Part 1 of 2 : Kehidupan yang manis

3 1 0
                                    

Senang. Aku sangat senang. Kehidupan yang dirasakan oleh orang-orang akhirnya aku merasakannya. Keluarga yang utuh. Hidup bahagia. Tidak ada kesedihan. Ayah, ibu dan juga aku. Tidak ada orang lain lagi. Ibu mengajarkan ku selalu tersenyum. Ayah yang mengajarkan ku cara berjalan yang benar. Ibu dan ayah yang mengajarkan ku tutur kata yang indah. Aku tersenyum seperti yang ibu ajarkan padaku. Aku berjalan dengan benar sesuai ajaran ayah. Dan juga aku bertutur kata yang indah seperti yang diajarkan ibu dan ayah.

Aku sangat menyayangi kalian, aku mencintai kalian. Kalian adalah harapan ku. Kalian adalah hidup ku.

Ibu, ayah hiduplah untuk anak mu ini. Apa kalian tega melihat anak kalian tumbuh tanpa orang tua? Dimana kalian? Mengapa aku tidak memiliki orang tua? Aku membenci kalian! Kenapa ibu harus melahirkan ku? Kenapa ibu dan ayah mengajarkan banyak hal padaku? Kenapa kalian pergi? Aku sendirian. Aku ingin ikut dengan kalian.

"Ibu..."

"Ayah..."

Kemana kalian pergi tanpa membawa ku? Apa yang terjadi dengan kalian? Mengapa aku tidak bisa bergerak?

"Seseorang tolong selamatkan ibu dan ayah ku. Tolong selamatkan mereka. Jangan biarkan orang tua ku pergi!"

Nafas ku tercekat. Suara ku tiba-tiba menghilang.

____________________________________________

Membuka mata lalu menatap sekeliling. Aku berkata lirih "Apa ini?" ku edarkan pandangan ku dengan benar. Bergerak pelan untuk memahami semua ini.

"Eksperimennya selesai." Dia memekik dengan senang sembari melihatku.

"Eksperimen?" gumam ku pelan. "Apa maksudnya?" aku menatap nya heran.

Seseorang masuk kedalam. "Ada apa? Apakah berhasil?" Dia menatap antusias kepada ku lalu beralih menatap orang pertama yang ku lihat di ruangan ini.

Orang yang ditanyai langsung menganggukan kepalanya dengan semangat. "Aku pasti berhasil dengan ini."

Wajahnya. Dia terlihat antusias seperti memiliki kupon saja.

"Ya ya. Sekarang cobalah aku ingin melihat bagaimana eksperimen mu!" orang kedua itu berkata bersemangat. Dia memberikan perintah kepada orang pertama.

Melirik meja disamping tempat ku. Mengambil sebuah remot control? Lalu mengarahkan padaku? Tunggu?! Apa ini? Aku ingin berteriak tidak bisa. Seperti ada sesuatu yang menghalangi.

"Tet." Menekan remot itu dan mengutak-atiknya. Dia memberikan perintah. "Aku adalah tuanmu. Kau akan menuruti perintahku."

Seperti bak sihir 'sesuatu' yang mengalahangi itu sudah terlepas. Aku tersenyum. "Baik Tuan." membulatkan mata. Aku terkejut. Itu bukan kata-kata yang ingin aku keluarkan.

Orang itu tersenyum puas. "Sepertinya dia ajarkan dengan baik oleh kedua orang tuanya." menjeda sebentar "Aku sangat menaruh harapan pada gadis ini."

Kedua orang itu senyum puas. Menatap ku dengan binar dan penuh harapan. Apa arti tatapan itu? Rasanya aku ingin memukul wajah keduanya.

"Dia tidak akan memberontak bukan?"

"Tentunya."

"Kau yakin?"

"Dia tidak akan memberontak. Aku sudah memasukan beberapa 'chip' ke bagian dalam tubuhnya."

A Sliver Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang