"Gue tau lu bego tapi ya gak gini juga, Min."
Sumpah, jika bukan karena Minhee yang kasihan melihat wajah murung temannya itu, tak mungkin ia akan mau mendengarkan alasan dibaliknya.
Geonyeob yang duduk di sampingnya pun mendecih ke arah Gamin, mungkin sedang mempertanyakan kewarasan temannya itu.
"Kalian bisa berhenti gak sih, natap aku kayak kriminal?"
Gamin mulai malu karena ia tahu memang ini salahnya, tapi kan tidak harus diperhatikan seperti ini juga.
Sejak bertemu dengan ibunya kemarin, Gamin menyadari bahwa mungkin, mungkin, kakak tingkatnya itu juga menaruh hati padanya. Jadi hari ini dia dengan semangat menjemput Hanwool di rumahnya tapi berujung putus asa saat mendengar bahwa Hanwool sudah berangkat dari tadi.
Saat sampai di sekolah pun, kakak tingkatnya itu jelas melihatnya tetapi memilih untuk memalingkan muka, jelas tidak ingin melihatnya.
Gamin berakhir dengan melamun semenjak jam pelajaran pertama hingga istirahat makan siang. Beberapa kali teman sebangkunya mengajak berbicara tapi hanya ia balas dengan hm, hah, dan beberapa gumaman tak jelas lainnya.
Minhee yang melihatnya menggelengkan kepala dan menariknya menuju kantin sebelum ia kehabisan kesabarannya. Dalam perjalanan itu mereka bertemu dengan Geonyeob yang baru saja selesai apel ke gebetan tapi si gebetan masih tidak peka. Geonyeob mengikuti mereka karena ia sebenarnya ingin curhat ke Minhee, minta saran buat ngejar gebetan katanya.
Gila aja, nyari saran kok sama Minhee, yang ada gebetannya malah lari.
Setelah berbincang sana sini dan mendapatkan jawaban yang dicari, Minhee merasa ia bisa memukul teman di depannya sekali ini. Ia mengerti bahwa Gamin mungkin memang tidak berbakat dalam hal percintaan tapi kalau begini jadinya ya Minhee hanya bisa menahan hasratnya untuk membedah kepala Gamin dan melihat apa isi pikirannya.
"Saran gue sih lu jujur aja, siapa tau setelah itu Kak Hanwool masih mau ngomong sama lu."
"Masalahnya tiap aku ngedekat Kak Hanwool-nya lari."
Kalo gue Kak Hanwool gue juga bakal lari sih.
Minhee dan Geonyeob diam-diam menambahkan dalam hati. Gamin yang sepertinya mengerti hanya bisa tertunduk dan menangis dalam hati. Geonyeob yang melihatnya dengan baik hati mengelus-elus punggungnya, "Makanya jadi orang jangan bego-bego amat."
Tak bisa membela diri, Gamin bak ditusuk dengan panah berduri.
"Terus ini gimana?"
"Ajak makan atau apa gitu, kalo bisa bikin surat pernyataan gak pernah nyakitin lagi, soalnya lu bego jadi harus ada jaminan hitam di atas putih."
"Malah makin keliatan begonya."
Bukannya memberi saran, Geonyeob dan Minhee malah berdebat tentang tingkat 'kebegoan' Gamin. Gamin hanya bisa menghela napas pasrah, takut makin disemprot kalau menimpali. Gamin menoleh ke sekitarnya kemudian tanpa sengaja melihat Hanwool yang sedang berjalan ke arahnya, dengan Minhwan tentunya. Saat hendak menyapa, Hanwool langsung mempercepat langkah kakinya dan berpura-pura tak melihatnya.
"..."
Geonyeob dan Minhee menghentikan perdebatan mereka lalu menatap Gamin yang tampak seperti anjing dicampakkan tuannya, kemudian mereka menepuk-nepuk pundaknya, dengan frontal berkata,
"Mampus."
Gamin ingin mengubur dirinya di dalam tanah.
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
seven days | gawool
Fanfic[ fake it till you make it ] Gamin meminta bantuan Hanwool untuk menjadi pacar pura-puranya selama seminggu agar ibunya tidak menjodohkan dirinya dengan anak koleganya. Namun, rencananya terancam gagal karena Gamin malah jatuh dalam pesona sahabat...