18

148 5 0
                                    

Sudah dua minggu mereka berpacaran. Yang awalnya canggung lama kelamaan mereka semakin dekat. Nana juga sudah mulai untuk mempercayai Byan lagi walaupun belum sepenuhnya.

Byan hari ini di sekolah seperti biasa sibuk dengan kegiatan OSIS nya. Nana juga sudah pasti bersama Shasha dan Aurel.

Nana, Aurel, dan Shasha sedang berjalan dengan santai menuju kantin. Tetapi banyak sekali segerombolan siswa dan siswi berdiri di depan papan pemberitahuan dengan heboh.

Mereka bertiga ikut bertanya-tanya ada hal apa yang terjadi sampai banyak siswa dan siswi bergerombol.

"Eh liat itu dulu yuk? Ada apaansi." ajak Nana kepada Shasha dan Aurel.

"Anjir, serius Na?" tanya Aurel tidak percaya.

"Tumben banget anjir ni anak kepo." cibir Shasha. "Ck, gue manusia anjir." ucap Nana sambil menarik tangan Shasha dan Aurel lalu menyerobot ke yang paling depan. Nana mengerutkan alisnya membaca poster yang tercantum di papan.

Aurel dan Shasha membulatkan kedua matanya tidak percaya. "Na, Byan bisa main gitar?!" teriak mereka berdua dengan kompak.
"Lo berdua mau bikin gue budeg apa gimana si?" teriak Nana sambil mengusap kedua telinganya yang mungkin dalam waktu dekat sudah tidak bisa mendengar.

"Hehehhe sorry Na."

Mereka bertiga keluar dari gerombolan para siswa dan siswi yang semangat membicarakan hal itu.

"Eh gue ke perpus ya."

"Yah anjir gajadi ke kantin Na?" ucap Aurel dengan kecewa. "Tau nih sepi gaada lo." dilanjut dengan Shasha.

"Energi gua udah habis, mau diisi dulu."

"Ck, kebiasaan. Yaudah gue sama Shasha beli makanan ya, nanti kita nyusul." ucap Aurel dan bergegas berjalan bergandengan dengan Shasha. Mereka berdua melambaikan tangan cukup lama untuk Nana.

Setelah Nana membalas lambaian tangan, ia langsung bergegas menuju perpus. Tujuan ia ke perpus sebenarnya bukan untuk mengisi energi nya kembali. Nana sibuk dengan pikiran nya sendiri yang sedang bertanya-tanya.

Perpustakaan yang luas dan sepi hanya ada aroma buku-buku lama. Nana memutuskan untuk duduk di meja dan kursi yang paling pojok. Ia menaruh kepalanya di meja dan memejamkan mata.

Tenang, sunyi dan sepi. Tak lama ada suara langkah kaki yang berjalan menuju kearah Nana. Nana yang masih asik memejamkan mata langsung kaget karena ada yang menyentuh rambut panjang nya yang masih terurai.

Nana bangun dan menebas tangan yang memegang rambut nya. Sebelum akhirnya melihat siapa orang nya, "Kak Dion?" alis Nana mengkerut bingung.

Nana melihat sekeliling tidak ada orang kecuali pria di depan nya. "Gue duduk sini ya." ucap Dion yang langsung menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Nana.

Dion tertawa melihat Nana yang masih membeku dan mencerna situasi. "Biasa aja kali, tegang banget."

"Hahaha ngga kok, Kak."

"Gue kira lo tidur Na. Ngapain disini sendirian?" tanya Dion sambil melihat sekeliling hanya ada buku-buku yang tersusun rapih di rak.

"Gapapa, Kak. Lagi kepengen aja." jawab Nana seadanya.

"Oh gitu." jawab Dion paham yang dimaksud Nana. Dion yang kehabisan topik pembicaraan memutuskan bertanya, "Na, cowo lo bikin ekskul band ya?"

"Loh Kak, kok lo tau?"

"Anjir, banyak anak-anak yang ngomongin. Gimana sih Na."

"Oh iya juga si."

"Gue kira cowo lo cuma bisa ngajak ribut doang. Ternyata bisa main gitar juga." Nana hanya tertawa garing saja dengan apa yang Dion katakan. Pasalnya ia juga baru tahu hari ini.

"Ekhem. Asik ya berduaan di tempat sepi gini." ucap seseorang yang menyender di rak buku dan menatap tajam ke arah Nana.

Dion yang tadinya duduk santai langsung berdiri dari kursi nya, "Eh, Na gue pamit ya." Dion langsung berjalan pergi meninggalkan Nana yang membeku di kursi nya.

Byan berjalan mendekati Nana dan duduk tepat di sebelahnya. Byan menghela nafas kasar dan menaruh kepalanya di meja dan memejamkan mata seperti yang dilakukan Nana tadi.

Dia marah?

Nana yang bingung dengan sikap Byan, ia mulai mencolek bahu Byan dengan jari telunjuk nya. Setelah beberapa menit Byan tidak bergeming apa yang dilakukan Nana.

Akhirnya laki-laki itu bangun dan menatap mata Nana yang penuh penasaran. Byan mengambil kunciran di tangan Nana dan menguncir rambut panjang Nana. Nana hanya membiarkan apa yang dilakukan oleh Byan.

Setelah Byan menguncir rambut Nana. Nana memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Byan."

"Hm?" Byan masih fokus menatap mata Nana sambil mengelus pipi mulus milik Nana.

"Gaada yang mau di obrolin nih?"

"Ngga." jawab Byan dengan singkat dan masih fokus dengan yang ia lakukan.

"Byan!" Byan tersenyum tipis melihat pacar nya yang menggemaskan kalau sudah merengek. Ia melingkarkan tangan di pinggang Nana dan kepala nya bersandar di bahu Nana.

"Kepo banget." bisik Byan dengan nada jahil nya. Merasa tak ada sahutan dari Nana, ia melepaskan pelukan nya dan menatap mata Nana dengan serius.

Byan mendekatkan kepalanya, jarak mereka kira-kira hanya 5 cm. Byan menunjuk ke arah pipi nya sambil tersenyum bahagia.

"Kalo cium, gue kasih tau sekarang. Kalo ngga, besok aja."

Ck. Bisa stress gue kalo begini tiap hari.

Nana yang baru ingin melakukan hal yang Byan tawarkan tiba-tiba ada dua orang berisik yang sedang berjalan ke arah mereka. Nana yang kaget bukan nya mencium malah menampar pipi milik Byan.

"Na, ssshhh." desah Byan merasakan perih dibagian pipi yang di tampar oleh Nana.

Pacar gue tenaga nya oke juga. Nih pipi perih bener dah. Ekspresi nya kalo khawatir lucu banget. Kerjain ah.

"Hayo, ngapain lo berdua disini?" tanya Shasha mengintimidasi.

"Byan maaf. Maafin aku. Kekencengan ya aku mukulnya?" Nana menghiraukan keberadaan Aurel dan Shasha. Justru malah mengkhawatirkan Byan yang diam sambil memegang pipinya.

"Na!! Sakit." rengek Byan sambil memegang pipi nya. Nana yang panik mendengar rengekan Byan sibuk mengelus pipi milik Byan.

Laki-laki itu malah memainkan mata nya ke Aurel. Mengkode agar mereka pergi meninggalkan Byan dan Nana berduaan.

"Ck, berdua malah ngedrama. Nih makanan lo Na. Lanjutin pacaran nya." ucap Aurel tersenyum sambil menarik Shasha untuk pergi.

"Makasih ya!" teriak Nana kepada Aurel dan Shasha yang sudah menjauh dan dibalas lambaian tangan oleh mereka.

Nana yang atensinya kembali ke Byan, melihat pacarnya cengengesan sendiri. Nana yang paham langsung mencubit perut laki-laki itu.

"Ssjhh Na."

"Lo ngerjain gue ya. Gak lucu tau gak." omel Nana sambil menatap sinis Byan. Byan yang melihat Nana justru semakin menggemaskan, langsung memeluk pinggang pacar nya lagi dengan erat.

"Hehe maaf ya sayang. Tapi tadi beneran sakit kok. Kamu penasaran soal band ya?" ucap Byan dengan lembut sambil mendongak kan kepalanya menatap mata Nana.

"Hah? ngga." Nana mengelak pasalnya kini ia kepo dengan apa yang dilakukan Byan.

Byan yang melihat Nana mengelak tersenyum tipis. "Ck, ketahuan bohong nya." Byan mencolek hidung mungil Nana dengan telunjuk nya.

"Iya-iya. Aku kepo. Cepetan kasih tahu makanya."

"Hah? Kamu mau makan tahu, Na?"

"Byan!" Byan yang mendengar Nana berteriak memanggil namanya tertawa terbahak-bahak.

Bilangnya gimana ya. Masa gue kasih tau kalo cemburu gara-gara ngeliat sketchbook nya dia kemarin.

"Na, itu gara-gara-"

BYANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang