Manusia Nyebelin

228 65 158
                                    

"Ternyata selain rindu dia aku juga rindu ayah, tapi apa ayah merindukan ku."
  ~ Safana hania umaeza ~

***************

Ternyata selain merindukan dia, Safana  juga merindukan Ayahnya. Pertanyaan yang menghantuinya adalah apakah Ayahnya juga merindukannya. Safana berbagi kekhawatirannya kepada teman dekatnya, Lily.

" Tuh Muka kusut amat ,semangat dong ke kampus tuh cari ilmu ,lu malah bengong. Kenapa berantem lagi ?"

"Ternyata selain merindukan dia, aku juga merindukan Ayah. Tapi, apakah Ayah juga merindukanku?" ucap Safana kepada Lily.

Lily menatap Safana dengan penuh pengertian. "Jangan  berbicara seperti itu,  Safa. Mungkin dia juga merindukanmu. Kamu berhak tahu, tentang siapa Ayah kandung mu Sa " kata Zalfa meyakinkan.

Safana merasa lega mendapat dukungan dari Zalfa. Namun, dia masih bingung tentang bagaimana cara untuk mendapatkan informasi tentang  ayahnya.

Sementara itu, Lily, sahabat terbaik Safana, selalu memberikan dukungan kepada Safana . Safana merasa beruntung memiliki Lily sebagai sahabat yang menganggapnya seperti saudara sendiri.

"Sa, kamu udah kuanggap saudara sendiri, kalau kamu ada masalah cerita aja," ucap Lily meyakinkan.

Safana tersenyum. "Salah nggak sih, kalau aku penasaran dengan Ayah kandungku sendiri?" tanya Safana ragu.

Lily menatap Safana dengan penuh pengertian. "Enggak, Sa. Kamu berhak tahu itu," ucap Lily.

Safana memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Ayahnya. Dia merasa perlu mengungkapkan perasaannya dan mencari jawaban atas pertanyaannya.

"Eh Sa, jadi kan nginep di rumahku, biar aku kasih tau Mama?" tawar Lily.

"Jadi dong, aku tadi udah izin sama Bunda," kata Safana.

"Dua hari ya, udah janji loh. Eh, tapi maaf ya Sa, aku pulangnya dijemput pake mobil sama Papa. Aku tadi lupa bilang sama Papa kalau aku pulangnya sama kamu. Papa katanya udah di parkiran. Maaf ya Sa, kamu nggak papa kan ke rumah aku pake motor sendiri," kata Lily tak enak hati.

"Ih, nggak usah minta maaf kali, aku ngerti kok. Kamu beruntung banget ya punya papa sepengertian Om Hendra, nggak kayak aku yang bahkan nggak kenal Ayahku," ucap Safana dengan sedikit cemburu.

"Ya Allah, apa aku boleh iri?" gumam Safana.

"Sa, kamu bisa kok anggap papa aku kayak Ayahmu sendiri," ucap Lily memeluk Safana.

"Makasih ya, Ly."

Ternyata rencana menginap di rumah Lily gagal. Lihat saja sekarang Safana sedang berada di bandara. Tadi kakaknya langsung menjemputnya dari rumah Lily. Nyebelin kan, tapi ya mau gimana lagi. Kalau dipikir-pikir, dipecat jadi kakak juga nggak mungkin. Kakaknya itu tadi meneleponnya dengan alasan ingin meminta maaf dan mengajak Safana jalan-jalan. Nekat banget sih sampe nyuruh orang buat angkut motor Safana buat dibawa pulang. Tapi lihat sekarang mereka di mana, huh, dasar nyebelin.

"Kak, katanya mau jalan -jalan kok kebandara ?"tanya safana bingung .

"Eh, kak, jangan bilang kita mau jalan-jalan ke luar negeri ya. Ih, jawab dong! Safa nggak bawa apa-apa ini, kakak juga nggak bawa barang apa-apa," kata Safana kesal.

Takdir Cinta SafanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang