HALLO GUYS!!
GIMANA KABARNYA?
SEMOGA SELALU BAIK, YA.
KALAU KAMU LAGI SEDIH, SEMOGA CEPET BAIKAN, YA.CALL ME TY, OK?
🌷
KALAU ADA SALAH-SALAH KATA, MAAF.
YANG SEMPURNA HANYA TUHAN, SAYA HANYA MANUSIA BIASA.Happy reading 🧚🏼♀️
*****
"Karna kata Papa dia udah ga cinta lagi sama Mama."
Mimi yang tertawa dengan pembahasan itu tiba-tiba terdiam kala mendengar kalimat yang ia dengar dari Cloura. 'Papa udah ga cinta lagi sama Mama.' Mimi reflek memeluk erat tubuh mungil dihadapannya. Mengapa sedari kecil Cloura harus mendengarkan ucapan yang seperti itu? Orang tua yang tidak bertanggungjawab. Tanpa Mimi sadari ia menangis saat mendekap erat tubuh Cloura.
"Kak Mimi.. kenapa nangis?" Cloura bingung mengapa Mimi tiba-tiba memeluknya dan menangis.
"Ga, gapapa kok sayang," sahut Mimi melepas pelukannya dan mengelap air mata yang tertinggal di pipinya. "Besok mau ke taman, ga?" tawar Mimi.
"Taman? Dibelakang rumah?" Yang Cloura tau hanya taman yang berada dibelakang rumahnya. Yakni, taman Mamanya.
"Haha, ga dong. Ada banyak taman, tidak hanya di belakang rumah. Nanti kita ketemu sama banyak bunga, suka bunga 'kan?"
"Bunga? Seperti tulip dan mawar?"
"Iya, tapi lebih banyak lagi. Mau?"
"MAU!!" seru Cloura bersemangat untuk melihat banyak bunga lainnya yang belum ia lihat.
Mimi mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. Buku biologi yang bergambar. Ada 2 buku, satu untuk Cloura dan lainnya untuk Mimi.
"Ini buat apa? Buku?"
"Ini buku buat kamu, nanti kita belajar dari sini. Suka tentang tumbuhan kan? Kamu suka apa lagi?"
"Tumbuhan? bunga?"
"Iya, suka ngapain lagi?"
"Suka.. suka? Suka pas kita mewarnai foto." Cloura terlihat berpikir, hal apalagi yang ia sukai. "Belum ada hal yang menyenangkan, bagiku," lanjutnya.
Mimi mengarahkan Cloura untuk membuka buku yang ia bawa, dari halaman pertama mengenai pertumbuhan tanaman. Berbagai jenis tumbuhan terlihat menakjubkan di halaman pertama buku tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir dari semuanya adalah kematian
RandomCloura Dendarakya. Tulisan luka. Aku hadir dalam malam yang redup, dingin, dan sunyi. Luka yang aku bawa ditiup halus oleh angin yang memeluk tubuh rapuhku. Jangan ajari aku tentang bagaimana hidup, karna hidup bagiku adalah sumpah. Aku tak pernah...