Secret Love Song (1)

986 71 82
                                    

(Hopefully)
TWO SHOTS


WARNING SIGNS!!

Our favourite pairing in this story is very OUT OF CHARACTER 🫰

If you don't really like it, SKIP IT 🙏

If you don't have anything nice to say, DON'T SAY ANYTHING AT ALL 😁

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Sher??" Sadam terdengar panik ketika mendapati ruangan itu dalam keadaan gelap. Hanya cahaya lampu kota dan bangunan-bangunan megah di balik jendela kaca itu yang membuat Sadam akhirnya bisa membiasakan matanya. Dan hal pertama yang dia temukan adalah koper berwarna biru tua itu di sudut ruangan, membuatnya semakin panik. "SHERINA!!"

Sadam segera saja membuka salah satu pintu yang ada di dalam ruangan itu. Dan dia menemukannya. Disana, di depan tempat tidur itu, di dalam kegelapan Sadam melihat gadis itu tertunduk memeluk lututnya. Bahu itu bergetar hebat ketika Sadam menghampirinya.

"Neng?" Sadam berjongkok tepat dihadapan perempuan itu. Mengangkat wajah yang dari tadi disembunyikan pemiliknya. Dan seketika itu juga Sadam merasakan nafasnya tercekat. Wajah cantik itu terlihat menderita. Senyum indah yang paling disukai Sadam itu kini digantikan dengan air mata yang sepertinya sudah sejak tadi ada disana. Pria itu semakin hancur ketika mata mereka bertemu dan Sherina semakin terisak kemudian menghambur ke pelukannya.

Sadam mempererat pelukannya, membiarkan ketika perempuan itu menumpahkan air matanya disana. Sial, Sadam ingin sekali menghancurkan apapun dan siapapun yang sudah membuat Sherinanya seperti ini. Tapi tidak sekarang. Tidak saat sahabatnya tersayang itu sedang membutuhkan kehadirannya.

Pria itu lantas membenarkan posisi duduknya tanpa sedikitpun melepaskan pelukannya. Membiarkan Sherina merayakan apapun yang melukai hatinya.

**********

Sadam menatap sedih pemandangan di depannya. Sherinanya terlihat begitu berantakan. Tidak, bagi Sadam, Sherina selalu cantik apapun yang terjadi. Bahkan saat ini, ketika luka itu terlihat jelas sudah menghancurkan dunianya Sherina tetaplah yang terindah.

Perempuan itu menghentikan lamunannya dan tersenyum tipis menerima gelas dari Sadam. "Makasih."

Sadam tersenyum lantas menghempaskan tubuhnya di samping Sherina secara berlebihan. Membuat perempuan itu menatap tak suka.

"Sorry, kebiasaan." Sadam tersenyum kecut menyadarinya. Pria itu kemudian menatap ke seluruh penjuru ruangan itu. "Kayaknya emang kita butuh orang deh buat ngerawat tempat ini. Yaa, minimal kalau kamu dateng lagi buat nangis bau ruangannya nggak apek-apek banget. Nggak baik buat kesehatan." Goda Sadam membuat Sherina memukul ringan lengannya sambil tertawa pelan.

"Dam, makasih ya. Udah mau dateng."

Sadam menatap lama kemudian tersenyum lembut. " Udah mendingan?" Tanyanya membuat Sherina mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu meraih ponselnya di meja di hadapan mereka. "Makan di luar yuk? Laper banget. Jam segini.."

"Aku liat mereka semalem." Sherina terdengar dingin ketika tiba-tiba berbicara. Tapi gadis itu masih bisa tersenyum ketika dia membalas tatapan Sadam yang sudah hampir berdiri. Namun perempuan itu kembali mengalihkan pandangannya. Kemanapun asal bukan mata teduh itu." Dewa sama mantannya. Di Aussie, di hotel tempat aku sama dia honeymoon dulu."

"Sher." Sadam kembali duduk mencoba menenangkan.

Sherina sekali lagi tak bisa membendung air matanya saat menatap Sadam. "Di kamar yang sama, Dam." Katanya sebelum membiarkan Sadam memeluknya. Menumpahkan semua kekecewaannya disana. "Kenapa Dewa jahat banget sama aku, Dam? Kenapa dia Setega itu sama istrinya sendiri? Apa salahku, Dam?"

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang