17 Oktober 2022
"Hyung, Hanna nuna mana?" Jungkook menanyaiku ketika aku keluar dari dalam lift. Turun sendirian pagi ini. Sementara, yang lain sudah menunggu untuk kembali ke Seoul di lobi. Begitu melihatku, Jungkook mencari-cari di belakang punggungku, tentu saja mencari sosok Hanna, yang pagi ini tidak terlihat bersamaku. Ini membuat yang lain juga mengalihkan perhatiannya padaku. Mereka menatapku, penuh tanya.
"Udah balik lebih dulu. Ada kerjaan." Jawabku sambil memasukkan tanganku ke dua saku celana sebelum duduk di sofa lobi dengan kaki kanan menyilang di atas kaki kiriku. "Biasa. Sibuk." Tambahku, ketika Jin hyung menatapku, lebih lekat, dibandingkan yang lain.
Jangan sampai Jin hyung tahu aku sedang break dengan Hanna. Ngga. Lebih baik kalau semuanya ngga tahu.
"Oh." Sahut Jungkook, pendek, sembari mengangguk-anggukan kepalanya. "Nuna emang pekerja keras, ya."
"Hmm." Sahutku, singkat, seraya kupejamkan mataku. Dengan begini, pasti tidak ada yang akan menanyaiku lagi. Aku sedang tidak ingin diganggu siapa pun.
⸙⸙⸙⸙⸙⸙⸙
Sebenarnya aku tidak memahami Hanna. Kemarin aku sedang duduk di kursi belakang mobil, menulis note di ponselku, memandangi potretnya yang kuambil diam-diam dan mengagumi senyumnya yang tengah duduk minum kopi dan bercengkerama dengan Nicole, ketika ia keluar bersama Clara nuna dan seorang laki-laki yang terlihat seperti versi laki-laki dari nuna.
Pertamanya, aku diam saja melihat laki-laki itu terkesan mendekatkan tubuhnya pada Hanna. Tapi, lama-lama, aku tidak tahan begitu melihat pria itu mencium pipi Hanna. Dengan sangat cepat, tanpa berpikir, aku keluar dari mobil, dan meraih tangan Hanna. Kalau kupikir-pikir kuakui aku terlalu gegabah. Apalagi ini pertama kalinya aku melihat Hanna dengan pria lain seperti itu.
Bayangkan, waktu melihat Jin hyung mengikat tali sepatu Hanna saja hatiku rasanya sudah tidak karu-karuan. Ingin marah. Apalagi ini aku melihat seorang pria asing mengecup pipinya. Mengecup. MENGECUP PIPI. BIBIRNYA MENEMPEL DI PIPI HANNA.
ARGH!!
⸙⸙⸙⸙⸙⸙⸙
Begitu kami sampai di Hybe, aku langsung naik ke studioku. Yang lain tidak bertanya karena memang ini kebiasaanku yang selalu langsung kembali berkubang di studioku meskipun baru saja menyelesaikan sebuah schedule. Tapi, kali ini beda. Aku ke studioku bukan untuk bekerja. Aku hanya ingin sendiri saja. Dan, jika aku kembali ke apartemen sekarang, aku pasti akan teringat Hanna karena setiap pojok apartemenku meninggalkan jejaknya. Bahkan baju-bajunya menggunung di lemari pakaianku. Membuat depresi.
Kududukkan diriku di sofa panjang yang memang sengaja kutempelkan ke dinding studioku yang berwarna gelap ini. Kuedarkan pandangan pada seantero studio. Menyadari sepertinya aku butuh mengganti warna dindingnya supaya tidak terlihat terlalu suram. Ini membuat hati yang sedang tidak karuan menjadi semakin muram. Aku tidak suka dengan perasaan ini.
"Shibal."
Kuhempaskan tubuhku ke sofa dan begitu punggungku rebah di sofa kuletakkan lenganku di atas mataku yang perlahan kupejamkan. Aku mendesah panjang tatkala wajah Hanna yang mengajak break itu muncul di balik pelupuk mataku. Pertama yang nampak adalah bola mata hitamnya yang cantik dan tegas itu menatapku lekat. Tidak ada kegentaran di sana. Memang seperti itulah Hanna. Wanitaku. Kesayangan dan kebanggaanku. Ia tahu nilai dirinya meskipun kadang ia melupakan betapa hebatnya dirinya karena terlalu sibuk berkaca dari kerumitan keluarga besarnya yang sangat menjemukanku itu.
Kemudian, nampak bibirnya yang berucap, "Jangan membohongi perasaanmu, Yoongi. Kita berdua tahu, kita membutuhkan ini. Mungkin di luar sana, kamu bisa bertemu yang selain aku. Siapa tahu, kamu menemukan seseorang ...," desahnya, "... yang aku harap bukan aku." Lanjutnya, membuatku harus berpura-pura tegar mendengar perkataannya. Seperti petir di siang bolong, aku tidak pernah menyangka akan menghadapi situasi seperti ini. Selama ini aku selalu berpikir, sesusah apa pun aku mencoba memahami Hanna dan membangun hubungan kami, kami tidak akan pernah memutuskan untuk tidak bersama, bahkan hanya untuk sehari saja.
Ia lantas meraih kausnya yang sebelumnya ia jatuhkan di lantai dan dengan cepat memakainya. Kuamati pergerakannya dengan hati yang ngilu. Ia mengambil kemejanya dari lantai. Dengan erat ia genggam karena aku bisa melihat urat di nadi tangannya nampak jelas. Lalu, dengan tegas, ia kembali memandangku, "Aku kembali ke Seoul. Jangan menghubungiku dulu. Kita break." Ucapnya.
Hanna berjalan begitu cepat ke arah pintu dan menghilang di baliknya. Aku terdiam, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Tapi, seketika kenyataan menghantamku, aku tidak ingin ini menjadi terakhir kalinya aku bisa bertemu Hanna, maka kubuka pintu dan berlari ke arah lorong di mana kulihat gadis berambut panjang itu sedang berdiri di depan lift. Dengan cepat aku berlari ke arahnya dan kutarik lengan kirinya hingga bibirku bisa menemukan bibirnya. Kulumat dengan penuh ketulusan. Ingin kutunjukkan padanya, aku akan selalu menantinya, melalui ciumanku.
"Ciumanku ngga pernah berbohong, Hanna." Bisikku di telinga kanannya. Tubuhnya masih kupeluk erat. "Aku melakukan itu semua karena aku mencintaimu. Maafkan aku, jika kamu merasa terganggu. Kuhargai keputusanmu. Mari kita break." Kutahan napas. "Aku ngga akan menghubungimu sebelum kamu menghubungiku lebih dulu. Aku ngga akan mengganggumu." Tandasku.
Argh. Bodohnya. Kugoblok-goblokan diriku sendiri dalam hati yang bergemuruh.
⸙⸙⸙⸙⸙⸙⸙
18 Oktober 2022
Tengah malam
_________________________
Gureum-sshi
Gureum |
00.26| Ya, hyung?
00.28Hanna baik-baik aja? |
00.28| Sejauh ini nampak baik-baik saja, hyung.
| Tadi sempat juga menjenguk tuan besar
00.30Kamu balasnya lama banget, sih? |
00.30| Hyung, itu saya langsung balas
00.32Mana ada? Lama ah balasnya |
00.32| Hyung aja yang terlalu cepat balas
00.34________________________________
Haaah. Kututup obrolan ktalk-ku dengan Gureum dan menggulir ke bawah hingga kutemukan kontak Hanna.
si paling cuek 👍🏻
Kutatap. Sekali lagi. Nanar.
si paling cuek 👍🏻
Kusentuh profpic-nya. Terlihat wajahnya yang jutek berpose di depan kamera. Aku tersenyum memandanginya. Ini juga mungkin alasanku mengencaninya. Kejutekannya yang menggemaskan.
Ingin sekali rasanya menghubungi Hanna sekarang juga. Aku sudah rindu. Tapi, sepertinya, aku harus menahan diri. "Haaaah." Desahku, seraya berdiri dari dudukku di sofa dan berjalan ke arah kursi kerjaku di depan komputer. Sebaiknya aku menghilangkan penat dengan membuat beat. Siapa tahu aku bisa mengalihkan perhatian dari Hanna. Walaupun mungkin mustahil.
⸙⸙⸙⸙⸙⸙⸙
WEVERSE: LAMAN ARTIS - BTS SUGA
_____________________________________
Hari ini aku membuat beberapa beat. Tapi, sepertinya terlalu tidak bagus untuk menjadi layer lagu. Kubiarkan di pc-ku. Aku hanya ingin membagikan perasaanku. Kali ini mungkin aku terancam putus dari kekasihku. Menurut kalian, apa yang salah dariku? Aku hanya merasa tidak nyaman dengan pandangan para lelaki padanya. Tapi, ia nyaris menelanjangi dirinya di depanku sambil meminta break. Padahal, bukan itu maksudku. Aku semakin tidak tahu apa yang ia rasakan. Bukan salahnya juga jika ia terlahir sebegitu cantik dan memukau. Hanya saja aku tidak paham, apakah perempuan memang selalu susah? Army, jika kalian ini sahabatku, apa kalian akan mendengarkan keluh-kesahku ini?
__________________________________
Anda yakin untuk mengunggah di laman weverse?
Klik ok untuk mengunggah
Klik no untuk tidak mengunggah
NO
Tulisan Anda tersimpan sebagai draft.
⸙⸙⸙⸙⸙⸙⸙
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating Satang
Fanfiction🔞 DATING SUGA: YOONGI'S POV Baca "Dating Suga" juga :) #4 btsyoongi #7 btsau