12

70 7 0
                                    

Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.

___________________🦋🐺__________________




Hanenda penasaran, Joel kecil lucu penuh senyuman dan tawa itu bagaimana bisa tumbuh menjadi anak remaja penyendiri, penuh guratan-guratan tegas diwajahnya, menjadi anak yang tidak mau terbuka dan tersenyum dilingkungan sekolahnya dan yang lebih parahnya mempunyai banyak bekas-bekas luka dilengannya, belum lagi lebam-lebam disekitar tubuhnya. Padahal bagi Hanenda, senyuman Joel itu sangat menawan. Sungguh sangat rugi bagi sesiapapun diluar sana yang tidak pernah melihat senyuman indah itu.

Karena asiknya larut dalam memperhatikan foto-foto tersebut, Hanenda tidak merasakan bahwa Joel sekarang berada disampingnya.

"G usah diliatin segitunya kali A' itu foto. Bisa-bisa lobang itu nanti kaca diplototin terus-terusan. Toh itu foto g ada apa-apanya, foto jelek juga diplototin"

Hanenda pun segera menjentik lembut kening Joel.

"Sembarangan kalau ngomong. Foto jelek - foto jelek, dimananya foto jelek. Lucu tau Dek, gemes Aa' liatnya. Umur berapa kamu disini yang lagi pakai baju choir yah ini?"

"Oohhh itu aku umur berapa yah, lupa aku A'. Mungkin kelas 3 SD atau g 4 deh. Lupa aku."

"Foto dimana Dek?" Hanenda masih bertanya sambil tetap memperhatikan foto tersebut yang berada dibalik lemari kaca.

"Itu lomba paduan suara untuk sekolah minggu nya Adek dulu. Dipaksa aku dulu itu sama Kakek aku. Kalo ingat itu ternyata dulu bisa-bisanya aku ikutan paduan suara demi dibelikan mainan, addeh"

"Terus menang tidak? Wah kayanya Aa' harus dengar suara kamu. Biasanya orang yang suka ikutan padus, suaranya merdu-merdu."

"Merdu dari mana. Jelek  kali suara aku, makanya g menang. Mana anak-anak yang lain sama aja kaya Adek. Bapak Gabriel sempat marah-marah ke kami karena choirnya g ada yang benar."

"Terus gimana lagi Dek"

"Terus-terus, nabrak dah terus-terus."

Hanenda yang melihat wajah memberengut Joel pun segera mencubit pipinya saking gemes. Joel yang dicubit pun merintih kesakitan.

"Aaacckkk, Aa' sakit tau"

"Hahaha kamu tuh yah Dek apa tidak sadar kalau dirimu itu sangat menggemaskan. Makin kamu marah-marah tidak jelas kaya gitu, makin lucu wajah kamu Dek. Gemes Aa', kamu kenapa bisa gemes begini sih". Hanenda makin gencar mencubit kedua belah pipi Joel saking tidak tahan akan gemas.

"Aaaaaacckkk Aa' sakit, kdrt ini mah, ku viralin juga ini Aa' tau rasa"

"Kdrt? Oohhh minta diseriusin kayanya anak kecil ini yah, mmm, sabar yah Adik kecil tunggu kamu tamat SMU Aa' seriusin"

"Aa' nih. Wah situ gila kah?" Joel yang dibercandain itu pun seketika menutup wajahnya yang malu mendengar penuturan Hanenda.

"Eits salting yah, salting tuh, telinganya merah, hahaha, kamu kenapa lucu sekali Joel, Aa' makin sayang kamu" Hanenda yang sudah kepalang gemes itu pun akhirnya kembali memeluk tubuh Joel dengan erat sambil dirinya tertawa.

"Siapa juga yang salting. Trus ini, apa-apaan meluk-meluk, ogah, sana kau Aa', panas Adek mu ini, gerah tauk A', sana kau A'." Joel makin memberontak tapi wajahnya makin memerah.

"Iya-iya, ssttt sudah-sudah, Aa' nyerah. Jangan ribut nanti tetangga keganggu"

Hanenda kembali mengacak rambut Joel sambil tetap melihat-lihat beberapa foto yang tergantung didinding kayu rumah Joel.

