Angin sejuk menerpa wajah penuh kesedihan dengan lembut. Membiarkan benda tak berwujud itu menerpanya dengan damai. Sejenak membiarkan ketenangan dalam diam tanpa berkata. Kehidupan yang sebenarnya sedang terjeda sejenak.
Realita yang sedang menunggu berjajar di segala arah. Mengambil arah ke barat, realita sedang menunggu. Mengarah ke selatan, realita pun sedang menunggu. Kemana pun arah aku melangkah, para realita sedang menunggu tuannya menjemput.
Aku tidak mau melangkah kemana pun. Aku takut. Aku sendirian. Mereka tidak disampingku. Lebih baik aku diam tanpa melangkah. Menunggu perintah. Aku tidak bisa melangkah kemana pun yang aku mau. Tubuhku menolak digerakkan. Aku harus menunggu perintah darinya.
Tolong. Seseorang tolong aku. Tolong aku untuk lepas dari genggaman nya. Aku tidak ingin diberikan perintah ataupun menunggu perintah. Aku ingin melangkah sendiri. Untuk tujuan ku sendiri. Bukan untuk tujuan orang lain.
Itu yang aku inginkan sebenarnya. Tetapi aku tetap alat yang diperintahkan oleh tuannya. Menunggu perintah untuk tujuan tuannya. Tidak bisa memberontak. Ketakutan yang luar biasa ketika aku akan memberontak. Ingatan itu terus menghantui. Ingatan yang tidak akan bisa dihapuskan. Orang-orang tersayang ku. Kenapa sangat menyakitkan rasanya?
Aku sudah lelah. Sudah lima tahun nya aku seperti ini. Tidak merasakan apapun. Sangat kosong.
____________________________________________
"Hei." menolehkan kepala, melihat siapa yang meneriaki ku. Sial sekali, aku tenggelam dalam lamunan ku sendiri.
Berdiri dari tempat berteduhku. Tersenyum lembut menyapa dia yang meneriaki ku. "Kenapa masih disini?" dia bertanya menatap heran ke arah ku yang lagi-lagi melamun.
"Kau tak apa?" bertanya khawatir, dia memegang kedua pundakku dengan mengguncangnya sedikit.
Terbuyar dari lamunan ku sendiri. Aku tersenyum dan mengangguk. "Aku tak apa, tuan."
Dia menghembuskan nafas lega. Memegang tangan ku. Menarik pergi dari tempat. Dia memberikan sebuah kertas kosong? Hendak bertanya. Tuanku sudah meninggalkan ku kedalam rumah. Menatap heran kertas tersebut. Aku mengikuti tuanku memasuki rumah, lalu menutup pintu.
____________________________________________