1

339 36 1
                                    

Viona Adelaide adalah teratai hitam dari novel Dear Levina, penjahat yang yang pada akhirnya mendapatkan banyak hukuman atas semua kesalahan nya. Wajah nya dirusak oleh seseorang di hari pernikahan nya, hak suksesi nya direbut, bahkan kehidupan nya hancur total. Itu adalah ending memuaskan untuk karakter penjahat seperti Viona Adelaide.

Namun saat ini sang karakter antagonis, Viona. duduk di pinggir danau dengan nafas terengah-engah, dia baru saja tenggelam setelah perahu yang dia naiki bersama para lady lain tiba-tiba terguling dan akhirnya diselamatkan oleh seseorang. Apakah itu mengejutkan? Tidak bukan itu yang menjadi masalahnya, saat ini Viona menatap pantulan dirinya pada permukaan danau yang jernih seakan-akan tidak percaya bahwa gadis muda berambut pirang dan mata biru itu adalah dirinya. Bukan! Yang benar ini adalah tampilan dirinya 7 tahun yang lalu!

Viona meraba pipi nya yang masih bersih tanpa bekas luka bakar dari cairan asam sulfat. Tidak ada bekas keriput menggelembir yang terasa kasar saat disentuh, kulit wajah nya masih sehat dan lembut.

Tangan kanan nya juga masih normal tidak bengkok akibat cedera yang membuat tangan nya patah. Dan... Dan leher nya masih utuh! Tidak ada bekas sayatan pedang sama sekali!

Mata nya terasa panas, hingga baru dia sadari bahwa ia telah menangis begitu menerima fakta bahwa ia kembali ke 7 tahun yang lalu. Tetesan bulir air mata menyatu dengan kulit nya lembab setelah sempat tenggelam.

Hidupnya hancur sebelumnya, sangat hancur secara perlahan dan sekarang dia kembali lagi? Untuk apa? Apa rencana Tuhan sehingga ia harus kembali ke dunia yang ia benci ini lagi? Padahal... Padahal ia kira setelah menerima pengkhianatan, penghinaan, rasa sakit dan kekecewaan pada akhirnya dia bisa bebas di tiang pancung itu.

Tangisan Viona Adelaide adalah yang pilu yang bisa didengarkan oleh pelayan, ksatria dan juga Lady disana sehingga mereka semua diam dan tidak bicara hanya menundukkan kepala. Beberapa Lady bahkan ikut bersedih dan memeluk nya.

Pada Lady itu masih basah kuyup dari atas kebawah dan mereka semua berpelukan melupakan sikap angkuh mereka. Berpikir bahwa Lady Adelaide mengalami shock akibat kejadian barusan, padahal kenyataan nya adalah Viona shock karena ia kembali ke dunia yang seperti neraka ini setelah berpikir dia bebas.

****

Para dayang mendapati tangisan nya menjadi lebih panik dan menghubungi dokter sekaligus Duchess Adelaide.

Gaun basah Viona telah berganti menjadi baju tidur yang hangat dan rambut nya dikeringkan dengan cepat oleh para pelayan. Mata nya sembab dan demam nya tinggi ketika dokter memeriksa keadaan nya, dia mendapatkan resep obat dan tertidur setelah dengan cepat setelah menelan cairan obat yang rasanya pahit luar biasa yang diberikan pelayan nya.

Selama tidur dia mendapati mimpi panjang penuh penderitaan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang, menjelang akhir mimpi Viona merasa sesak nafas begitu dia merasakan tajam nya pisau berat itu memotong leher nya.

Viona bangun dengan keadaan terengah-engah, dada nya sesak sekali membuat nya panik dan menatap sekitar nya dengan was-was. Tiba-tiba ia merasakan usapan lembut pada dada nya dan tepukan di rambut nya, Viona menoleh dan menemukan sepasang mata hijau tengah menatap nya dengan sedih.

"Sshh... Tidur nak, malam masih panjang. Kau hanya mengalami mimpi buruk, tidurlah ibu disisimu..." Suara itu berbisik lembut menembus keheningan malam yang menakutkan, menenangkan jiwa nya yang gelisah menjadi damai.

Air mata Viona merebak tanpa dapat dicegah begitu melihatnya, ini adalah wajah yang dia rindukan, suara yang selalu ingin dia dengar lagi dan kasih sayang yang hilang dari sisi nya setelah kejadian itu merenggut nyawa ibunya.

"Bu..? Ibu..?" Viona bangun menyentuh wajah ibunya dengan hati-hati seakan-akan takut bahwa mimpi nya akan berakhir begitu ia memeluk nya. Tangis nya pecah, dia menunduk sambil memegangi tangan ibunya erat. "Maafkan aku... Aku minta maaf... Salahku, semuanya salahku Bu."

Kalau aku bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah kamu tidak akan mengalami kejadian itu, kamu tidak akan mati dalam kejadian itu.

Duchess Mirael tertegun melihat keadaan putri nya yang tiba-tiba menangis seperti ini. Dia bisa menahan rasa pedih di hidung nya dan mencoba tersenyum sambil memegang kedua pipi putri nya agar sepasang mata biru itu mau menatap nya. "Hei, ada apa sayangku? Kenapa minta maaf pada ibu?" Dia bertanya lembut sambil menghapus air mata Viona dengan jempol nya.

"Apa yang membuat putri ibu yang cantik ini sesedih ini? Siapa yang melukai perasaanmu?" Duchess Mirael tersenyum membuat Viona menggeleng dan terisak-isak.

Karena tangisan putri nya tidak kunjung berhenti dan tidak mengatakan apa-apa juga sehingga Duchess Mirael menghela napas panjang dan memeluk putri erat. Menepuk-nepuk punggung nya lembut. "Kalau begitu menangis lah, tidak apa-apa hanya ibu yang ada disini. Luapkan semuanya agar perasaanmu menjadi tenang kembali. Semuanya akan baik-baik saja."

Viona memeluk ibunya erat, tangisan nya teredam dalam pelukan hangat itu. Bagiamana mungkin dia bisa menerima kehilangan satu-satunya pelukan hangat ini? Bagimana mungkin dia bisa hidup tanpa satu-satunya cinta yang tulus tanpa pamrih padanya?

Semua orang membencinya, mengatakan bahwa ia jahat dan memuakkan. Semuanya memgatakan bahwa hati nya sangat keruh dan buruk hingga semua kemalangan yang datang pantas untuk merusak hidupnya.

Viona bisa menerima semua caci maki yang datang padanya, semua tuduhan tak berdasar seperti itu dia bisa menghadapinya dengan punggung tegak nan tegar. Namun begitu ibunya meninggal dia kehilangan kepercayaan dirinya, kehilangan pijakan hidupnya dan kehilangan satu-satunya cinta yang tulus dalam hidup nya.

"Sayang-sayang... Sudah jangan menangis. Nanti dadamu sesak." Suara lembut itu membuat tangisan Viona perlahan-lahan surut dan menjadi tenang. Namun, dia tidak melepaskan pelukan nya.

"Bu, kamu berjanji untuk tidak meninggalkan aku ya?" Viona mengatakan ini dengan sepasang mata bengkak yang membuat Duchess Mirael tertegun sejenak lalu tertawa. "Anak bodoh, kenapa ibu harus meninggalkan hartaku yang paling berharga? Jadi kamu menangis karena bermimpi buruk bahwa ibu akan meninggalkanmu?"

Sisa malam itu diisi dengan tawa Duchess Mirael yang menggoda putri nya dan keluhan Viona yang merasa tidak dianggap serius oleh ibunya.

****

Beberapa hari setelah insiden tenggelam itu banyak hal yang berubah di Duchy, suasana menjadi lebih hangat dan nyaman oleh sepasang ibu dan anak yang mengobrol dengan payung besar dan cangkir teh di halaman.

Viona sudah 16 tahun namun dia bersedia menjadi manja dan genit jika bisa mendapatkan perhatian ibunya. Padahal sebelumnya dia bertingkah seperti nona muda kebanyakan yang mulai bersikap sok dewasa dan acuh tak acuh pada sekitarnya.

Viona menjadi berubah pribadi yang manis dan lembut bahkan sikap nya menjadi ramah pada pelayan. Ini seperti Putri Adelaide baru saja mengalami amnesia karena peralihan kepribadian ini agak drastis tapi bukan berarti buruk.

Sebelumnya sikap Viona sangat pendiam dan cukup tertutup untuk bisa mengatakan sesuatu yang ada dibenaknya yang sebenarnya, sehingga seseorang yang tidak mengenal dirinya dengan baik cenderung akan salah paham dan menganggap nya sombong dan jahat. Sehingga seseorang yang licik menggunakan ini untuk bisa dengan leluasa memfitnah nya untuk hal yang tidak pernah ia lakukan.

Viona menyesap teh nya, menatap bayangan dirinya yang terpantul disana ada sinar kebencian dalam sepasang mata nya. Kebencian untuk dirinya sendiri di masalalu dan orang-orang yang telah menyakiti nya.

Dia membuat keputusan dalam hati bahwa ia tidak akan mengejar apapun yang telah pergi namun ia tidak akan melepaskan siapapun yang datang untuk menyakiti nya pada kehidupan saat ini.

I'm a villainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang