1. Constant: Alpha

6.5K 393 18
                                    

"...cinta emang susah jadi CONSTANT."

Gue hanya cowok biasa yang biasa-biasa saja. Gak bisa di bilang cupu dan juga gak bisa di bilang populer. Hanya murid sekolahan biasa yang biasa-biasa saja.

Hidup itu gak bisa CONSTANT seperti rumus fisika, tapi kita bisa membuatnya menjadi COSNTANT kalau kita memang menginginkannya.

Di sinilah gue, hidup gue awalnya sangat CONSTANT, tetapi gara-gara entah masalah apa yang hadir di hidup gue, gue jadi gak CONSTANT seperti rumus fisika.

1. Constant: Alpha

Hidup itu sebenarnya mudah untuk jadi constant, tapi entah kenapa banyak manusia yang lebih memilih jalan berliku-liku di saat ada jalan lurus.

Gue? Gue constant kok tenang aja, setelah melewati rintangan berliku-liku. Hidup gue saat ini benar-benar constant, walaupun gue hidup sendiri, gue tetap constant. Kenapa gue hidup sendiri? Gue bakal jelasin.

Dulu, waktu gue masih duduk di kelas 8, kakak gue sendiri hampir memperkosa gue. Bayangin aja, kakak kandung lo sendiri, gue cowok, sedangkan kakak gue juga cowok. Tapi, waktu ketahuan or-tu, yang ada malah terbalik. Kakak gue ngakunya kalau gue yang kegatelan. Or-tu gue marah besar dan mereka menganggap gue manusia gay menjijikkan. Gue gak tau kenapa kakak gue sendiri tega ngelakuin seperti itu, hanya satu kalimat yang pasti, dia benci sama gue. Bahkan or-tu gue sudah menghapus nama gue dari kartu keluarga yang membuat gue juga harus mengganti nama, lebih tepatnya menghapus nama keluarga gue.

Gue di usir dari rumah hanya dengan bermodalkan baju, gadget, laptop dan uang 10 juta hasil tabungan gue. Gue yang saat itu marah banget dan cuman berpikir kalau gue harus pergi sejauh mungkin dari tempat ini, gue putuskan langsung beli tiket pesawat ke Jakarta. Bayangin aja, naik pesawat malam-malam ke tujuan yang lo belum pernah kunjungi!

Sesampainya di Jakarta, gue ketemu sama supir taksi yang baik banget, namanya Pak Suwardi. Dia nawarin untuk ngontrak di flat milik istrinya yang bernama Bu Suwarni. Flat milik Bu Suwarni sendiri cukup nyaman, kebanyakan yang ngontrak disini adalah mahasiswa, ya walaupun ada beberapa murid SMA dan SMP ngontrak di flat ini juga.

Bu Suwarni pun sampai rela nolongin gue buat masuk ke SMP di Jakarta ini. Ia bahkan mengaku sebagai wali gue, walaupun akhirnya kebongkar kalau Bu Suwarni bukan wali asli gue.

Di Jakarta ini, gue pun berhasil dapat kerja sampingan di Starbucks karena gue mahir 4 bahasa, Indo, Jerman, Inggris sama Jepang. Gue gak mungkin ngemis di Jakarta, so, gue putuskan untuk kerja sampingan.

Lulus dari SMP dengan nilai bagus pun akhirnya terjadi. Tapi gue sudah dapat beasiswa penuh dari sekolah swasta sebelum gue ikut ujian nasional.

Keberuntungan gue memang selalu bersama gue sampai akhirnya gue bisa kelas 11 di sekolah ini. Tapi gue tau, kita hidup gak bisa bergantung sama keberuntungan, kita harus ngebuat hidup kita se-constant mungkin.

Di SMA ini yang gue senang adalah sekolah ini para murid dan staf lainnya sangat terbuka, kebanyakan para guru di sini adalah pengajar dari luar negri, sehingga para gurunya selalu menuntut agar menjadi manusia dengan pikiran terbuka.

Walaupun gue disini belajar bersama murid-murid yang berasal dari keluarga yang 'berada', gak ngebuat gue harus minder karena gue bukan siapa-siapa. Mereka sangat baik dan tulus, beda sama keluarga gue yang bajingan itu.

Cukup perkenalannya, sekarang kembali ke kehidupan nyata gue yang Constant.

---

"So students, saya akan memberikan tugas kelompok. 1 kelompoknya ada 3 orang. Seperti biasa, ada ketua dan 2 anggota. Sekarang akan saya bagikan." jelas Pak Hendru, yang menjadi guru IPS. Gak, gue bukan ngambil jurusan IPS. Di SMA ini, semua pelajaran akan di ajarkan, karena ini sekolah internasional.

Constant [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang