[🐰🦋] ~05

193 27 4
                                    


Happy reading...

.

.

Ternyata letak kantor logistik lumayan jauh dari aula tadi. Ningning sudah melewati koridor yang panjang dan sekarang harus melewati kebun belakang. Mungkin taman NINE ini luasnya bisa buat warga satu desa atau bahkan lebih.

'aku tidak akan mau menjadi pelayan jika bukan karena gaji yang begitu tinggi beserta keuntungannya. Oh, apakah aku sudah menjual nyawa saya?' Ningning mengehela pelan

"Gadis jelek, siapa kamu sebenarnya?! Bagaimana kamu bisa mahir dalam teknik mencicipi anggur!?" Suara Ayara begitu keras meneriakinya.

Ningning mendongak, ia bisa melihat empat orang peserta terakhir yang dikalahkannya di tes tadi. 'apa katanya tadi? Kenapa aku mahir di tes terakhir? Tidak. Jangan bilang! Kalau tidak ayah pasti menertawakan aku'. Batinnya. Ningning memejamkan matanya sebentar. "Siapa bilang hanya keluarga bangsawan yang mampu mempelajarinya? Apakah rakyat biasa tidak boleh mempelajarinya?" Ucapnya santai

"Hmp, rakyat biasa? Kamu adalah seorang penipu yang ingin menikah dengan orang kaya. Lihatlah dirimu. Jelek. Aku sarankan kamu segera keluar dari taman NINE". Ujar Ayara angkuh

"Kalau saya tidak mau?" Ningning mengangkat sebelah alisnya

"KAMU CARI MATI!" Teriak Ayara mendorong Ningning membuatnya jatuh terduduk dengan kacamata yang terpental entah kemana. 'sakit!' ucapnya membatin

"Beri dia pelajaran dengan baik". Perintah Ayara menekankan kata pelajaran pada yang lainnya. Ketiga gadis yang berada di belakang Ayara sudah bersiap ingin menghabisi Ningning.

'ck, bagaimana ini?' ucap Ning dalam hati. Pasalnya tubuhnya masih merasakan sakit akibat di dorong Ayara.

"Perlihatkan padaku apa yang mampu kalian lakukan!" Suara dingin itu berasal dari belakang Ningning.

Empat orang di depan sana bergetar ketakutan melihat siapa yang datang. "Tuan Jaemin" ucap Ayara bergetar sambil membungkuk

"Berani sekali kamu memperlakukan pelayanku seperti ini!?"

"Ini..."

"Pergi! Kamu tidak boleh lagi masuk dalam taman NINE ini!"

"Baik"

Jaemin melangkah menghampiri Ningning yang masih terduduk di tanah. Posisi Jaemin masih berdiri di depan Ningning. "Kamu tidak apa-apa... Kan?" Tanyanya

Ningning mendongak bertatapan dengan iris hitam itu. "Oh?"

'huh!' pupil mata Jaemin melebar, sekejap dia tersenyum "he!"

Ningning yang melihat senyum itu mendadak kaku. 'ops! Kacamata...' segera dia meraba-raba sekitarnya. Setelah mendapatkan kacamatanya ia langsung memakainya. "Saya baik-baik saja tuan Jaemin". Ucapnya berlagak bodoh.

Jaemin mengulurkan tangan berniat membantunya berdiri dan lainnya mungkin? Ningning menerima uluran itu, dengan cepat Jaemin menariknya hingga jarak mereka benar-benar dekat. Jaemin menatap sebentar guna menyelidiki sesuatu. Jaemin mendekatkan wajahnya ke telinga Ningning dan membisik. "Setelah dapat seragam kerja maka cepatlah kembali ke taman NINE ya! Ning.... Ning!" Bisik Jaemin dan menjeda namanya. Tubuh Ning kaku. Melihat Ningning yang masih terdiam Jaemin mengecup telinganya. Dengan cepat Ningning mendorong tubuh Jaemin menjauh. "Iya. Iya. Tuan Jaemin..." Ning langsung kabur dari sana meninggalkan Jaemin yang masih setia berdiri menatapnya terkekeh pelan.

.
.

Kantor logistik

"Ini seragam kerja kamu". Seorang wanita memberikan seragam berwarna hitam putih.

ROYALSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang