Chapter 3

323 18 4
                                    

Mulai Bermasalah




1 tahun 3 bulan ...

Singapura.

Seorang pria berbadan besar mendalami konsentrasi mengeluarkan stamina energik sudah tidak perlu diragukan lagi terlatih. Matanya melesat satu inti bagaikan ingin membantai tangan kosong, napas teratur dan emosi yang stabil lebih mudah mengendalikan diri selagi sekujur tubuhnya lebih mengeksplorasi. Penampilannya sekarang seperti terguyur oleh hujan deras yang datang tidak berhenti, setiap rintikan keringat turun bersamaan ayunan tangan dari otot-otot keras mengepal kuat memukul samsak sampai terdengar suara kencang dari kepiawaiannya.

Pria dengan tinggi 186 dan raut wajahnya yang kentara tegas, hidung runcing sengaja menumbuhkan bulu kasar yang tumbuh di atas bibir dan berewok sehingga membuat sosok besar itu lebih matang dalam segala hal. Kerabat hampir tidak mengenalinya bahwa perawakan itu dari seorang Gibran Manggala Agnibrata. Pria itu sekarang berlatih lebih keras mengasah kemampuan tidak melupakan olahraga kesukaannya, Kickboxing.

Setelah menurutnya cukup lama berolahraga memilih duduk di kursi tempat tas yang ditinggalkan. Gibran membuka botol mineral meneguk sampai sisa setengah. Suara ponsel terdengar dari dalam tas, nada panggilan yang sengaja dibedakan membuat Gibran melihat siapa yang menghubungi.

Gibran, kapan kamu berencana pulang?

“Ada sesuatu penting?” tanya Gibran sembari tangannya mengelap berpeluh keringat di leher menggunakan handuk kecil.

Oma ingin kita kumpul keluarga secara lengkap, beliau sudah sangat menginginkan hal itu terjadi. Kamu juga hampir jarang bertemu putrimu, Elok. Apa yang kamu kerjakan di sana? Sampai Bening parno kamu selingkuh atau bisnis?” Asregaf, saudara tiri Gibran satu Ayah.

Asregaf lebih tua daripada Gibran. Mereka hanya berbeda dua tahun sebagai saudara tiri. Ibu Mirah, Ibu kandung Asregaf sudah menikah lagi tanpa memiliki anak. Sedangkan mantan suaminya, Gandawasa, Ayah dari Asregaf dan Gibran, juga sudah menikah setelah beberapa bulan Kainisa meninggal. Gandawasa menikahi adik kandung dari Ibu Gibran, Lahita.

“Benar. Bilang saja saya di sini sedang bisnis selingkuh, banyak kekasih saya di sini bahkan menyantuni istri-istri simpanan saya. Ini kami sedang bisnis bergumul di kasur. Mau video call lihat kami telanjang?”

Jiannn sampean!” makian Asregaf bahwa kalau Gibran bercanda pasti terdengar serius, tidak ada tertawa ataupun basa-basi. “Aku hanya menyampaikan apa yang istri kamu khawatirkan. Setidaknya kamu pulang ada alasan rindu anak.”

Gibran tidak sengaja menoleh bertatapan bersama wanita satu room yang sedari tadi awal terus-terusan meliriknya ganjen, wanita bule itu seperti berharap agar Gibran tertarik kepadanya. "Goblok kalau kalian mempercayai perkataan saya barusan,” tuturnya sungguhan. “Lain waktu saya pulang, selagi Mahmoud bekerja dengan baik di perusahaan kemungkinan saya lama di sini.”

Sekalian menyenangkan manuk-mu, kan?

“Manuk? Rudal.” koreksi Gibran.

Mbelgedes. Yo wis, jangan lupa pulang. Kami menunggu kamu dengan selamat ke tanah air sendiri bertemu keluarga.” pungkas Asregaf mengakhiri obrolan bersama Gibran.

Gibran meletakkan ponsel dan bangun hendak pulang ke rumah milik Mbah lanang yang masih memiliki aset di Singapura. Rumah itu menjadi tempat penginapan keluarga misalkan ingin liburan di Singapura. Kepalanya mendongak melangkah lurus sedangkan wanita tadi masih mencuri perhatian Gibran menduga seakan ingin menghampiri, nyatanya Gibran berbelok membuka pintu keluar membuat wanita rajin olahraga itu berkecil hati.

Gundik KangmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang