3

141 36 1
                                    

Pagi ini musim semi tidak terasa terlalu berangin seperti sebelumnya. Mension sangat tenang dan semua pelayan berkeliaran tanpa suara untuk bersih-bersih, beberapa ksatria masih berpatroli seperti biasa nya.

Tak ada yang berubah kecuali kenyataan bahwa ia kembali dari mimpi buruk nya, mimpi buruk yang berlangsung selama 7 tahun tanpa bisa ia hentikan. Namun, kini ia memiliki kemampuan untuk menelan mangsa nya lebih awal.

Bagaimana mungkin ular digerogoti oleh tikus sampai mati? Viona tak akan membiarkan nya kali ini.

Dia duduk di depan cermin, memperhatikan pantulan dirinya pada permukaan itu. Cantik namun jika dia tidak bisa menangani tikus ini maka dalam jangka waktu setahun dia tidak akan mengenali wajah nya lagi.

Viona dibantu oleh pelayan menggunakan gaun berwarna hitam dengan hiasan mutiara putih disepanjang pinggang nya. Ada bordiran timbul mawar pada gaun nya yang menggunakan benang emas.

Gaun hitam hanya diizinkan ada pemakaman tetapi Viona akan menggunakan ini sebagai penyambutan untuk seseorang yang bermimpi menjadi angsa putih menawan yang kenyataan nya akan berakhir di penggorengan nya.

Rambut nya ditata kebelakang membuat tampilan segar dari leher nya yang jenjang menunjukkan kalung ruby merah.

Viona melangkah menuruni tangga dimana ibunya menatap nya dengan agak terkejut. "Sayang?" Tapi pada akhirnya hanya tersenyum dan membiarkan saja.

Mereka menunggu di depan pintu utama dimana ayah nya akan kembali dari perjalanan. Viona menggenggam tangan ibunya erat ketika kereta kuda yang memiliki bendera Adelaide berhenti, seorang ksatria membuka pintu dan muncul lah pria setengah baya yang masih tampan di usia nya. Tetapi yang mengguncang pikiran semua orang adalah seorang gadis seumuran Viona yang ikut turun dengan senyum malu-malu dan tampak polos.

Viona bisa merasakan suara ketupan samar dari rahang ibunya dan tatapan nya yang menjadi tajam.

'Nah Bu, lihatlah suami yang kamu puja dengan cinta buta itu memiliki anak diluar nikah.' batin Viona berbicara dia mengalihkan pandangan nya pada gadis yang kini bersembunyi dibalik punggung ayah nya.

Sekarang, aku penjahat nya...

****

Mension keluarga Adelaide terguncang hari ini setelah Duke membawa anak haram nya pulang. Hal ini tentu saja membawa kemarahan dari Duchess Mirael yang merasa dikhianati. Namun, Duke beralasan bahwa Ibu Levina baru saja mati dan tidak bisa membiarkan anak itu menggelandang di jalanan.

Anak itu duduk dengan takut-takut di ruang tamu sementara Viona menatap nya lekat dari atas kebawah dengan sebelah alis terangkat naik. "Ibumu pelacur ya?" Katanya.

"A-apa?" Levina terangkat tanpa menyangka Viona akan langsung menyerang nya dengan asal-usul nya.

"Jika bukan pelacur lalu apa? Tidak mungkin ibumu tidur dengan pria yang sudah menikah, bahkan jika dia tahu dia tidak mungkin melanjutkan kandungan nya setelah mengetahui bahwa kamu anak haram ayahku." Viona memiringkan kepala nya sambil menatap Levina lekat. "Jadi kamu putri pelacur atau putri budak?"

Setiap kalimat yang Viona gunakan seperti sebilah pisau yang dihujamkan berkali-kali pada Levina. Dia tahu itu dan dia sengaja, menunjukkan ketidakpuasan nya sejak awal pertemuan mereka. Dimaslalu ia menyambut baik gadis ini. Namun jantung yang dia berikan dibayar dengan sampah, tak ada gunanya.

Segala macam penderitaan nya dilakukan oleh gadis yang bertingkah seperti teratai putih hingga menjelang kematian nya.

Tak ada gunanya menunjukkan belas kasihan pada manusia yang tak dapat menghargai nya.

"Kamu berbau seperti... kemiskinan. Tapi tidak apa-apa, soalnya tak ada gunanya membasuhnya jika hatimu yang kotor." Viona melirik gaun biru Levina, tidak repot-repot melihat ekspresi pucat penuh kebencian Levina terhadap nya. "Itu gaun baru dari butik Sylvia? Itu mahal sekali, aku harus merengek untuk mendapatkan nya tapi kau bisa memiliki nya lewat ayah ya?"

Apa yang Viona katakan ini adalah kalimat yang Levina ucapkan ketika dia ditahan di penjara sebelum mengalami eksekusi mati. Dia dikurung tanpa mandi, dipukuli sampai babak belur oleh penjaga hingga tangan kanan nya bengkok ke arah berlawanan dan disana Levina menatap nya dengan jijik.

"Kamu bau sekali, sangat menyedihkan . Tapi tidak apa-apa, soalnya tak ada gunanya membasuhnya jika hatimu yang kotor."

Viona tertawa kecil melihat air mata yang mengalir di pipi Levina, khas teratai putih menjadikan kelemahan sebagai senjata. "Tak ada gunanya menangis, kau pikir siapa yang akan membelamu di mension ini? Ayah? Pelayan? Ksatria berkuda putih?" Tanya Viona dengan seringai ejekan nya.

Pelayan dibelakang Viona memejamkan mata penindasan yang dilakukan oleh nona muda mereka. Makian Duchess Mirael masih terdengar dari ruangan lain, jelas nyonya keluarga lain tidak akan berani membuka suara jika suami mereka membawa gundik ataupun anak haram tetapi Duchess Mirael adalah pemilik sebenarnya dari Duchy.

Bahkan jika dia sakit hati atas pengkhianatan, Duchess Mirael tak akan menceraikan suaminya dan akan menjadikan tontonan untuk dipermalukan.

"Selamat datang di neraka, dear Levina." Sambut Viona dengan manis membuat jantung seseorang berdebar ketakutan.

****

Semenjak hari itu, Levina tinggal di mension Adelaide namun tetap dengan status nya sebagai putri haram Duke. Duchess Mirael tidak bersikap jahat ataupun menunjukkan permusuhan terhadap Levina tetapi dia tutup mata atas tingkah putri nya.

Duke berusaha untuk menegur Viona karena Levina mengadu padanya bahwa Viona baru saja menjambak nya dan hari itu juga Viona benar-benar menjambak rambut itu di depan Ayah nya.

"Apa? Aku hanya merealisasikan kata-kata nya kok, Tuhan tidak suka orang yang suka berbohong." Kata Viona sambil tersenyum tanpa rasa bersalah telah membuat rontok rambut hazel Levina.

Duke mengusap kening nya yang sakit. "Tuhan tidak suka orang yang melakukan kekerasan Viona."

"Kupikir Tuhan lebih benci pada pelaku perzinahan. Aku bicara fakta bukan begitu Levina?" Sahut Viona mendapatkan tatapan tajam dari Ayah nya. Dia mengangkat bahu nya cuek, tidak peduli dengan kemarahan sang Ayah. Fakta yang dia ketahui adalah bahwa Ayah nya tidak akan berani menghukum nya tanpa izin sang ibu.

Hal itu juga berlaku di masalalu, dia tak cukup dekat dengan ibunya saat itu dan tikus ini berhasil mendapatkan perhatian sang ibu yang merindukan sosok Viona dan melihat nya yang tampak jahat pada akhirnya ibunya memberikan teguran. Beberapa kali hingga semua orang muak dan akhirnya kehilangan kepercayaan padanya saat aat itulah Ayah nya mulai semena-mena.

Dia disuruh keluar dan Viona melirik Levina, dia berjalan dua langkah hingga dia berbisik ditelinga Levina."Kau tahu kenyamanan hidupmu tergantung pada sikapmu, ketika kau bilang tampar.. maka aku akan menamparmu. Saat kau bilang pukul maka aku akan memukulmu. Dan saat kau bilang dorong.. aku akan memastikan kau mendarat dengan kepalamu."

Viona menjauh lalu tersenyum manis dan melambaikan tangan nya sebelum berbalik pergi.

I'm a villainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang