01. Kejanggalan.

28 5 0
                                    


"6 utuh."
.

.

.

Matahari mulai memunculkan diri nya dari ufuk timur. Pagi hari semua berjalan seperti biasa nya, tidak ada ketakutan para warga pada pagi hari. Mereka semua tampak baik-baik saja.

Para penjaga yang di kerahkan oleh Jendral kini menuju tempat pengeksporan luar kota, karena kurangnya peluang petani untuk menanam hanya 30%. Sesampai nya disana mereka sempat bergurau soal kota.

"Aku hanya bisa melihat pemandangan indah seperti ini di waktu fajar terbit." Jagat berjalan ke arah mobil pickup bermerek Carry itu. Beberapa pesanan dari luar kota bulan lalu terhambat karena kejadian pembunuhan semakin semarak. Jagat merupakan ketua dari kelompok tersebut, lelaki lajang itu sebenarnya memiliki kekasih.

Fedrios tertawa sambil membantu membopong beberapa karung gandum yang berat nya mencapai 10 kilogramnya, "benar, bagaimana bisa kita terjebak pada tempat ini?" Fedrios menggelengkan kepalanya.

"Hey, jaga ucapan mu jika tidak ingin seperti mayat-mayat yang sudah menjadi kerangka sekarang." Fedrios bergidik, merinding mendengar ucapan Jagat.

Tersisa beberapa karung gandum lagi namun mereka memilih untuk beristirahat sejenak, menunggu minuman dingin yang tengah disiapkan kelompok putri. Jagat mengibaskan rambutnya peluh bercucuran melewati pelipis nya, ia mulai hanyut pada pikiran nya. Membuat rencana untuk menangkap pembunuh itu? Bukan kah sangat sulit, tidak ada bukti dan jejak yang di tinggalkan oleh nya. Dan aneh nya pihak yang berwajib tak ingin ambil pusing dengan kejadian yang menimpa kota membuat kerutan kening jagat semakin terlihat. Aneh, pikir nya.

"Kalian terlihat lemah sekali, payah." Jagat dan Fedrios menoleh mendapati Alara membawa nampan berisi air kelapa, mereka berdua mendengus kesal mendengar penuturan Alara.

"Kalau begitu angkat sisa gandum di mobil itu."

"Bukan kah itu tidak sopan? Menyuruh seorang perempuan untuk mengangkat beban yang berat?"

"Apa yang tidak sopan? Terbalik, kau yang tidak sopan mengatakan kami payah."

"Memang payah."

"Sialan." Alara dan Fedrios mendadak terdiam begitu mendengar umpatan dari Jagat. Mereka berdua mencoba mencerna apa yang terjadi. Keheningan mulai menerpa, dahi sang empu mengeluarkan peluh. Fedrios mencoba untuk melihat isi benda pipih yang di genggam erat oleh pemiliknya.

"Ada apa?" Tanya Fedrios keheranan.

"Sepertinya ada yang sudah merusuh di markas kita."

"Bukan nya Ghandi, Elmora dan anggota lain sedang berjaga?" Timpal Alara yang ikut merasa keheranan dengan apa yang terjadi, ini nampak nya aneh sekali.

Jagat mengusak rambutnya, pikiran nya tertuju pada komplotan yang tidak menyukai kejayaan Jendral, itu mungkin. Tapi kisah itu sudah kolot sekali untuk kembali di usik, sudah garing. Tapi syukurlah jika tidak ada korban, pikiran nya sangat kusut.

***
◤━━━━━━━━━━♠️━━━━━━━━━━◥
ㅤㅤ ㅤ ㅤ  †ㅤ BORDERLINES
◣━━━━━━━━━━♠️━━━━━━━━━━◢

***


Hujan melanda malam ini, semua nya tampak mencekam kala angin malam mendekap sebagian badan. Giliran Jagat, Ghandi dan Myrcella. Yang lain beristirahat untuk shift berikutnya.

BorderLines Ft GumenamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang