[03] Beberapa Jawaban

269 41 1
                                    

| Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

—————

Sunghoon kembali menghela nafas lelah. Jaeyun duduk meringkuk di atas sofa, menyembunyikan diri dari tatapan Eun Chae yang duduk bak ratu di single sofa tak jauh darinya. Sunghoon? anak itu tentu mendampingi Jaeyun dengan paksaan, bagaimana tidak jika saja Jaeyun terus saja menarik bajunya sebagai isyarat.

"Jangan melotot terus." Terhitung sudah tiga kali Jaeyun melontarkan kalimat tersebut sejak tiba di kediaman Park Sunghoon.

Eun Chae yang mendengarnya tentu saja makin melotot. "Kenapa, gak suka?"

Jaeyun yang melihat si gadis cilik itu makin terlihat marah hanya dapat menggeleng dan merapatkan tubuhnya ke arah Sunghoon yang duduk anteng menonton siaran televisi di sebelahnya. "Ya gak papa. Jangan marah."

[.. Distrik 5 pagi tadi di hebohkan oleh laporan penemuan mayat seorang anak berusia 17 tahun di rumahnya. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, ayahnya sendiri di putuskan menjadi tersangka oleh pihak berwenang...]

Eun Chae yang tidak sengaja melihat Jaeyun bergerak gelisah serta tidak nyaman mendengar berita tersebut segera bertanya. "Kenapa gitu? emang itu ayahmu ha?"

Nadanya masih galak, Jaeyun jadi takut menjawabnya.

"Ayah angkat." jawab nya kecil.

Sunghoon dan Eun Chae sontak menoleh ke arah Jaeyun.

"Wait!! KAMU DIBUNUH?" Eun Chae berteriak menggelegar, beberapa barang di dekatnya turut bergoyang menerima sinyal kemarahan anak itu.

Jaeyun mengangguk kecil, raut mukanya masam bibirnya mencebik lucu. Eun Chae yang mengetahui fakta baru tersebut mengendurkan wajahnya yang keras.

"Kenapa dia tega?" Suara gadis cilik yang galak itu kini bergetar.

Sunghoon hanya mengamati, jarang-jarang ia melihat penguasa rumahnya itu memasang ekspresi seperti ini. Ini adalah hal langka yang Sunghoon temukan sejauh ini.

"Mungkin karena aku tidak cukup baik? aku juga tidak mengerti dimana letak kesalahanku." Jaeyun menunduk, ia lebih memilih untuk melihat tangannya yang saling bertautan dalam pangkuannya.

"Kukira duo penggosip itu melantur." Sunghoon berbisik kecil namun nasih dapat di dengar oleh dua mahkluk tak kasat mata di dekatnya.

Eun Chae mendekat ke arah Jaeyun. tangannya yang pucat mengusap kepala Jaeyun.

"Tidak apa, tidak usah sedih. Biarkan saja dia di penjara kalau bisa diberi hukuman mati saja. Menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa hanya ditebus dengan mendekam di balik jeruji besi."

Setelah mengatakan itu Eun Chae menghilang sesaat dan kembali dengan puding karamel instan di tangannya.

"Aku sebenernya nggak sudi jika harus memberikannya padamu. Tapi kamu patut di kasihani."

Jaeyun yang melihat ada makanan manis langsung bersemangat. Menerima pemberian Eun Chae dengan senang hati.

"Hantu bisa makan? puding nya kok transparant gini? emang bisa di makan?" Tanya Jaeyun kecil yang langsung di balas dengan decakan sebal dari Eun Chae.

"Ck,, Sunghoon kamu jelaskan. anti aku sama arwah gentayangan macam dia. Banyak nanya, bikin pusing." Dengan begitu Eun Chae kembali menghilang entah kemana.

"Bisa." Jawab Sunghoon apa adanya.

"Asal makanan tersebut memang di tujukan padamu. Contoh saja puding itu, puding itu adalah kesukaan Eun Chae. Aku membelinya khusus untuk dirinya. Jadi dia bisa makan puding tersebut."

Jaeyun mendengar penjelasan Sunghoon dengan seksama.

"Terus kenapa bentukannya gini?" Jaeyun mengangkat puding setengah transparan di tangannya.

"Menyesuaikan. Makanan fisik yang telah di berikan untuk orang yang sudah pergi masih ada. Tapi rasa makanan yang telah di cicipi oleh arwah yang di tujukan akan terasa hambar."

Sunghoon menunjuk puding di tangan Jaeyun. "ini inti rasa makanan. ketika kamu makan, puding di kulkas yang memang sengaja kuberikan pada Eun Chae akan kehilangan rasanya."

"Berarti aku nggak bisa asal ambil jajan di minimarket?"

"kamu mau nyolong?"

"Ada niat sih, mumpung gk ada yang bisa lihat."

Sunghoon hanya geleng-geleng kepala. "Arwah sepertimu nggak punya rasa laper. Tapi makanan pemberian dapat membantu arwah-arwah tetap waras."

"HAH?! Ada hantu nggak waras? Sunghoon selain anti hal mistis. orang gila ada dalam urutan teratas daftar hal yang paling ku hindari." Jaeyun menatap horor Sunghoon yang kini balik menatapnya.

"Singkirkan bayanganmu tentang orang gila. Arwah yang lepas kewarasan itu lebih berbahaya. Mereka mengonsumsi hawa negatif di sekitarnya. Beberapa bisa memaksa masuk ke tubuh yang sedang tidak dalam keadaan baik."

"Maksudmu kerasukan?"

Sunghoon mengangguk mantap lantas mengambil remote untuk mengganti siaran televisi.

Jaeyun memakan pudingnya dalam diam, mencerna beberapa informasi yang baru saja ia dapatkan.

"Hey Sunghoon.."

"Hm?"

"Apa kau tidak terganggu dengan kehadiranku?"

"Tidak." jawabnya lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari serial kartun yang sedang di tayangkan televisi.

"Kau baru mengenalku."

"Aku tahu. Lalu kenapa?"

"Bagaimana jika aku orang jahat dan melukaimu? aku juga bisa merampokmu."

Sunghoon akhirnya menoleh. Disambut dengan Jaeyun yang memasang wajah serius meskipun dalam penglihatan Sunghoon jatuhnya malah lucu.

"Kau bisa mengatakan hal itu saat kau masih punya bayanganmu sendiri."

Jaeyun tersenyum miris. "Ah, kau benar. Aku sudah mati."

Entah bagaimana Sunghoon tidak suka mendengar pernyataan Jaeyun.

"Lebih baik kau istirahat."

"Emang bisa istirahat?"

"Capek nggak?"

Jaeyun mengangguk. "Capek. Padahal nggak ngapa-ngapain. Udah jadi hantu masih harus ngerasain capek ya? Kan orang mati harusnya istirahat dengan tenang."

"Itu karena matimu nggak tenang. Makanya jadi arwah penasaran." Jawab Eun Chae yang tiba-tiba saja sudah duduk manis di single sofa yang tadi sambil memangku cup eskrim besar.

"Sejak kapan di situ?"

"Udah dari tadi kali."

"Kalian berdua ngobrol aja, aku mau istirahat besok harus sekolah."

Setelah kepergian Sunghoon ruang tamu itu hanya diisi oleh suara dari televisi yang masih menyala.

Jaeyun fokus menghabiskan puding yang sedari tadi ia anggurkan karena mendengar penjelasan Sunghoon. Dan jujur saja ia memilih fokus pada puding nya tak lain karena masih takut sama sosok di dekatnya. Meskipun kini ia juga bagian dari mereka tetap tak membuat Jaeyun merasa aman bila harus berada dalam satu ruang yang sama tanpa ada Sunghoon sebagai tempat bersembunyi.

Bagi Shim Jaeyun saat ini, Park Sunghoon adalah segalanya.

"Hong Eun Chae."

"?"

Melihat Jaeyun yang memasang wajah bertanya membuat jiwa Eun Chae yang kesabarannya setipis tisu di bagi tiga itu ingin mengumpat.

"Hong Eun Chae. Namaku."

"Shim Jaeyun. Teman-temanku memanggilku Jake."

Malam itu Jaeyun merasa kalau Eun Chae tidak seburuk kelihatannya.

• • •

Ghost at my home

May 2023

Ghost At My Home [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang