Happy reading ❗
Baskara di temani oleh Chandra tengah dalam perjalanan menuju kota yang di maksudkan oleh Chandra, bahwa lelaki itu memberikan tempat di sebuah desa kecil.
Dalam perjalanannya Baskara tidak hentinya untuk berdoa. Berdoa agar Izora mau menemuinya. Mungkin, tidak untuk bersama kembali seperti dulu, tetapi Baskara mau menemani Izora sampai melahirkan nanti.
Keinginan Baskara mungkin terlalu banyak, tetapi apakah ia tidak boleh untuk berharap. Semua keputusan Izora apapun itu akan Baskara terima, siap tidak siap Baskara menghargai setiap keputusan Izora. Segala yang terbaik menurut Izora akan Baskara lakukan.
"Sebentar lagi kita sampai."
Suara Chandra membuyarkan segala lamunan Baskara. Kini ia menjadi gugup. Apa yang harus ia ucapkan pertama kali ketika bertemu Izora nanti. Gugup membuat perutnya mulas dan Baskara berkeringat dingin.
Dari jarak kurang dari sepuluh meter terlihat rumah kecil yang sangat asri, banyak pohon mangga dan juga bunga yang tidak sedang mekar tertanam di depan rumah itu.
Mobil berhenti tepat di depan rumah itu dan Chandra segera bergegas untuk keluar, menyisakan Baskara yang masih duduk diam di atas jok mobil.
"Bas, kita sudah sampai." Lagi, Baskara melamun. Kemudian ia pun turun dari mobil, melihat sekeliling rumah. Sejuk dan sangat asri, karena Baskara sampai disana pada sore hari. Izora pasti betah tinggal di sini, sedikit menenangkan hati Baskara yang sejak perjalanan kemari selalu merasa gelisah.
Baskara berjalan beberapa langkah, di hadapannya dapat ia lihat, satu perempuan dengan daster selutut, bermotif bunga dengan perut buncitnya tengah menyirami tanaman bunga yang belum mekar. Itu pasti Izora, Baskara yakin sekali. Rambut hitam Izora di potong pendek sebahu, sangat cantik.
"Izora?" Panggil Chandra.
Lalu Izora pun menoleh, melihat siapa yang telah memanggil dirinya. Baskara masih diam sampai mata keduanya bertemu. Baskara pandangi Izora masih dengan ia yang tidak bergerak satu langkah pun dari tempatnya.
Hati Baskara bagai di remas, luka yang ada di dadanya seakan di beri garam, perih dan semakin terluka. Izora nya yang cantik terlihat sangat kurus. Bagaimana bisa dalam keadaan hamil besar tetapi berat badannya tidak bertambah.
"Bang, Chandra." Ucap Izora.
Izora melihat di sebarang ada Baskara tengah melihat kearah dirinya, tetapi Izora pikir itu hanya halusinasi, efek karena terlalu rindu mungkin apalagi tinggal menunggu waktu untuk proses kelahirannya.
"Kamu terlihat kurus? Apa makanan disini kurang enak?" Tanya Chandra, ia pun sama khawatirnya dengan keadaan Izora. Apalagi Chandra merasa bertanggung jawab dengan Izora saat ini.
"Aku makan banyak kok bang, Abang tenang aja. Bayi kecil juga sehat." Izora berusaha menutupi, tetapi Chandra cukup tau jika Izora berbohong padanya.
Duduk di ruang tamu yang cukup sederhana, dengan Chandra, Baskara dan juga Izora. Keduanya masih diam, apalagi Izora, ia masih tidak yakin jika di hadapannya ini adalah Baskara. Inginnya memeluk tapi Izora pikir ia sudah tidak mempunyai hal lagi semenjak Baskara pergi tanpa mengatakan apapun. Lalu apakah Baskara tahu jika ia tengah mengandung bayinya saat ini.
Tentu Baskara pun sama, ia juga ingin memeluk Izora, mengatakan jika ia rindu. Ingin meminta maaf atas semua yang telah terjadi. Namun bibir Baskara kelu, ia tidak bisa mengatakan apapun. Terlalu malu pada Izora, semua kata yang ia tangkai kini hilang entah kemana.
Chandra disini sebagai penengah sekaligus orang yang cukup bertanggung jawab atas keadaan keduanya. Chandra pun akan mulai menjelaskan awal masalahnya darimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara & Izora - END (Suga x Iu)
RomanceKetika mimpi lain terwujud dan kita harus kehilangan apa yang telah kita miliki