day one; coming out

207 38 15
                                    

Gamin sedang menunggu di halte sambil menatap ponselnya. Sisa lima menit sebelum busnya berangkat. Pesannya masih belum dibalas oleh Hanwool. Seharusnya hari ini mereka pergi bersama ke sekolah, tapi Hanwool tak kunjung datang.

"Gamin!"

Gamin menoleh, mendapati sang kakak tingkat berlari kecil ke arahnya. Wajah Hanwool terlihat merah karena berlari.

Ah, cantiknya...

Sekilas, terlintas di benak Gamin bahwa Hanwool adalah malaikat yang sedang berlari ke pelukannya, turun untuk membuatnya bahagia.

Hah? Mikir apa aku tadi...

Gamin berdeham pelan. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutup mulutnya.

"Maaf ya, tadi Hansol sulit makan jadi aku harus nyuapin dia," ujar Hanwool sambil memasang muka bersalah.

Walau nunggu satu jam pun aku gapapa.

Gamin hanya tersenyum kecil, "Gapapa, aku nggak nunggu lama kok, Kak."

Hanwool menghela napas lega, "Kalau begitu ayo naik."

"Ya."

Perjalanan mereka dipenuhi kesunyian. Tak ada yang memulai pembicaraan. Gamin kehabisan topik sementara Hanwool masih merasa awkward karena kejadian kemarin.

Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka memutuskan untuk memberitahu teman-teman mereka bahwa mereka sudah jadian, tapi Hanwool merasa tidak siap. Takut Minhwan menggodanya.

Hanwool masih bergelut dengan pikirannya dan tidak sadar bahwa daritadi Gamin memperhatikannya.

Sebenarnya Gamin bingung. Ibunya tidak memaksanya untuk mencari pacar. Ibunya hanya bilang ingin memperkenalkan anak koleganya pada Gamin tapi yang terlintas pertama kali di benaknya adalah dia harus segera mencari pacar dan entah kenapa ia langsung terpikir kakak tingkatnya ini untuk menjadi pacar pura-puranya.

Gamin hampir tidak bisa tidur karena memikirkan hal ini.

"Gamin, kita sampai."

Lamunan Gamin buyar saat mendengar suara Hanwool. Wajah kakak tingkatnya itu sekarang berada tepat di hadapannya. Sialnya, hal pertama yang ia lihat adalah bibir Hanwool yang terlihat lembut itu.

Sumpah Gamin ingin menyentuh bibir itu dan merasakan apakah bibir itu memang selembut yang kelihatannya.

"Gamin?"

Ah, apa sih yang aku pikirkan.

"Maaf aku tadi melamun," jawab Gamin sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, kau terlihat pucat jadi kupikir kau sakit. Kau benar tidak apa-apa?" tanya Hanwool khawatir.

"Iya, kemarin aku bergadang mengerjakan tugas. Maaf."

Hanwool tersenyum lega, "Baguslah kalau begitu."

Kenapa jantungku berdebar, ya?

×××

Gamin masih melamun bahkan sampai bel pelajaran ketiga berbunyi. Ia menumpu dagunya dengan satu tangan sembari mencoret-coret bukunya. Kemudian ia menaruh kepalanya di atas meja sambil menghela napas.

Sehyun yang berada di sampingnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, memang aneh temannya ini. Bukan sekali dua kali Sehyun mendapati temannya itu melamun. Setiap kali ditanya jawabannya selalu 'Aku gapapa.'

Ya gue juga tau kali lu gapapa, tapi lu ngelamun kenapa?

Sehyun menjerit dalam hati. Rasanya ia akan segera kehilangan akal sehatnya saat berurusan dengan oknum Yoon ini.

seven days | gawoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang