"Azura, besok-besok kalo makan bakso jangan yang pedes, jadi sakit gini siapa yang repot?"
Azura dan Karam kini sedang berada di ruang UKS. Akibat Azura yang makan bakso di kantin dengan sambal yang ia tuang sebanyak tiga sendok itu berakhir terbaring di brankar UKS.
"Karam marah ya? Zura minta maaf kalo gitu, Zura ga tau kalo makan bakso pedes bisa bikin perut sakit." Tutur Azura tampak menyesal.
Karam menghela nafas sejenak. Tangannya terulur untuk mengelus surai lembut milik Azura. "Ga ada yang marah, Azura. Aku cuma khawatir. Kalo sakitnya makin parah gimana? Aku ga mau kamu kenapa-napa."
Dibalik penuturan yang Karam lontarkan, Azura tersenyum kecil. "Zura suka kalo kamu khawatir gini. Zura ngerasa Karam benar-benar sayang Zura."
"Tapi aku ga suka ada diposisi ini. Mengkhawatirkan keadaan kamu itu adalah hal yang paling aku ga suka, Zura. Aku mau kamu selalu baik-baik aja." Sela Karam serius.
Raut wajahnya menampilkan mimik datar. Ia tidak suka ketika perempuan yang ia cintai sedang terbaring lemah.
"Dan satu lagi, aku ga pernah bohong soal sayang sama kamu, Azura." Sambung Karam menjelaskan.
Cowok itu kemudian berdiri dari duduknya. "Kalo perutnya sakit lagi kamu harus langsung telfon aku. Sekarang istirahat, nanti setelah kelas selesai aku ke sini lagi." Azura tersenyum dan mengangguk.
*****
Karam Naufal Bara, seorang siswa berprestasi di SMA Kencana. Bahkan warga sekolah pun sudah tidak kaget lagi saat Karam menjuarai banyak perlombaan. Pujian akan kemampuannya sudah banyak Karam dapatkan.
Namanya pun sudah tak asing lagi di telinga banyak orang. Salah satu murid kesayangan banyak guru dan tak ketinggalan Pak Yusri selaku pembina Karam dalam mengikuti perlombaan.
Saat ini pula Pak Yusri sedang mengajar di kelas 11 MIPA 1, kelasnya Karam.
"Ada yang bisa menjelaskan dari pertanyaan bapak tadi?" Tanya pak Yusri pada murid di dalam kelas.
Pandangannya mengedar ke tiap sudut kelas. Menatap satu persatu murid di dalamnya.
"Selain Karam!" Sambung pak Yusri saat melihat Karam hendak mengangkat tangan.
Semuanya diam, tak ada satu orang pun yang menjawab pertanyaan pak Yusri.
"Apakah pertanyaan saya terlalu sulit? Kan saya juga sudah pernah menjelaskan nya bukan? Mengapa tidak ada yang bisa menjawab?"
"Baik kalo begitu, karena jam pelajaran sudah habis, pertanyaan tadi dijadikan tugas saja. Minggu depan akan saya tanyakan, mengerti semuanya?"
"Mengerti pak!"
Pak Yusri kemudian mengangguk, ia mulai membereskan buku-buku di meja. Matanya tak sengaja melihat bangku kosong di samping Karam. "Karam, kenapa meja di samping kamu kosong? Kemana Azura?" Tanya pak Yusri.
"Azura ada di UKS pak, dia sedang sakit." Jawab Karam.
Pak Yusri kembali mengangguk. "Karam, kesini sebentar." Panggilnya kemudian.
Karam lalu segera berdiri dan mendekati pak Yusri. "Apakah kamu masih tetap tidak mau pindah ke kelas unggulan, Karam? Di kelas unggulan materi yang diajarkan akan lebih cepat dan itu akan baik untuk kamu karena kamu cepat memahami materi, Karam. Kalau di kelas biasa ini materi nya akan lambat karena siswanya juga lambat memahaminya."
Karam memang murid yang sangat pintar. Seharusnya murid yang pintar seperti Karam itu di masukkan ke kelas unggulan untuk pelajaran yang lebih baik lagi. Namun berbeda dengan Karam, cowok itu tidak ingin dipindahkan ke kelas unggulan tersebut.
"Bagi saya setiap kelas itu sama saja pak. Disini kami semua sama-sama belajar, termasuk saya. Jadi saya tidak ingin ada perbedaan kelas itu pak, jika ada teman di kelas ini yang kesulitan memahami pelajaran, saya mungkin bisa membantunya. Kami semua di sini sama-sama belajar dan saling membantu pak." Kata Karam.
Pak Yusri tersenyum dan mengangguk, tangan nya menepuk pelan bahu Karam. "Baiklah kalau begitu karam. Jika ini pilihan kamu saya tidak mempermasalahkan nya."
"Terima kasih pak."
Sejujurnya, Karam tidak ingin pindah kelas karena ia ingin tetap di kelas ini bersama dengan Azura. Ia tetap ingin duduk bersebelahan dengan Azura. Apapun itu ia ingin tetap berada di dekat Azura.
"Oh ya, dua bulan lagi akan ada olimpiade tingkat nasional. Saya berencana akan mendaftarkan kamu. Sebelum pulang kamu ke ruang saya sebentar ya?"
Karam mengangguk, "baik pak."
*****
"Udah pada pulang semuanya ya?" Gumam Azura saat masuk ke dalam kelas untuk mengambil tasnya.
Azura membereskan buku-buku nya yang berada di laci meja dan memasukkan nya ke dalam tas. Sebenarnya sakit di perut Azura telah menghilang dari satu jam yang lalu, namun cewek itu tertidur di UKS hingga jam pulang sekolah.
"Karam kemana ya? Apa dia udah pulang duluan? Kok dia ga temui aku dulu sih?"
Saat Azura berjalan keluar kelas, tiba-tiba seseorang berdiri tepat dihadapannya.
"Zura, ngapain ke kelas sendiri?!" Sentak Karam.
"Aku cuma mau ambil tas aja kok, perut aku juga udah ga sakit lagi."
"Seharusnya kamu tunggu aja di UKS, biar aku yang bawa tas kamu ke sana." Ujar Karam.
"Aku pikir kamu udah pulang."
Karam melangkah lebih dekat pada Azura. "Apa mungkin aku pulang tanpa kamu dan ninggalin kamu sendiri di sekolah?"
Azura menyengir menampilkan gigi ratanya. "Hehe aku lupa kalo itu ga mungkin."
Karam langsung beralih mengambil tas Azura dan menentengnya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menggenggam tangan cewek itu.
Keduanya berjalan menyusuri koridor menuju parkiran sekolah.
"Karam, nanti aku pengen makan ice cream." Cetus Azura menatap Karam yang 10 cm lebih tinggi darinya.
Karam balas menatap Azura. "Boleh, ada lagi?"
Azura tersenyum lebar, "aku juga mau jalan-jalan ke taman kota. Terus beli makan kucing juga buat piyo."
Azura selalu ingat dengan kucing kesayangan nya itu. Kucing yang telah menemaninya selama hampir dua tahun.
Karam mengacak pelan rambut depan Azura. Ia tak kalah senangnya bisa melihat Azura tersenyum dengan lebar.
Azura itu adalah sebagian hidup Karam. Karam begitu sangat mencintai Azura, begitu pun sebaliknya. Karam akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Azura. Karena Azura merupakan sesuatu yang tidak ada gantinya bagi Karam.
*****
Halooo readers...Selamat membaca cerita barukuu
Jangan lupa vote dan follow author yawww
See you next chapter!!
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK TERGANTI
Teen FictionKaram Naufal Bara, adalah sosok laki-laki yang sempurna bagi Azura. Karam memiliki paras yang digemari oleh kebanyakan remaja, ia juga mempunyai prestasi yang selalu membanggakan sekolah nya. Selain sekolah nya, Azura juga bangga pada Karam. Azura K...