Bab 2 (Grazia widiarti)

49 5 2
                                    


Happy reading

******

Aku tak paham apa yang baru saja aku ucapkan. Yang benar saja orang baru aku kenal 1 hari langsung kumintai bantuan.

Seaakan mulutku berbicara dengan sendirinya. Aku enggan menatap wajahnya, cowo itu juga nampak belum sepenuhnya sadar apa yang baru saja aku ucapkan. Sepertinya dia begitu shock mendengar ucapanku.

" apa masalah kamu sehingga mencari gerbang cahaya itu. Gak mungkinkan kamu cuman penasaran sehingga perharuhkan nyawamu ke desa itu."

Benar aku tidak sebodoh itu untuk hanya karna penasaran memasuki desa itu dan mempertaruhkan nyawaku.

"aku lagi nyari ayahku yang hilang 5 tahun lalu di desa itu. Dan aku perlu bantuan seseorang untuk mencari cara bagaimana menemukan gerbang cahaya." aku menjelaskan niatku sembari berbalik menatapnya dengan tatapan serius.

Terlihat dari raut wajahnya cowo itu juga serius. " kamu mencari orang yang tepat. Aku juga butuh  bantuan seseorang untuk menemukan kakakku yang hilang di desa itu juga."

Aku cukup terkejut, tak menyangka ternyata cowo ini juga sedang mencari kakaknya yang sama sama menghilang seperti ayahku.

Lebih terkejut lagi saat tahu bahwa
Ibu dari cowo ini adalah suku asli penghuni desa Antasari.

Deric sudah menceritakan kisah hidupnya saat kakanya yang menghilang dan ibunya yang ternyata suku pinopi.

Kami berdua saling berbagi cerita dan info agar lebih mudah menjalankan misi kami. Saat ini aku sedang berada di ruang makan.

Ternyata sudah tengah malam, waktu terasa begitu singkat sampai kami lupa untuk makan malam.

Mamanya deric sudah ke kota sore tadi sebelum aku sadar dan akan kembali tiga minggu lagi. Jadi hanya kami berdua di rumah ini.

Dilihat dari rumahnya deric bukanlah anak orang miskin. Aku bahkan tidak tahu ada rumah semewah ini di desa ku. Maklum saja rumah ini berada tidak jauh dari hutan Benggala. Letak hutan Benggala dengan desaku terbilang cukup jauh.

Berbeda lagi dengan sekolah bisa di bilang jarak sekolah dengan hutan Benggala cukup dekat tapi tidak dekat dekat amat.

Aku baru sadar ternyata jarak rumah deric malahan lebih dekat dengan sekolah, mungkin gak banyak yang tahu karna tertutupi oleh pohon pohon di halaman rumah ini yang cukup tinggi.

Kenapa keluarga ini membangun rumah di kelilingi hutan seperti ini. Pantas saja banyak suara suara hewan disamping rumah. Dalam hati aku bertanya apa mereka bisa tidur nyeyak ?.

Lupakan soal rumah.

Di meja makan sekarang kami duduk saling berhadapan. Mamanya deric ternyata sempat menyiapkan makan malam untuk kita. Entah kenapa dirumah sebesar ini tidak ada pembantu, akupun tak terlalu memikirkannya.

Suasana meja makan tampak sunyi, hanya ada deru sendok yang mengisi kesunyiaan. Deric maupun aku tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Dikeluarga ku dilarang berbicara saat sedang makan, mungkin deric sama halnya denganku.

Kami sama sama menyelesaikan makan malam kami, Lalu masing masing membersihkan piring.

Kami kembali ke kamar masing masing. Aku memilih menempati kamar tamu alih alih tidur di kamar mamanya Deric.

Besok adalah hari libur kami. Kami diliburkan selama 2 atau 3 minggu lamanya. Itu adalah kesempatan emas kami untuk menjalankan misi. Berhubung mamanya deric tahu cara keluar dan masuk hutan Benggala tampa tersesat membuat kami makin semangat menjalankan misi.

Sebenarnya mamanya Deric tidak tahu rencana kami, tetapi untuk rahasia keluar masuk hutan tersebut, Deric mengetahui nya.

Dulu ia pernah tidak sengaja mendengar mama dan papanya membicarakan cara mencari kakaknya.

Untuk masuk ke hutan benggala yang penuh sihir ilusi alam mereka harus mengenakan 5 batu warna berbentuk kalung merah, gelang hijau, liontin biru, cincin kuning, dan terakhir jiwa murni batu putih yang terkubur dalam diri seorang suku pinopi asli.

Itu yang didengar Deric saat menguping pembicaraan mama dan papanya.

Tiga minggu adalah waktu yang mereka punya sebelum masuk sekolah dan mamanya Deric pulang kembali.

Kami harus menemukan batu batu tersebut dikamar mamanya Deric besok pagi. Lebih cepat lebih baik.

Sekarang bukan lagi 2 hari aku akan tinggal disini tetapi 3 minggu. Itu adalah kesepakatan yang kami bicarakan tadi.

Untuk itu aku harus menemui nenekku untuk memberitahunya biar tidak khawatir. Aku berencana berbohong untuk kelancaran rencana kami.

Ibuku ??

Aku tidak akan menemuinya sebelum ayah kembali. Aku juga terlalu takut untuk memberitahukan nilaiku. Dia pasti akan memarahiku dan menyiksaku seperti 5 tahun lalu.

*****

Kilauan cahaya memantul memasuki jendela kamarku untuk 3 minggu ini. Aku terbangun dan mengucek ngucek mataku.

Aku menatap jam waker yang menunjukkan pukul 08:40. " apa dia sudah bangun? " monolog ku.

Berjalan menuruni tangga aku melihat Deric sedang asik menonton tv dengan segelas kopi di depanya.

" H-hai selama pagi?" aku berusaha tidak kikuk menyapanya. Dia membalas dengan senyuman tipis seperti biasanya. " Hai. Bagaimana kamar barunya. Kalau lu gak nyaman bilang sama gue biar lu bisa tidur di kamar nyokap gue."

" gak kok aku nyaman nyaman aja." aku membalas jujur. " emmm gimana jadi gak kita cari batu-batunya."

"yaudah ikut aku sini." aku menurut mengikuti langkah Deric. Dia membawaku ke kamar mamanya. Deric keembali menatapku.

"aku udah 7 tahun nyari batu batu itu. Jadi aku yakin disetiap sudut kamar ini tidak ada yang menunjukkan keberadaan batu itu." wajahnya terlihat lesu, aku tahu dia pasti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan batu itu.

Kalau dipikir pikir tidak mungkin mamanya Deric semudah itu menyimpan batu batu tersebut. Apa dia menyembunyikanya di tempat rahasia ?

Aku menyelusuri setiap sudut kamar. Kamar ini bisa dibilang kuno namun elegan, didingnya yang bertema perak dan gold meningkatkan kesan kemewahan kamar ini.

Terdapat sebuah lemari yang mengoleksi patung patung mungil yang menarik perhatianku. Aku mendekati patung patung tersebut.

Ada yang aneh...

Patung tersebut tidak tertata pada tempatnya, seperti ada yang mengacaknya dengan sengaja. Patung penari balet itu kalau dilihat dengan teliti lagi gerakan nya salah. Sebagai anak bahasa, senilah yang paling kusukai, tah ayal berbagai jenis tarian selalu kuketahui.

Aku memegang patung itu lalu menatapnya dengan tataan yang benar. Aku tersenyim simpul melihat hasil penataanku.

Dreekk... Dreekkk... Dreekk

Tiba tiba secara mengejutkan pintu rahasia terbuka dari rak rak patung tersebut.

Aku berbalik lalu mentap Deric yang juga mentapku bengong. Dia kembali menyadarkan dirinya dan tersenyum lebar kearah ku.

" good girl "

Kami berdua memutuskan untuk masuk bersama. Ruangan yang gelap membuat Deric menyalakan senter hpnya.

Dia berjalan mendahuluiku dan aku berjalan dibelakang  punggungnya. Derik mencari saklar lampu dan menyalakannya.

Kami dibuat kagum dengan ruangan tersebut. Dengan cantik keempat batu yang kami cari tertata rapi membentuk lingkaran. Disetiap batu tertutup oleh kaca yang dikhususkan untuk menutup barang barang bersejarah.

Ditengah bundaran batu batu itu terdapat tulisan dilantai.

Hanya dua orang yang berjiwa murni pinopi yang dapat membuka segel ke4 batu. Dua orang itu adalah mereka yang keturunan orang buangan (zeon) dan orang terhormat (xeon).

*****

Semoga suka sama ceritanya.
Next gk yah.

Desa AntasariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang