14. Serba Salah

136 19 2
                                    

Selepas adzan maghrib, Gio keluar dari kamar dengan kaos tim bola kelasnya waktu SMA serta sarung kotak-kotak. Persis seperti abang-abang yang suka meronda dimalam hari berjaga kompleks perumahan.

"Abis ngeronda dimana bang?" ledek Jemima menyengir, menatap kearah Gio yang mengambil posisi kosong dihadapannya. Keduanya terpisah oleh meja.

Diatas meja ada laptop, asbak dengan sisa puntung rokok, serta kertas-kertas laporan milik Gio yang masih berserakan, belum sempat dia beresin.

"Abis beribadah kepada yang Maha Kuasa." sahut Gio tanpa berniat riya.

Jemima cekikikan sambil mencibir, "Ibadah kok pamer-pamer?"

Tuh kan. Makanya Gio males nih harusnya gak usah dia jawab aja.

"Tai lah serba salah." ucapnya kesal. Ternyata counter Gio yang menyebalkan selama ini adalah Jemima karena memiliki energi yang sama, jelas Gio kalah meladeni cewe itu. Ini kalo Ares tau, diledek habis-habisan sih dia.

Jemima tertawa sambil fokus menatap layar laptop, membuat power point untuk tugas presentasinya besok. Dia lupa kalau besok ada tugas, untung Anya mengingatkannya tadi. Jadi dia pinjam laptop milik Rey dan langsung mengerjakan tugasnya.

"Anya mana?" tanya Rey, dari arah dapur menggendong Wulan yang gelendotan manja dalam pelukannya.

"Gua denger orang ngobrol tadi di lantai 2, kayanya Anya sama Ian deh di balkon." bukan Jemima yang menjawab, melainkan Gio.

Rey refleks mendongak. "Ohya? Tumben."

"Tumben apanya?" tanya Jemima bingung.

"Si Ian ngobrol sama cewe." sahut Rey, kemudian duduk disofa dalam posisi memangku Wulan.

"Jadi maksud lo Ian..." tanya Gio menatap horror kearah Rey. "Pantes aja sering barengan sama Ares."

"Bukan gitu goblok!" seru Rey kesal, lagian ada-ada aja pemikiran ngawur Gio itu.

"Maksud gua tuh Ian jarang ngobrol sama orang baru, apalagi berduaan gitu. Dia rada introvert sih." jelas Rey meluruskan maksud perkataannya.

Jemima mengangguk kepala setuju. "Iya ya, awal kenal Ian gue pikir tu anak bule anjir soalnya ngomong Indonesia belepotan kaya gak fasih gitu." sahut Jemima, mengingat awal-awal dia kenal Ian tahun lalu saat mereka berkenalan karena pindah ke kontrakan ini.

"Setau gua si Ian emang gak besar di Indonesia." sahut Gio, sukses menarik perhatian dari Jemima dan Rey secara bersamaan.

"Tau darimana lo Yo?" tanya Rey penasaran. Dia baru tau fakta yang Gio katakan barusan.

"Gimana ya bilangnya? Gua kan nongkrong sama temen gua, nah temennya temen gua nih ngajak tukeran ig. Yaudah followan, terus dia liat ada nama Ian yang follow gua, jadi dia nanya gua kenal sama Ian darimana, gua bilang kita sekontrakan. Terus sempat dia cerita soal Ian, katanya mereka satu sekolah waktu SMA tapi pas kelas 12 doang. Dia asalnya dari Australia katanya, lupa gua apasih namanya Blueband blueband gitu nah disitu deh. Emang dia lahir disini tapi dari kecil besar diluar negeri, baru balik pas SMA. Itu sih yang gua tau." jelas Gio bercerita.

Jemima dan Rey manggut-manggut paham. "Oalah pantesan hawa bule nya kerasa banget, emang beda ya tumbuh kena udara negara luar. Bikin jadi bule-bulenya gitu." ucap Jemima ngawur.

Sedangkan Rey geleng-geleng kepala. "Btw, namanya Brisbane Yo bukan blueband." sahut Rey mengoreksi sambil tertawa.

Gio garuk-garuk kepala. Ya gak tau lah dia soalnya lupa.

Jemima tergelak tertawa. "HAHAHA BLUEBAND LU KATA MENTEGA APA?"

"Gua bekep lu ya pake bantal!" ancam Gio sambil mengangkat bantal, hendak membekap wajah Jemima. Cewe itu langsung menggeser tubuhnya, memeluk kaki Rey yang duduk diatas sofa tidak jauh darinya, mencari perlindungan dengan wajah takut-takut.

camaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang