Tanpa membuang waktu, pagi itu juga, setelah Vein menjelaskan informasi yang ia dapat, mereka akan segera berangkat. Setelah membereskan penginapan yang mereka tempati, Vein pergi menemui pemilik penginapan. Menitipkan kunci penginapan, bilang akan pergi dalam waktu satu hari ini. Atau mungkin lebih lama namun masih ada kemungkinan akan kembali. Pemilik penginapan mengangguk dan mengambil kunci dari tangan Vein itu sembari bergetar. Vein menghela nafas melihat betapa sulitnya pria tua renta ini dalam beraktivitas. Ia kemudian pamit sekali lagi dan berbalik, menyusul teman temannya.
"Sudah, mari berangkat." Ucap Vein. Ketiganya mengangguk dan ikut mulai melangkah di belakang Vein.
Mereka memilih jalur sepi yang tak pernah di lewati orang orang. Menuju luar gerbang Kerajaan Ruby bisa lebih cepat lewat sana. Makin mereka melangkah maju, hawa keberadaan disana makin berbeda. Dan dalam waktu beberapa menit saja, kemegahan yang ada dalam Kerajaan Ruby langsung berganti dengan pemandangan kumuh. Inilah sisi lain Kerajaan Ruby. Tentu saja, disaat ada warga yang hidup dalam kemegahan, pasti ada juga yang hidup dalam kemiskinan. Atau bisa dibilang, sebuah Kerajaan tak akan pernah luput dari permasalahan pemukiman kumuh seperti ini. Vein dan Ericia yang merupakan keluarga Kerajaan sangat paham mengenai hal ini. Ericia berusaha menutup wajahnya. Dia menaikkan tudung mantelnya. Memegang ujungnya erat, menunjukkan rasa bersalah.
"Bahkan Kerajaan paling kaya tak bisa menangani warga miskin ya. " Celetuk Zylant yang membuat Ericia makin merasa bersalah. Walau bukan kerajaannya, fenomena seperti ini membuatnya teringat kampung halamannya.
Vein melirik ke arah Ericia sesaat. Ia tau gadis itu tengah merasa bersalah. Tapi ia tak peduli. Jika dimanjakan, Ericia tak akan bisa tumbuh kuat.
Beberapa menit kemudian, ujung dari tempat kumuh itu mulai terlihat. Ericia makin mempercepat langkah, tak tahan berlama lama di tempat tadi. Ellie dan Zylant saling tatap mempertanyakan sikap Ericia.
"Kami ingin ke Hutan Ruby." Ucap Vein. Penjaga yang tadinya sedang bermalas malasan di pos penjagaannya langsung terlonjak kaget. Ia berdiri mendekati Vein dengan wajah menakutkan.
"Kau serius?! Hutan Ruby yang itu?!" Wajahnya menunjukkan ketakutan yang amat sangat dalam. Vein mengangguk tanpa ekspresi. Penjaga itu menelan ludah dan berbisik pada Vein.
" Kau tau berapa banyak warga kumuh yang aku lihat mati mengenaskan? Mereka berpikir bisa memperbaiki hidup mereka jika menjual tanaman langka dari hutan itu. Dan setiap yang kembali tak ada yang utuh, bahkan hampir tak ada yang bertahan hidup." Bisiknya.
"Jadi orang yang 'diselamatkan' itu merupakan warga kumuh disini?" Tanya Vein. Penjaga itu terkejut kemudian mengangguk. Vein memegang dagunya.
"Pantas saja orang orang hanya memilih percaya dan kisah itu cuma jadi legenda. Tidak, bukan memilih percaya. Orang-orang hanya pura pura percaya karena ucapan orang yang lebih rendah dari mereka biasanya tak bisa mereka terima. " Gumam Vein.
Penjaga itu masih menatap Vein ketakutan. Ia melihat satu persatu pada mereka. Kemudian menghela nafas.
"Silakan saja kalau mau pergi, yang penting sudah kuperingatkan ya." Ucap penjaga itu. Mereka berempat mengangguk.
"Terima kasih." Ucap Vein dan mulai pergi melangkah. Ellie dan Zylant juga mengucapkan terima kasih dan berlari kecil menyusul Vein dan Ericia yang sudah berjalan lebih dulu.
"Kalau dipikir aneh juga. Seharusnya hutan itu sudah masuk kawasan kerajaan lain. Apa karena tak ada yang berani masuk kesana, makanya kerajaan lain tak mau menerimanya dan memberikannya pada Kerajaan Ruby?" Tanya Ellie pada teman-temannya. Ericia melirik kemudian tersenyum.
"Hmm, pemahamanmu setengah benar sih. Sebenarnya hutan itu terletak di antara 2 kerajaan. Dan masing-masing Kerajaan tak mau menerimanya karena tingginya jumlah serigala inferno disana. Sehingga mereka memutuskan untuk menjadikan hutan itu sebagai hutan perbatasan." Jelas Ericia.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian of Crystal Element
Fantasy"Jika ketujuh kristal ajaib berkumpul, maka apapun keinginanmu akan dipenuhi tanpa terkecuali." Ellie terpaksa harus berpergian demi mencari ketujuh Crystal element sebelum kakaknya, Cleven yang tiba tiba berubah menjadi aneh setelah membaca tulisan...