"Kalau yang ini kapan Dek?, wah ada medalinya"

Wajah Joel pun berubah menjadi sendu, sambil bernafas panjang dia pun melihat kembali foto lawasnya itu.

"Ohhh itu waktu kelas 6 SD A'. Terakhir kalinya Kakek lihat Adek." Terakhir kalinya aku juga percaya bahagia itu ada, ternyata kebahagiaanku terenggut paksa, hilang tanpa berbekas A'.

Hanenda yang melihat perubahan didiri Joel, pun tidak lagi mempertanyakan kembali. Dirinya cukup tau, pasti dibalik foto itu tersimpan banyak cerita. Yang Hanenda mau Joel sendiri yang beritaukan kepadanya bukan karena paksaan.

"Hmm maaf Joel, Aa' turut berduka cita dan bersedih. Tapi Aa' yakin Kakek disana sayang banget sama Adek. Adek jangan bersedih lagi ok, sekarang tugas Aa' yang bahagiakan kamu. Sekuat tenaga Aa' bakalan bahagiakan kamu. Lebih dari diri ini".

Ditangkupnya wajah Joel, diusapnya secara perlahan rahang Joel yang tiba-tiba mengeras dikarenakan oleh emosi sesaat. Hanenda mengusap lembut rahang yang tajam itu, menyalurkan segenap sayangnya. Agar Joel bisa kembali merasakan bahagia, dicintai, disayangi.

"Sekarang waktunya Adek untuk tersenyum bahagia. Melihat dunia tidak dengan kacamata kelam. Tapi melihat dunia laksana sekumpulan warna-warni, beraneka ragam. Aa' tau, semua trauma dan luka tidak akan bisa lenyap seketika. Aa' tau bekasnya bakalan selalu ada. Tapi Aa' usahakan agar masa depan yang bakalan Adek lewati itu tidak melihat kebelakang, tidak merawat lukamu. Aa' usahakan dengan tangan ini, akan memberimu banyak pelukan, memberimu naungan, memberimu lindungan. Aa' usahakan menjadi kekasih sahabat guru dan pelindungmu. Kamu cukup melangkah kedepan, jangan pedulikan masa lalu dan halangan-halangan, ada Aa' Dek, kamu mau kan, mau untuk kita bersama-sama berjuang untuk masa depan yang lebih baik? Masa depan yang akan ada kita didalamnya?. Aa' ngerti kamu masih was-was, masih tidak percaya, karena hubungan ini tidak boleh terjadi, tapi meski begitu Aa' ingin Adek percaya, akan ada Aa' untuk menunjang langkah kamu. You are not alone anymore. You have me. I love you Joel Sagala with all my breath with all my heart beat."

Dikecupnya kembali kening Joel. Dibubuhkannya beberapa kecupan-kecupan dirambut legam Joel. Memberikannya afeksi. Memberikannya kekuatan. Memberikannya jaminan. Hanenda tau, masa depan yang akan mereka lalui akan sangat menguras tenaga, doa dan harapan. Jadi untuk saat ini, biarkan mereka saling memberikan harapan satu sama lainnya.

"Iya A', Adek juga akan berusaha untuk menjadi apa yang Aa' mau. Menjadi Joel yang kuat, menjadi Joel yang jalani hari dengan penuh harapan, tidak seperti kemarin-kemarin, jujur Adek sudah menyerah, bukan karena tidak punya apa-apa, tapi karena kehilangan kepercayaan terhadap manusia. Adek akan percaya Aa' yang akan bisa membawa Adek kearah yang lebih baik. Adek sekuat tenaga akan menjadi siswa yang lebih membanggakan untuk Pak Guru Hanenda. Hanya untuk Bapak. Hanya kepada Aa' Hanenda seorang. Tolong bantu Adek buat jalani hari-hari Adek. Cukup berada disamping Adek, jangan kemana-mana. Adek butuh Aa'. Ya A' jangan lepas genggaman Adek?, karena klo Aa' sudah lepaskan, artinya tidak ada lagi harapan buat Adek didunia."

"Alright, lets stop feeling blue. Time to go. Kita cari makan dulu, trus habis itu kita keliling sampai bocah Aa' ngantuk."




🦋🐺

Syama ArtjuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang