(22). Putus

328 35 8
                                    

      Mifta sedang menyuapi Azriel makan siang saat mendengar suara bel berbunyi. Ia hendak beranjak membuka pintu tapi urung saat mendengar suara teriakan dari arah tangga disertai langkah yang terdengar berderap.

      "BIAR LIJEN YANG BUKA MAS!" Teriak Lijen setengah berlari dari kamarnya. Mifta menggeleng melihat Lijen yang dengan tergesa menuju ke arah pintu depan. Naren, Jilan, dan Haidar yang berada di ruang tengah sampai heran melihat Lijen yang begitu terburu-buru.

      "Kenapa tuh?" Tanya Haidar penasaran.

      "Kamu nanyea? Kamu bertanya-tanya? Ya udah biar aku kasih tau ya, aku juga nggak tahu," ucap Naren dengan wajah yang menyebalkan, membuat Haidar gatal pengen nampol bibir yang dimaju-majukan itu.

      Puk

      "JILAN!" Pekik Naren saat sebuah bantal sofa mengenai wajahnya. Naren cemberut membuat Haidar tersenyum puas dalam hati. Tanpa bergerak keinginannya sudah tercapai sendiri. Sedangkan si pelaku lemparan hanya acuh sambil tetap menikmati sinetron di depannya. Benar kata Azriel, pocong lucu, apalagi pocong yang muter-muter di mesin pengaduk semen:)

      "Muka lo halal buat ditampol mas," ucap Jilan dengan watadosnya setelah menyadari tatapan menuntut Naren. Naren yang mendengarnya semakin mendelik. Ia spontan menubruk tubuh Jilan yang sedang bersandar pada sofa itu. Jilan yang tak siap pun seketika ambruk ke lantai.

      "Wah kudu di kasih paham lo," ucap Naren sambil berlagak menyingsingkan kedua lengan bajunya. Haidar yang melihat itu lantas menyemburkan tawa, sepertinya Naren lupa kalau ia hanya memakai kaos kutang.

      "ASTAGHFIRULLAH MAS! ILING MAS ILING! AKU KOE LANANG LHO!"  Teriak Jilan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Naren cengo untuk beberapa saat sedangkan Haidar sudah tertawa ngakak.

      "Yo aku reti koe lanang. Sek omong koe wedok sopo?(ya aku tahu kau cowok. Yang bilang kau cewek siapa?)" Tanya Naren bingung. Nampaknya ia belum paham makhsud ucapan Jilan. Berada disini membuat Naren mulai terbiasa memakai bahasa Jawa meskipun masih sedikit kaku. Jilan yang mendengar pertanyaan Naren sontak menatap datar ke arah kakak tingkatnya itu. Tanpa mempedulikan ucapan Jilan lagi, Naren langsung saja menyerang Jilan.

      "WAHAHAHA!! UDAH AMPUN MAS! HAHAHAHA GELIIII UDAHH! HUWEEE MAS MIFTAAA TOLONGG!!" Pekik Jilan saat Naren menggelitikinya. Tak mau ketinggalan, Haidar ikut menggelitiki Jilan, membuat pemuda itu menggeliat bak cacing kepanasan. Karpet yang mereka duduki pun menjadi tersingkap dan berantakan. Berdoa saja semoga kedua 'maung' tak mengamuk nanti.

      Mifta menatap kehebohan itu sambil geleng-geleng dan menghela nafas. Azriel melihat Mifta dengan tampang polosnya. Kemudian ia ikut menggoyangkan kepalanya membuat rambut hitam lebat itu bergoyang. Mifta terkekeh melihat si kecil yang menirunya.

      Lain di dalam, lain pula keadaan di luar rumah. Lijen terlihat tersenyum lebar mengetahui kekasihnya datang berkunjung. Keduanya sedang duduk di bangku halaman depan. Berbeda dengan Lijen yang tersenyum, Adisti justru menatap sendu ke wajah Lijen.

      "Jen," panggil Adisti.

      "Hm? Kenapa?" Tanya Lijen masih mempertahankan senyumannya. Adisti menjadi ragu untuk melanjutkan ucapannya.

      "Maaf Jen...." Adisti menunduk, Lijen menunggu kelanjutan ucapan Adisti.

      "...aku..." Adisti menggigit bibirnya membuat Lijen semakin mengernyit bingung.

      "... Aku mau kita udahan," setelah melanjutkan ucapannya, Adisti membuang muka. Senyum Lijen perlahan luntur. Detik berikutnya ia justru tertawa.

Series Of Kosan Mas MiftaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang