Prolog.

28 7 0
                                    

Matahari kian menyusut kan dirinya pada garis khatulistiwa, menggantikan langit jingga menjadi gelap. Sebuah berita beredar tentang pembunuh bayangan yang berkeliaran mencari korban setiap minggu nya, disebut pembunuh bayangan karena tidak ada yang tau siapa pelaku nya walaupun sudah diselidiki berkali-kali oleh pihak yang berwajib angka kematian semakin meningkat 3 bulan belakangan ini beberapa penghuni di kota
tersebut mulai ketakutan dan berjaga-jaga tidak pernah ada lagi aktivitas pada malam hari.

Ghandi berjalan sendirian dengan perasaan was-was karena Minggu ini belum ada satu pun korban ia hanya khawatir kalau-kalau ialah korban nya. Ghandi menggelengkan kepala nya dengan cepat, merutuki kenapa ia pulang malam hanya karena menuruti teman-teman se- team nya itu untuk bersenang-senang. Memang basecamp kelompok mereka itu tidak jauh dari rumah Ghandi dan ia lebih memilih berjalan kaki. Bodoh sekali Ghandi.

"Astaga, seperti kota mati.. siapa pembunuh itu? Apa motif dari semua yang ia lakukan? Bukan kah itu kejam, sebenarnya tidak begitu menarik." Ghandi berkata lirih sembari mempercepat langkah kakinya, ia benar-benar ketakutan.

Sampai di persimpangan yang sangat sepi Ghandi bergidik saat ia merasakan seperti ada yang mengikutinya, angin malam semakin membuatnya merinding. Ghandi mempercepat langkahnya sambil merapalkan doa, "Ya Tuhan, lindungi aku."

Di tengah ketakutan tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundak Ghandi membuat tubuhnya kian menegang, semakin keras degup jantungnya.

"Kau kenapa?" Ghandi seketika menoleh dengan cepat. bernafas dengan lega, itu Fedrios, teman se basecamp yang biasa nya ikut berkeliling menjaga kota bersama nya.

"Aku hanya takut berjalan sendirian mengingat pembunuh itu selalu berjalan melewati jalan ini." Fedrios tampak mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Aku tidak paham mengapa Jendral menyuruh kita akhir-akhir ini untuk berjaga secara bergantian." Fedrios berbicara pelan.

"Jangan begitu, kita ini sudah di beri amanah. Mungkin ini cara satu-satunya untuk mengetahui siapa pelaku nya."

"Ghandi, bagaimana kalau pelaku nya itu ternyata aku?" Ghandi menghentikan langkah nya, semua nya mendadak hening. Ghandi memandangi Fedrios dengan dahi mengerenyit seolah meminta penjelasan dengan perkataan nya barusan.

Fedrios menunggu jawaban dari Ghandi, ia bersungguh-sungguh.

"Kau? Sungguh?!" Ghandi dengan cekatan memundurkan tubuhnya.

Sedetik kemudian Fedrios tergelak dengan keras melihat ekspresi ketakutan Ghandi membuat nya geli. "Hey ayolah itu tidak lucu." Ghandi mendengus tak suka.

"Hanya bercanda, maaf."

Kemudian suasana mendadak hening kembali, dua pemuda tersebut hanya menikmati angin malam yang berhembus bak pisau yang begitu menusuk relung. Berjalan menuju jalan pulang sambil bersenda gurau tanpa sadar siluet hitam memperhatikan mereka berdua sambil menyunggingkan senyumnya seperti ada pesan tersirat, begitu skeptis ia pergi. Malam itu aneh nya tidak ada berita pembunuhan lagi walaupun begitu semua warga di kota Gumenam masih tidak berani untuk keluar seolah menantang nyawa.

BorderLines.

BorderLines Ft GumenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang