Fuuka masuk ke dalam Asrama, di sana ia melihat Ayumi tengah duduk di sisi Ryuu, keduanya terlihat asik mengobrol. Gadis itu pun mengurungkan niatnya untuk mendekat lalu memilih duduk di salah satu kursi dekat Pantry, tak lama Kaito muncul dari balik pintu lalu melirik sekilas pada Fuuka dan dibalas tatapan tajam gadis itu.
"Tahun ini kita akan ikut di cabang Sex grup" Ucap Kaito di sambut riuh suara siswa laki laki yang kegirangan. Pasalnya Tahun lalu mereka hanya mengikuti cabang Squirt time dengan empat tim yang diturunkan, meski ke empat nya memenangkan Gold medal.
"Di cabang Sex grup ini akan diisi oleh tiga siswi dan sembilan siswa. Sisa nya bebas akan ikut di cabang manapun." Seisi ruangan riuh, bersorak senang mendengar penuturan ketua mereka. Fuuka merasa lega karena ada kesempatan untuk dirinya tidak mengikuti kompetisi itu.
"Kusarankan Ayumi dan Ryuu ikut cabang Squirt Time, aku yakin kalian akan memenangkannya" ujar Kaito sembari tertawa, ruangan kembali riuh oleh tawa mereka. Pasalnya semua orang sudah tahu kehebatan tangan Ryuu yang seringkali berhasil membuat beberapa teman wanita sekelasnya merasakan ejakulasi yang jarang sekali di gapai itu.
"Tentu saja, Senpai" jawab Ryuu menyeringai sembari menarik Ayumi ke dalam ciuman, gadis dengan Lingerie mustrad itu melingkarkan kakinya di pinggang Ryuu, kedua nya terlihat panas tanpa menghiraukan sorakan seisi ruangan.
"Ketiga Bintang tahun ini adalah Reira Aisaki, Mikuru Hazuki, dan Maki Yoshine, Aku percaya dengan kehebatan kalian bertiga." Fuuka menatap tiga gadis yang disebut Kaito, ketiganya kini berdiri di tengah ruangan. Mata Fuuka terbelalak saat Reira dan Maki menurunkan Sleepdress mereka ke lantai. Begitu pula dengan Mikuru yang kini hanya terbalut Bra dan G-String berwarna hitam.
"Apakah kalian mau menerima tugas ini?" Tanya Kaito yang kini berdiri diantara ketiganya, jemari tegasnya mengelus payudara Mikuru. Mebuat gadis itu menggelinjang menahan sengatan gairah yg disalurkan Pria di hadapannya.
"Dengan senang hati, Senpai. Ini adalah impianku sejak masuk ke Grup ini" jawab Mikuru seraya mengecup pipi kanan Kaito. Fuuka berdecih saat tatapan dirinya dan Kaito bertemu, Pria itu menyunggingkan senyum pada Fuuka saat Mikuru mulai melingkarkan lengannya pada leher Kaito.
Keduanya terlibat ciuman panas, mikuru melingkarkan kakinya di pinggang Kaito, bibir mereka saling bertaut, memagut dengan penuh nafsu di tengah-tengah perhatian seisi ruangan, namun tiba-tiba Kaito menghentikan ciumannya.
"Kurasa ini saatnya kalian latihan" ujar Kaito seraya tersenyum. Ia menurunkan tubuh Mikuru lalu berjalan mendekat kearah Pantry, berdiri disisi kanan Fuuka. Gadis itu berubah menjadi waspada, kini ia merasa dalam bahaya jika berada dekat dengan Kaito.
"Karena besok hari libur, berlatih lah mulai malam ini. Dan untuk Fuuka, karna ini Competition pertamamu, Aku yang akan menjadi patnermu." Lanjut Kaito di seru teriakan histeris seisi ruangan. Fuuka menatap tajam ke arah Kaito, ia merasa laki laki itu mulai mempermainkan dirinya.
"Aku keberatan, Aku tidak bersedia ikut..." kata-kata Fuuka terhenti saat bibir Kaito meciumnya, melumat Kissable gadis itu dengan rakus. Fuuka berusaha tetap sadar saat serangan Kaito begitu mengejutkan dirinya. Ia berusaha mendorong tubuh Kaito namun tenaganya tidak sebanding dengan lawannya. Kaito menarik pinggang Fuuka ke dalam dekapannya, mengurung tubuh ramping itu diantara Pantry.
Pertahanan Fuuka runtuh, kaki nya seperti berubah menjadi Jelly, ia menyerah saat Kaito tidak berhenti dengan serangannya. Tubuh Fuuka hampir jatuh namun dengan sigap Kaito mendudukan gadis itu di atas meja Pantry.
"Nikmati saja yang ada disini, dengan begitu Kau bisa bertahan dan membalaskan dendammu pada orang yang sudah mejebakmu di tempat ini." Bisik Kaito saat ciuman keduanya terlepas. Fuuka terengah, namun matanya tidak lepas dari sosok pria di hadapannya, ia benar-benar merasa kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Life
RomanceFuuka tidak menyangka orang tuanya memasukan ia ke sebuah Sekolah yang aneh, berbagai macam kejadian Vulgar dan Erotis ia saksikan di sana, bahkan ia dipaksa membaur. Tentu saja itu semua membuat kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. D...