45. Pacaran Nich

12 4 1
                                        

"Keno!" Panggilan halus itu bergema di sepanjang koridor kelas, Kiera berlari mengejar Keno yang tanpa sengaja ia lihat punggungnya. Keno berbalik badan, menatap Kiera lalu mengukir sebaris senyum membuat Kiera mau tak mau membalasnya.

"Ganggu nggak?" Keno menggeleng.

"Kenapa?" katanya mulai penasaran.

Kiera menggaruk tengkuknya antara malu dan bingung, ia ingin bertanya perihal Tante Mawar sebetulnya, entah beliau sudah pulang atau belum, entah bagaimana keadaannya saat ini.

"Oh iya Ra, gimana, udah ada info dari yang waktu itu lo post?"

Belum juga Kiera mengajukan pertanyaan Keno malah bertanya perihal itu.

"Belum, gue baru mau nanyain itu, apa nggak sebaiknya kita tebar poster di sekitar rumah atau sekolah aja? Kalo di sosial media doang kebanyakan orang bohong yang ngaku ketemu Tante Mawar."

"Nggak, gue belum bisa ngelakuin itu,"

"Kenapa?"

"Pasti Papa nggak setuju, buktinya dia santai aja Mama hilang, seolah ya nggak terjadi apa-apa."

Kiera baru sadar akan itu, sejak awal Pak Raditya juga tidak mengumumkan kalau istrinya menghilang. Bahkan dia selalu datang ke sekolah dengan wajah yang senang seperti sedang mengalami hari-hari bahagia.

"Pak Radit kenapa nggak lapor polisi aja?"

"Gue juga nggak tau, tapi yang jelas gue bakal usaha cari sendiri, meski nggak ada yang bantuin gue, Papa aja nggak peduli sama Mama."

Kiera menatap sayu Keno dari samping, kemudian tangannya mengelus pundak cowok itu seraya tersenyum cerah.

"Pasti, ada gue dan yang lain, kita bakal usahain. Semangat dong jangan lemes, kayak kerupuk kena air lo!" Kiera mendorong dada Keno kuat sambil tertawa, kendati begitu Keno tetap berdiri tegak, kekuatan gadis itu tidak berpengaruh apa-apa.

"Makasih ya, Ra."

"Makasih for what?" tanya Kiera masih dengan nada gurauan.

"Makasih karena lo udah jadi salah satu orang yang ada buat gue, kalo hari itu lo nggak ada di gedung itu, mungkin gue udah nggak ada sekarang."

Kiera langsung mendelik tidak suka, menabok tangan Keno. "Ngomong paan sih lo, gue nggak suka ya lo ngomong begitu. Enak aja!"

"Tapi serius, kalo boleh jujur gue emang suka sama lo, Ra. Gue nggak tau sejak kapan karena rasa ini tumbuh sendirian tanpa lo tau."

Deg

Suka?

Ini gue mimpi apa gimana?

Keno kesambet paan sih!

Ini juga, jantung gue ngapa diskoan gini?!

Kiera mengalihkan pandangan saat tiba-tiba saja Keno mendekat kepadanya, cowok itu merogoh sesuatu dari balik jaket kulit yang ia kenakan, memasangkan sesuatu di rambut pendek Kiera. Jepit rambut kupu-kupu warna biru tua, cantik sekali sama seperti gadis di depannya.

"Jaga ya, kesayangan Mama."

Bisik Keno tepat sesaat usai merapikan poni gadis itu, kemudian berjalan menjauh begitu saja. Meninggalkan Kiera yang termenung dengan tatapan kaget. Gadis itu merasa kurang yakin akan ucapan Keno, masa iya Keno suka sama cewek tomboy seperti dirinya? Bahkan cewek yang tidak tahu caranya berdandan atau bersikap sebagai seorang gadis pada umumnya.

♡♡♡♡

Suasana kelas sepi, hanya tinggal beberapa murid yang lebih memilih berada di kantin sementara sisanya tidur di belakang kelas sana. Menghabiskan jam istirahat dengan amat sangat membosankan.

Ineffable | Dear Diary | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang