

Apa sih lucunya, melihat ayah berceloteh ngalor-ngidul, mengerti saja tidak, mungkin Ken tertawa karena melihat ekspresi ayahnya yang 'nggak banget'.

New saja menahan diri untuk tidak meraup wajah suaminya.

Lagi dan lagi suara pekikan tawa Ken terdengar.

New ikut tertawa tapi juga memberi tepukan di pundak Tay agar berhenti.

"Heh udah, anaknya jangan dikelitikin."

Tay tidak menanggapi dan masih terus mendusalkan wajahnya di perut buncit Ken.

Si bulat kecil itu terpekik kegirangan sambil mendorong wajah ayah dengan tangan-tangan imutnya.

Setelah puas membuat anaknya tertawa lepas, Tay kembali ke kegiatan awalnya yaitu mendongeng tentang apa saja, menceritakan kalau pagi-pagi ayah sudah disuruh menyiram tanaman kemudian papa bilang sekalian dipangkas aja pohonnya, waktu sudah dipangkas malah kena marah gara-gara pohonnya jadi gundul.

Kalo pohonnya gundul, seharunya bukan salah ayah dong. Wong ayahnya Ken ini punya tangan super ajaib.

Yang bener bisa rusak, yang rusak bisa tambah rusak.

Tay melebih-lebihkan ekspresi, sok dramatis.

"Menurut Ken siapa yang harus disalahin? Ayah or papa? Ayahkan nggak tau cara mangkas tanaman tapi papamu malah marah-marah sama ayah. Ken kalo sudah besar mau belain ayah ndak? Nanti Ken bilang ke papa, papa no marahin ayah, papa ayo minta maaf sama ayah, gitu ya Ken?"

Ken menggerakkan tangannya dan Tay mengartikan sebagai 'iya' dari sang anak.

Tay pun tersenyum penuh kemenangan, mengusap helaian tipis rambut milik Ken dan melirik sang suami.

"Liat? Ken nggak ngebolehin ayahnya kena marah." Katanya jumawa.

New toh cuma senyum-senyum sambil mencibir dalam hati. Oalah masih nggak terima kena marah, sekarang malah ngadu domba papa sama anak.

Tay menggendong Ken dalam dekapan, menimang sebentar sebelum mencium pipi anaknya sayang.

"Ken kalau sudah besar mau jadi apa? Pilot, mau? Eh atau jadi dokter? Atau mau jadi kaya papa, kalo jadi kaya papa, Ken bakal kaya tujuh turun—aduhhh..."

New menjambak rambut Tay karena omong kosongnya. Dia tau arti ucapan Tay,

benar, kalo jadi papa bisa kaya tujuh turunan soalnya nikahnya sama ayah kamu.

"Sakit hon..." Protes Tay. Dia meletakkan Ken di atas tempat tidur, memberikan satu kecupan di kening Ken kemudian mengejar New yang sudah lari duluan ke dalam kamar mandi.

"Buka!"

New terpingkal, mendudukkan diri di atas closet. "Nggak mau!"

"Hon, bukaaa." Tay terus menerus mengetuk dan memutar kenop pintu. "Sayang, buka. Aku nggak mau ngapa-ngapain—"

New terbahak akibat bujukan Tay. Memang dia anak kecil apa?

"Bohong banget. Aku mau bab, Ken jangan kamu ditinggal sendirian."

"Kamu yang bohong, ayo cepetan keluaaaar."

"Yatuhan orang mau bab dikatain bohong. Mau aku kasih liat kah?" New terkekeh.

New bisa mendengar decikan dari balik pintu.

"aku nggak keberatan. Cepet bukaaa!" Kata Tay.

"Sinting kamu." New terbahak kembali dan pasrah untuk membukakan pintu kamar mandi untuk Tay. "Apa?"

Tay segera masuk dan menekan New di dinding didekat wastafel, dia memutar kepalanya, memeriksa dari pintu kamar mandi yang terbuka apakah sang buah hati melihat kelakuan ayah dan papanya atau tidak, ternyata tidak.

Ken anteng memandang plafon rumah, mungkin sedang bermain bersama penjaga imajinernya.

Tay kembali menatap New, suaminya yang tengah tersenyum tanpa dosa setelah menarik rambutnya yang berharga.

Sepertinya sudah lama dia dan suami tidak melakukan hubungan intim, ah Tay jadi mengharapkan jatah di tengah hari bolong begini.

Cuaca panas yang menyengat, di dalam kamar mandi, Tay menekan tubuh suaminya, tak lama bibir mereka saling terpaut, melumat sekali dua kali, atas bawah atas bawah lalu entah siapa yang memulai lidah mereka sudah bertarung di dalam sana.

Tay semakin menekan tubuh New, menggesek sesuatu yang tegang memberi kode bahwa dia siap ke step selanjutnya.

Namun sedetik kemudian kening Tay didorong oleh telunjuk New.

New mengecup bibir Tay sekilas lalu mendengus.

"Dasar nggak tau waktu. Beresin sendiri sana, aku mau masak makan siang, bye."

Ken papamu nggak sayang ayah.

Tay keluar setelah tiga puluh menit mengurung diri di dalam kamar mandi. Saat dia kembali sudah tidak ada siapa-siapa di kamar, Ken mungkin sedang disuapi oleh New, entah dibawa kemana oleh New.

Biasanya New mengajak Ken jalan-jalan keliling rumah sambil menyuapi makan.

Tay membuka pintu balkon yang viewnya langsung ke kolam ikan.

"Anak ayah makan apa?" Tay berteriak ketika malihat suami dan anaknya sedang melihat-lihat ikan koi dari pinggir kolam.

Ken melambaikan tangan sambil meronta-ronta seolah ingin menggapai sang ayah.

"Heh heh heh, ini makan dulu..."

New lumayan kualahan mengikuti gerakan meronta anaknya. Dia mendongak, memelototi Tay yang memasang tampang tak bersalah.

"Kamu diem! Anaknya lagi makan juga!" Katanya mengomel.

Dari atas sana Tay malah cengar-cengir.

"KEN, KEN, KEEEEN, HUWAAA." Tay memulai aksinya dan anak kecil lucu bulet itu tentu bahagia saat melihat ayahnya seolah mengajaknya bermain.

Ken menghentak-hentakan kakinya ke udara sedangkan New sudah benar-benar kualahan.

"Tay, diem kek!" Katanya frustasi. Ayah dan anak sama saja, sama-sama bikin sakit kepala.

.....

Ken is listening to his father's 'tale'.

Ayah : Ken, if a zombie invaded the earth, who would Ken save first? Ayah or papa?

Papa : Your child can't even walk yet, try speaking something that makes sense!

Ayah : This is future talk, hon.

Papa : zombie invaded the earth, is there such a thing in the future?

Ayah : I saw it in the movies, it will come true someday.

Papa : Whatever you say but please don't influence the little baby.

Papa : Whatever you say but please don't influence the little baby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.....

Coba bayangkan.

AYAH PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang