(8). What happen with Jilan?

249 38 0
                                    

      Hari ini Mifta akan pergi ke sekolah Azriel. Rupanya kejadian antara Azriel dan Dion dua hari lalu menuai protes dari orang tua Dion. Hal itu sukses membuat Haidar dan yang lain marah. Terlebih Lijen dan Lean tahu bahwa masalah itu dimulai oleh Dion yang mengejek Azriel. Tapi kepala TK tetap ingin mengumpulkan wali kedua muridnya agar tidak terjadi kesalah pahaman.

      "Pokoknya Idar mau ikut, mas. Nggak terima Idar nanti kalo mas Mifta sama Azriel yang disalahin," sungut Haidar di kamar Mifta.

      Mifta yang tengah memakaikan seragam Azriel tersenyum tanpa menatap sang adik yang tengah kesal, "nggak usah Idar. Kamu harus kuliah. Mas kesana cuma buat nglurusin masalah ini kok. Kamu nggak usah khawatir,"

      "Ih! Tapi kan mulutnya bu Har itu lemes banget, mas. Nanti dia ngomong yang enggak-enggak lagi. Pokoknya Idar mau ikut," desak Haidar. Kakinya bahkan sampai terhentak-hentak saking kesalnya. Mifta terkekeh melihat tingkah adik satunya ini.

      "Mas jadi bingung. Ini adik mas dua-duanya masih bayi semua kali,ya. Ngambekan semua, neh," kekeh Mifta yang membuat Haidar semakin cemberut. Azriel menatap kakak keduanya itu.

     "Mas Idal belangkat kuliah aja. Nanti kalo mas Idal ndak kuliah ndak bisa jadi gulu lho," ucap Azriel.

     "Yang mau jadi guru siapa?  Mas mau jadi penulis novel kaya Andrea Hirata," mata Haidar berbinar saat menyebut nama penulis novel favoritnya.

      "Iya-iya. Sudah ayo keluar. Pasti yang lain udah nunggu," ajak Mifta sembari mengangkat Azriel ke gendongan. Mereka bertiga keluar dari kamar menuju ruang makan. Sudah ada Lean dan Rendra yang tengah memasak dan juga Lijen yang sedang menikmati secangkir kopi.

      "Naren sama Jilan mana?" Tanya Mifta sembari mendudukkan Azriel di pangkuannya.

      "Jilan udah pergi, mas. Kalo Naren tadi masih di kamar. Agak nggak enak badan kayaknya," jawab Lijen.

     "Tumben nggak sarapan dulu," gumam Mifta heran.

      "Iya mas. Mana Jilan naik bus. Kan motornya lagi diservis," sahut Lean yang datang dengan sepiring mendoan.

      "Naren sakit?" Tanya Haidar. Tangannya tengah menuang teh kedalam cangkir.

      "Keknya iya. Abis subuh tadi lemes banget tu anak," jawab Lijen.

      "Nanti deh gue buatin bubur buat Naren," ucap Rendra yang tengah meletakkan sepiring oseng udang ke atas meja.

      "Nggak usah, Ren," semua menoleh dan mendapati Naren yang sudah menyandang tasnya. Wajahnya memang agak pucat. Suaranya juga sedikit serak.

      "Kalo sakit mending nggak usah kuliah dulu. Dibuat istirahat dirumah," tegur Mifta saat Naren duduk dihadapannya.

     Naren menggeleng pelan, "nggak papa kok, mas. Cuma pusing dikit nggak ngaruh,"

      "Ya udah kalo kamu maunya gitu. Tapi nggak usah pake motor dulu. Takut bahaya," pesan Miffa yang diangguki Naren.

     "Nanti lo bareng gue aja. Rendra sama Lean bareng Lijen," usul Haidar.

     "Moh! Kek boti nanti," tolak Lean yang baru kembali dari dapur disusul Rendra dibelakangnya.

     "Kan badan lo berdua kecil. Jadi kalo bonceng tiga nggak papa," ucap Haidar dengan watadosnya.

Series Of Kosan Mas MiftaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang