Chapter 5 ⚠️

3.8K 269 28
                                    

Bukan BL

°

°

°

⚠️
Warning
Adegan kekerasan

Let's start playing,” Orang itu memutar-mutar linggis ditangannya, jangan lupakan tatapannya yang mampu membuat lawannya terintimidasi.

“Kita mulai dari mana ya..?”

“Ah.. gimana kalo ini? Tangan kotor ini yang udah nyentuh milik gua, kan?” Dia menyeringai. Berjalan kearah meja yang terdapat banyak senjata, mengganti linggis itu dengan senjata lain.

Palu.

“Mau ngapain Lo?” Javas tampak gugup saat melihat Dia mendekatinya dengan membawa palu.

“Lepasin gue, sialan!” Javas terus saja memberontak.

Sssttt.. mulut Lo terlalu berisik, tapi gua suka denger suara orang kesakitan,” Tanpa aba-aba Dia memukul tangan kanan Javas yang terikat dikedua sisi kursi itu dengan palu yang ia pegang.

Suara tulang remuk terdengar jelas dalam ruangan sepi itu.

Javas menggeram, menundukkan kepalanya merasakan tangannya yang seperti mati rasa tetapi sakit.

“HAHAHAHA.. ini belum seberapa,” Dia kembali memukul tangan kiri Javas, namun kali ini Dia memukulnya dengan sedikit tenaga.

“AARRGGHH!!!” Javas semakin kencang berteriak, berbeda dengan Dia yang tertawa keras.

“Ini terlalu seru..” Ucap Dia setelah meredakan tawanya.

“Tapi ini belum selesai,” Dia kembali ke meja itu, bermaksud untuk mengganti palu nya.

“Hm.. apa ya..?” Dia memutari meja itu, melihat-lihat senjata mana yang akan ia gunakan selanjutnya.

Gotcha! Ini bakal lebih seru, iya kan?” Berbeda Dia yang terlihat gembira, Javas sangat takut setengah mati melihat senjata yang dipegang oleh Dia.

Belati.

“Lepasin gue! Apa mau Lo sebenernya?” Tanya Javas disela-sela ketakutannya.

“Gua? Gua mau Lo mati! Orang kayak Lo gak pantes hidup, kehadiran Lo cuma ngotorin populasi manusia!” Dia mendekati Javas, mengangkat belati itu setinggi dada kemudian mengambil sesuatu dari sakunya.

Sebuah gasoline.

Dia menyalakan api dari gasoline itu kemudian mendekatkannya pada belati yang ia pegang.

Dia menatap wajah Javas yang sudah pucat, “Tebak setelah ini apa?”

Look, wajah ketakutan Lo cukup menghibur gua,” Dia kembali tertawa, sedangkan Javas sudah tidak sanggup untuk sekedar mengangkat kepalanya.

Sial, tangannya benar-benar sakit.

Kini belatinya sudah siap, Dia melempar gasoline itu sembarangan, Dia melihat Javas yang terlihat menelan ludah kasar.

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang