Radi, sampai detik ini dialah pemenang yang menjadi cinta pertama aku harap ia menjadi pertama dan terakhirku. Aku menyukainya cukup lama aku mengagumi aku tertarik apapun tentang dia.
Kalanya aku dengannya didalam satu situasi, itu awal mula aku tertarik dengannya. Saat itu disebuah perpustakaan kecil diujung jalan aku ingat betul saat itu sedang hujan, hujan yang tepat aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Lelaki itu lucu, ia terlihat kecil namun dibanding denganku aku kalah jauh dia tampan aku sempat ternganga dan mengabaikan buku ditanganku demi melihat betapa indahnya dia.
Namun pandanganku pecah saat ia tiba tiba memperhatikan ku balik, pasti ia akan berpikir "Apa perempuan itu gila? Gak jelas" Aku lari pandangannya, siapa yang tak malu jika diposisiku? Aku lari ke rak buku bagian belakang dan menutupi muka dengan buku. Kacau aku malu setengah mati, aku ingin pulang namun kaki ku lemas jika harus melewatinya. Pikiran pendekku pun berkata, aku akan menunggu dia pergi lalu aku bisa pergi dengan tenang.
Satu jam... Dua jam... Telah berlalu, aku intip dia masih ditempat yang sama dan tetap membaca bukunya. Aku benar benar tidak berani keluar, alhasil aku mencari buku lain dan membacanya setelah itu aku membacanya. Posisi duduk ku saat itu bertolak belakang dengan dia, hanya berbatas satu rak dengannya.
Fokusku hanya tertuju dengan bacaan, aku tidak memperhatikan sekitar bahkan aku lupa alasanku tidak pergi dari tempat ini.
"Ehmn"
Aku terkejut sangat tiba tiba di sampingku ada orang, sesadarku tadi aku hanya yang duduk di bangku ini. Bola mataku dengan tenang melirik kearah orang yang berada di sampingku, betapa kagetnya aku "Kenapaa dia tiba tiba disini??? Aku harus bagaimana, seseorang tolong aku" ucapku lirih, sangat lirih namun tidak tau jika dia bisa mendengarnya. Lalu dia mulai berbicara denganku.
"Mba juga baca buku itu ya?"
"I-iiya nih hahaha" jawabku dengan canggungnya.
"Maaf nih mba, nanti kalo sudah selesai bacanya boleh kasih ke saya gak?" Dia juga terlihat canggung, aku memperhatikannya saat dia menggaruk tengkuknya.
"Ini baca aja gapapa" dengan cekatan aku langsung memberikan buku itu dengan sedikit berat hati.
"Eh, jangan mba. Mba selesain dulu nanti kalo sudah baru kasih ke saya"
"Tapi aku ingin membawa pulang buku ini, bagaimana?"
"Gak masalah, soalnya disini tinggal itu yang mba bawa. Jadi saya bingung mencari kelanjutannya" dan lagi dia menggaruk tengkuknya.
"Kalo mba gak masalah, boleh minta nomor ponselnya? Nanti kalo mba udah selesai mba bisa hubungi saya" pintanya saat itu.
Nikmat apa lagi yang aku dustakan tuhan, tuhan benar benar baik. Secepat ini kah? Haruskah aku juga menyiapkan wedding organizer?
"Boleh, sebentar ya" aku mengambil kertas kecil dan juga pensil lalu menulis nomor ponselku lalu memberikan kepadanya.
"Terimakasih banyak ya mba. Nama saya Radi mba, salam kenal ya" dia menjulurkan tangan dan memberiku senyuman.
Gila aku bisa gila, bagaimana jika aku pingsan apa dia mampu membopongku? Dia sangat sangat sangat amat tampan tuhan. Tolong dengan sangat tolong jodohkan aku dengannya.
"Aku Laily. Panggil aku Lail saja jangan mba" canggung, sangat canggung tanganku rasanya dingin dan sedikit berkeringat. Entah saat menjabat tangannya dia merasakannya atau tidak.
"Oh iya Lail, maaf ya"
"Kalo begitu aku pamit dulu, nanti aku kabarin dulu. Jangan lupa ya, Radi. R-A-D-I" dia mengatakan sambil pergi dari sampingku. Dia pergi. Dia pergi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Bendera putih, aku tidak kuat aku ingin pingsan.
Dari situlah hubungan belum berstatus mulai jelas. Hanya karena satu kesamaan, aku dengannya mulai dekat. Batinku kapan lagi dengan semudah ini.
Next or Next
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE ME [On Going]
Fanfiction"Maaf La" Tuturnya sambil menunduk, matanya tidak mampu menatap Laily. Ia benar benar menyesal dengan apa yang terjadi "Maaf, maafin aku" Laily, Laily hanya berdiam sambil menahan air matanya. Laily tidak menjawab sepatah kata pun. Hanya tidak meny...