Kaisoo - 1.5

78 5 0
                                    

"Soo, ku mohon bertahan lah. Hiks hiks. Aku mohon." Panik, pria itu terus berjalan cepat sambil mendorong ranjang yang di tempati istri nya. Tak henti-henti nya doa terapal dalam hati.

"Mohon maaf  tuan. Anda silahkan menunggu di ruang tunggu. Istri anda akan kami ambil alih dari sini, permisi." Ujar salah satu perawat yang menangani wanita tersebut.

"Andwe... aku ingin didekat istri ku. Saya mohon, sus." Kata nya memohon.

"Mohon maaf, tuan. Istri anda harus segera dapat penanganan. Kalau tidak , nyawanya bisa saja tidak tertolong. Dari itu, mohon kerja sama nya." Tegas dokter yang ikut menangani.

"Kalau begitu, tolong selamatkan istri saya, dok. Saya mohon."

Dokter dan suster mengangguk, lantas pergi membawa pasien yang sudah bersimbah darah tersebut.

Pria itu terduduk lemas, hanya bisa menangis tersedu saat melihat istri nya memejam mata dengan wajah pucat. Darah di pergelangan tangan nya tak henti mengalir. Setiap tetesan itu, membuat pria itu menangis kencang.

"Bodoh...bodoh. Bagaimana bisa tidak sadar kalau di luar sudah tidak ada suara. Kau bodoh, Kai. Jangan maafkan dirimu jika sesuatu terjadi pada nya." Monolog pria itu pada dirinya sendiri.

Ya, dia lah Kai, pria yang kini sedang berada di rumah sakit. Dengan bercak darah di baju nya, ia menampakkan kepanikan.

Sebelumnya...

Kai yang sudah bersiap membawa lembar kontrak nikah keluar kamar, terkejut begitu membuka pintu. Tak jauh dari pandangan nya, ia melihat Kyungsoo sudah berlumur darah dengan sayatan di pergelangan tangan kiri nya. Di tangan kanan, sudah tergenggam pecahan vas bunga yang ia dengar sebelum nya.

Jongin berteriak histeris saat melihat Kyungsoo sudah pucat tak sadarkan diri. Tak butuh waktu lama, ia pun sigap membawa Kyungsoo ke rumah sakit.
.
.
.
Empat jam kemudian

Kyungsoo masih setia memejam mata, seolah enggan melihat dunia. Meski dokter sudah mengatakan bahwa Kyungsoo telah melewati masa kritis, namun kenyataan nya ia masih ingin tidur nyenyak.

"Soo, maafkan aku. Aku mohon, sadarlah..." Ujar nya lirih sambil menangis. Sedari tadi ia terus menggenggam tangan istri nya, menunggu sadar.

Kai terisak dalam tundukan. Ia berfikir, mungkin Kyungsoo benar-benar lelah dengan nya sampai berusaha untuk bunuh diri.

Sekarang ia mengerti, bahwa terlampau banyak rasa sakit yang Kyungsoo terima karena nya. Kai semakin merasa sesak jika mengingat semua perlakuan nya terhadap Kyungsoo. Kali ini Kai berjanji akan menuruti semua permintaan Kyungsoo, sekalipun itu perpisahan. Kai akan menuruti nya.
.
.
Sudah enam jam Kyungsoo di rawat di rumah sakit, namun kedua orang tua Kai belum juga di beri tahu. Kai masih takut jika harus mengatakan pada kedua orang tua nya. Bagaimana ia menjelaskan tentang Kyungsoo? Kai tidak tahu.

Mengenai Kyungsoo, ia sudah sadarkan diri 30 menit yang lalu. Hanya saja Kyungsoo enggan bicara pada Kai. Ia hanya terus diam mendengar ocehan pria itu.

Kai terus mengucapkan kata maaf dan terima kasih karena sudah mau membuka mata. Ia masih saja menggenggam tangan Kyungsoo sambil menangis. Kyungsoo ikut menangis, namun ia tetap bungkam. Hanya satu kalimat yang keluar dari mulut Kyungsoo.

"Tinggalkan aku, aku ingin sendiri."

Meski enggan, tapi Kai hanya menuruti. Setidaknya, ia akan memberi waktu pada Kyungsoo.

🪷🪷🪷

Hari sudah malam dan Kai masih setia menunggu Kyungsoo di rumah sakit, sayang nya para orang tua tidak ada yang tahu. Kai masih takut untuk menghadapi kemarahan orang tua nya. Ia belum siap. Kalau bisa, jangan sampai orang tua nya tahu. Pengecut memang, tapi Kai benar-benar belum siap.

One Shoot & Mini SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang