2. lelaki bermantra magis

79 54 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak ada hidup yang tidak memalukan.

Paling tidak, itu hanya sepenggal kalimat yang ditujukan untuk dirinya sendiri─Rachellia Zuha─yang nyaris tidak bisa bersikap normal seharian ini. Ada banyak masalah yang ia perbuat ketika bekerja karena ketidakfokusannya; misalnya, salah mengantar pesanan, salah membuat pesanan, sampai menjatuhkan gelas. Perempuan itu nyaris gila. Di kepalanya hanya berisi kejadian saat Jake memberitahu bahwa tak ada siapa pun saat itu─saat mereka berdua tengah asyik berbincang di taman. Dan Zuha, ia kemudian sadar.

Sunghoon yang saat itu ada di depannya hanyalah imaji belaka.

Benar-benar memalukan.

Bagaimana bisa Zuha terus membayangkan lelaki yang baru ia temui─bahkan namanya saja jelas melekat sebegitunya di dalam pikiran. Sepertinya lelaki itu sudah barang tentu memiliki mantra atau sejenisnya yang mampu menyita dan mengobrak-abrik pikiran perempuan itu. Zuha dibuat tidak berdaya. Hanya memikirkannya saja Zuha sudah bisa menangkap aroma feromon yang datangnya dari tubuh lelaki itu─seakan tak ada bius yang lebih dahsyat daripadanya.

Huhhh ....

Perempuan itu melenguh. Seharian ini terasa begitu berat, seolah sebuah gada telah memukul-mukul kepalanya hingga menjadi serpihan-serpihan kecil─entahlah, aku tak tahu sedang bicara apa.

"Sepertinya kau kelelahan. Apa kau ada masalah?"

Astaga!

Nyaris jantung meluncur dari tempatnya, ditambah kedua bola mata terbelalak tidak percaya. Ini sungguh Sunghoon ada di hadapannya? Zuha mengucek matanya berkali-kali, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan imaji, khayalan, sugesti, atau apalah itu namanya. Sunghoon yang melihat kelakuan Zuha terkekeh.

"Hei, ini aku." Ia melambai-lambaikan telapak tangannya tepat di hadapan perempuan itu. "Sunghoon Ryu," lanjutnya. Sebelah alisnya menukik, menunggu respons Zuha yang hanya tercengang setengah tidak percaya.

"Hei─"

"Kau ... bisa-bisanya kau ada di sini!" Zuha berkata setengah berteriak. Sunghoon nampaknya terkejut, berjengit seraya mundur beberapa langkah. Sepersekian sekon kemudian perempuan itu melanjutkan, "Aku tidak bermaksud berteriak, maksudku ... aku ha─hanya terkejut."

"Aku paham." Senyum yang diberikan Sunghoon nampaknya cukup untuk membuat lega perempuan itu. "Aku baru pulang dari rumah teman. Kau sedang apa selarut ini di jalanan?"

"Aku baru selesai part-time."

"Kau part-timeManagement waktumu pasti sangat bagus."

Nyaris pukul dua belas malam, dan mereka berjalan bersama─berdua, dalam keheningan malam yang absolut. Meski pada akhirnya ia lega bahwa Sunghoon yang saat ini berada di sebelahnya nyata, akan tetapi rasa malu perlahan-lahan merambat ke dalam sel-sel tubuhnya. Sesuatu di dalam benaknya berontak, menyangkal dan berpikir ke beberapa menit yang lalu dengan reaksi-reaksi tubuhnya yang kurang ajar.

"Tidak juga."

"Apanya?"

Bibirnya tak langsung memberikan jawaban alih-alih manik-manik di wajahnya berbinar keheranan. Sialan! Apa tidak bisa hari ini bersikap sedikit normal, pikir perempuan itu. "Itu, management waktuku." Zuha berusaha menormalkan nada suaranya supaya tidak terlihat gusar ataupun kebingungan.

"Aku pikir kau tidak ingin membahasnya."

"Bu─bukan begitu!" Nada suara perempuan itu kembali gusar. Ucapan Sunghoon tak sepenuhnya salah, mengingat ada cukup jeda di antara mereka berdua. Yang pasti, itu disebabkan oleh alur pikir Zuha yang tak jelas kemana. "Aku hanya─"

"Kau lapar?"

"Ya, sedikit."

"Ayo makan bersamaku."

Zuha mendadak ragu. Namun, otaknya berontak untuk berkata tidak, aku makan saja di rumah. Tetapi, Zuha lebih senang meladeni dengan satu anggukan mantap yang disahuti oleh lengkung dari bibir kemerahan itu. Ya Tuhan, untuk ukuran lelaki bibirnya pun membuat iri.


© ikvjou ©


"Nampaknya kau memang butuh makan." Sunghoon mendegus geli. "Pantas kau tidak bisa fokus." Lelaki itu lantas menyeruput mi instannya.

Zuha yang mendengar nyaris tersedak dan ingin memuntahkan makanannya saat itu juga. Ada perasaan ingin mengantukan kepalanya ke sisi meja saking malunya. Pipinya bahkan sudah semerah kepiting rebus. "Ya, sepertinya." Ia berujar pasrah menanggapi dalam kemaluan di benak.

"Jangan telat makan, tidak baik."

Zuha mengangguk, "Ya. Tetapi aku hanya merasa tidak lapar saja hari ini."

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

KAU! Kau orangnya Sunghoon sialan! Kau yang mengganggu isi kepalaku seharian ini, ingin rasanya Zuha berteriak demikian. Akan tetapi, ia cukup waras untuk tidak mempermalukan dirinya lagi setelah apa yang ia lakukan. Sunghoon ini memang magis. Masih sanggup bertanya demikian setelah membuat anak orang pusing dibuatnya.

"Rachellia?"

"Ya?"

Kedua bola matanya berotasi malas, "Kau melamun lagi rupanya."

Zuha terbatuk seketika, terkejut mendengar Sunghoon berujar. Perempuan itu bahkan tidak sadar kalau ia tidak menjawab─paling tidak ia berniat menjawab setelah sanggup menenangkan pikirannya. "Mungkin aku mengantuk."

"Baiklah." Sunghoon menganggukan kepala, "Cepat habiskan makananmu. Setelah itu kuantar pulang."

"Ti─tidak usah!"

"Jangan coba-coba untuk mencegahku. Hari ini kau sepertinya tidak baik-baik saja."

Zuha mengaduk-aduk mi instan yang ada di hadapannya. Sepertinya memang demikian. Ia kenyataannya tidak sedang baik-baik saja. Terutama ketika mengingat kejadian di taman dengan Jake. Perempuan itu maunya menenggelamkan diri saja ke dasar palung, sudah tak lagi punya muka. Duh, begini rasanya menanggung malu.

Ketika sedang menekuni makanan yang berada di hadapannya, Zuha mendadak merasa seperti sedang di awasi dari dalam─kaca minimarket cukup jernih untuk meninjau seseorang di dalam sana mengintai dari ujung ekor matanya. Entah apa yang dipikirkan oleh kasir minimarket tersebut, Zuha merasa tidak nyaman. Memang ada yang salah dengan dirinya? Atau dengan Sunghoon? Atau ... jangan-jangan orang-orang menganggap aneh perempuan yang biasa-biasa saja sedang bercengkrama dengan lelaki tampan? Uh, tapi memang Sunghoon itu tampannya nyata. Tidak bisa dielak, tak ada celah.

Perempuan itu kemudian menoleh, sengaja untuk memastikan. Nyatanya, selagi kedua atensi mereka bersipandang, kasir minimarket itu buru-buru mengalihkan wajah. Seperti orang yang baru saja ketangkap basah mencuri. Apa yang dilakukannya kemudian berpura-pura untuk membereskan rak-rak makanan.

Zuha mengedikkan bahu, "Masa bodo, ah."

"Kau kenapa lagi?"



bersambung ...

Bayang Jeruji [Park Sunghoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang