PROLOG

220 18 1
                                    

"HUAAA BANG HADEV!!!" Pekik seorang gadis cantik membuat seseorang yang tengah memejamkan matanya terganggu.

"ABANG!! JAVAS AMBIL MATCHA PUNYA ALE!!" Pekiknya melengking membuat pemuda bernama Hadev itu mau tak mau membuka matanya. Melirik apalagi perdebatan antara Ale dan adiknya.

"Vas! Balikin napa? Biar Ale diem. Gue capek mau tidur," Ujar Hadev kesal. Javas memang begitu, selalu menganggu Aleinora sampai-sampai kalau sudah kesal bukan main, Ale selalu berteriak meminta perlindungan pada Hadev.

"Yaelah, bang. Gue cuman minta secuil doang koret, amat!" Javas kembali menyerahkan yogurt rasa matcha itu pada Ale.

"Ya beli dong! Lo kan banyak duit," Ujar Ale sambil menerima yogurt matcha miliknya, ia mendengus sebal, Ale sudah tak nafsu minum yogurt kesukaannya itu karena sudah ada jejak mulut Javas. "Nih, ah, gak jadi! Udah gak mood! Jorok ada bekas mulut bau lu!"

"Etdah bocah edan, ketimbang gue nyedot dikit doang lu jijik! Tai lo!" Javas melirik Ale sebal, ia merampas kembali susu yogurt rasa matcha itu.

"Gua sumpahin mulut lu lebih bau dari mulut gua!" Ujarnya Javas kesal.

"ENAK AJA!! MULUT LO TUH BAU BANTAR GEBANG! UDAH BAU, BANYAK CABE NYANGKUT LAGI!!" Bentak Ale.

"HEH ANAK BABI YA LO NGATAIN GUE SEENAKNYA!! GUA SUMPAHIN GIGI LO OMPONG!!"

Beberapa detik sampai akhirnya terdengar...

"Hikss..." Kali ini, tidak ada lagi balasan yang keluar dari mulut Ale, melainkan isakan yang mulai memenuhi ruangan itu membuat Hadev yang mendengarnya langsung mengehela nafas berat. Padahal ia sudah hampir sampai mimpi tadi.

"Kok Javas ngomongnya gitu sih? Ale kan jadi takut. Harusnya Javas kalau bercanda ya bercanda biasa aja, jangan ngatain gigi Ale ompong hiks..."

"Perasa banget lo ah gak seru!"

Hadev menghela napas berat, ia merubah posisi rebahannya menjadi duduk. Perdebatan antara adiknya dan Ale selalu saja berujung Ale yang menangis karena ucapan Javas terlalu pedas.

Hadev menarik pergelangan tangan Ale, membawa ke dalam pelukan hangatnya. "Udah, jangan nangis. Abang bilang juga apa? Kalau berantem sama Javas diemin aja. Jangan di bales," Ujar Hadev mengelus surai Ale.

"Tapi Javas yang duluan, bang." Adu Ale.

"Pergi lo Jav! Jangan usilin Ale mulu. Gue capek, mau tidur." Ujar Hadev. Kali ini, Hadev tidak main-main. Ia sudah terlalu lelah menghabiskan waktunya di kampus sampai-sampai ia tidak tidur seharian. Niatnya ke rumah ingin istirahat, tapi malah pertengkaran Ale dan Javas yang ia dengar.

Javas segera pergi dari sana. Hampir setiap hari Javas dan Ale bertengkar, berakhir Ale yang selalu menangis karena merasa kalah. Mereka memang selalu begitu, bertengkar sepanjang hari membuat Hadev menjadi penengah antara mereka berdua. Tapi lama-lama Hadev juga lelah. Mereka tidak ada habisnya bertengkar.

"Masa Ale di doain ompong, coba, bang?" Tanya Ale sambil mengelap ingusnya menggunakan t-shirt Hadev.

Hadev menghela napas berat, bajunya pasti kotor sekarang. "Iya, udah jangan di dengerin. Abang capek, Le, mau tidur. Lo juga tidur gih," Ujar Hadev melepaskan pelukan mereka, tangannya terulur mengelus jejak air mata Ale.

"Tidurin, bang."

***

HAHAHA maaf mendadak pengen bikin cerita ini😭

WELCOME TO HAVED & ALE🌷

Mahasiswa vs Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang