Part 1: Negeri Angin

9 2 0
                                    

Helaan nafas berat terdengar begitu melelahkan. Keringat mengalir deras diseluruh tubuhnya. Angin yang cukup kencang tiba-tiba berhembus, membuat dirinya yang tengah mendaki tebing itu mendadak oleng. Beruntung dia masih bisa mempertahankan keseimbangannya.

"Sedikit lagi." Lirihnya sembari menyemangati diri. Tangan kanannya menggapai batu bersamaan dengan kakinya yang menginjak batu lain. Tanpa aba-aba, ia langsung saja melompat dan akhirnya sampai di permukaan gunung yang ia daki.

Ia menyeka peluh di dahi, mulai berjalan menuju pohon yang tak jauh dihadapannya guna memandang sekitar. Sampai akhirnya ia mengetahui saat ini sudah berada dimana.

Sebuah pemandangan kota dengan kincir angin dimana-mana kini ada dihadapannya. Orang-orang yang beraktivitas di dalamnya nampak seperti semut-semut kecil. Ia kemudian terduduk. Bibirnya melengkungkan senyum. Tujuannya sudah didepan mata, membuat semua yang beban berat yang ia lalui terasa hilang begitu saja.

"Sebentar lagi aku akan sampai rumah! " Serunya kegirangan. Ia kembali bangkit. Mengepakkan tangan dan melihat ke arah bawah.

Ia kemudian menuruni gunung dengan lihainya, melewati hutan sebagai jalan pintas agar segera sampai di negeri tersebut. Rasanya tak sabar untuk sampai disana.

Ia berlari sampai kemudian di berhentikan oleh penjaga gerbang. Memintanya menunjukan identitas dan surat izin berkunjung. Dirinya kemudian tersenyum, sembari menunjukan sebuah kartu dengan bangganya. Penjaga mengambilnya. Berulang kali menatap kartu dan wajah si pemilik. Nampak familiar, tapi lupa siapa. Hingga si penjaga melirik namanya, kemudian terkejut.

"Ah! Itu kau! Akhirnya kau kembali! " Seru si penjaga, membuat teman penjaganya yang lain kebingungan.

"Kemarilah, selamat datang kembali! Tinggalah cukup lama! " Ucap penjaga itu sambil memberikan jalan. Ia tersenyum kemudian melangkah masuk, masih dengan pose bangganya.

Di belakang mereka, Ellie sibuk melihat kantong kulit berisi uang miliknya. Menimbang nimbang, apakah uangnya akan cukup untuk dirinya bermalam di negeri yang akan ia datangi. Sampai Ellie tak sadar sudah berada di hadapan penjaga gerbang yang otomatis langsung memberhentikannya.

"Tunjukan identitas dan surat izin. " Ucapnya. Ellie hanya menunjukan kartu identitasnya, si penjaga langsung mengernyit melihat Ellie.

"Maaf, saya belum membuat lisensi pengembara. " Jelas Ellie, si penjaga mengangguk.

"Kau harus bayar 2 koin perak. Setelah itu kusarankan untuk langsung membuat lisensi pengembara. Kau akan kehabisan bekal kalau setiap kali harus bayar jika ingin masuk ke sebuah negeri. " Si penjaga mengembalikan kartu identitas milik Ellie. Ellie mengangguk, kemudian memberikan 2 koin perak pada si penjaga. Ke dua penjaga itu bergeser, memberikan jalan pada Ellie untuk masuk.

"Selamat datang di Negeri Angin! " Ucap kedua penjaga itu. Ellie melangkah masuk, dan langsung di sambut oleh pemandangan kota dengan kincir angin besar sebagai lambang utamanya. Ellie terpana melihat keindahan kota ini. Air mancur di tengahnya terlihat indah, biasan matahari makin membuatnya indah.

Sesuai perintah petugas, Ellie harus pergi ke perserikatan perjalanan untuk mendapatkan lisensi pengembara. Ia harus membayar 1 koin emas untuk mendapatkannya. Cukup mahal memang, tapi ini lebih murah daripada harus membayar 2 koin perak ke setiap negeri yang ia kunjungi nanti. Yang mana, Ellie juga tidak tau akan berkunjung ke berapa negeri untuk membawa kembali kakaknya. Ellie kemudian menatap Mighty yg hinggap di pundaknya. Bayi burung hantu itu kemudian mengeluskan kepalanya di pipi Ellie, membuat Ellie merasa geli.

Baru saja keluar dari perserikatan, Ellie mendapati ada banyak kerumunan orang di tengah kota. Merasa tertarik ia kemudian pergi kesana. Ia berusaha maju, ingin mengetahui apa yang terjadi di depan. Karena ramainya pengunjung, tubuh Ellie terdorong hingga tak sengaja menabrak sesuatu yang keras, terasa hampir membuat hidungnya patah. Ellie mengusap hidungnya dan melihat ke atas, sementara orang yang di hadap Ellie balik menatapnya. Rambut hitam itu membuat Ellie tertegun, kemudian ia menunduk dan mengucap maaf. Lalu bersegera pergi ke depan.

The Guardian of Crystal Element Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang