Ia bukan fajar yang mengembang
Ia bukan gugusan bintang yang membentang di langit malam
Ia bukan pohon yang daunnya meneduhkan
Ia juga bukan hujan yang menyuburkan tanah gersang
Adalah seorang manusia
Datang memasuki waktu dengan kemeja batik biru
Adakah yang lebih memesona?Keriput di wajahmu
Usia yang akan memudar bersama waktu
Suara yang lekas mengecil, tak serupa dulu
Dari tatapan yang nyalanya temaram
Tetap sederhana dan kian bijaksanaSungguh sulitnya bersabar
Atas kenakalan kami
Atas kebisingan obrolan-obrolan kecil yang menguap di udara
Atas waktu mengajar yang seringkali tertunda-tunda
Kurasakan betapa menyebalkannya
Kurasakan betapa kesalnya
Satu saja helaan napasmu yang tidak disadari
Berupaya dengan susah untuk memaklumiTubuh telah menua
Semangat mungkin membara
Sedikit redup
Sedikit surut
Dan engkau kembali mengajar untuk kami
Dengan senang hati memberi
Tak peduli tentang hambatan apalagi yang berkunjung menghampiriAdalah kehormatan mengenal sosokmu
Duduk di kursi sembari mencatat pengetahuan
Dan aku menjadi muridmu
Dan kau, adalah guruku
KAMU SEDANG MEMBACA
Buttereads (Antologi Puisi)
PoetryPuisi tak selalu biru, sajak tak selalu senja, apalagi warnanya yang tiba-tiba tampak jingga. Bukankah begitu?