Jam 9 tepat, Taehyun sudah berada didepan halaman rumah Beomgyu. Ia terlalu enggan untuk masuk kedalam dan menemui Ayah Beomgyu.
Kring... Kring...
Suara dari bel sepeda Taehyun membuat Beomgyu merasa terpanggil untuk keluar. Beomgyu keluar dari rumahnya dengan pakaian yang sudah rapi, tak lupa sebuah senyuman menghiasi wajahnya.
"Sebentar Taehyun, aku mau mengambil sepedaku dulu!" Seru Beomgyu dengan semangat, Taehyun yang mendengar hanya tersenyum.
Tak sampai 5 menit, Beomgyu keluar dari garasi sambil menuntun sepeda nya untuk keluar.
"Yuk berangkat!"
.
.
.Sesampainya di taman kota, Beomgyu dan Taehyun memarkirkan sepeda nya. Lalu, mereka memilih bangku kosong yang tersedia di taman tersebut. Bangku kosong tersebut berada dibawah pohon yang rindang.
Hari ini cuacanya tidak panas dan tidak dingin. Angin sepoi-sepoi membuat daun yang jatuh berterbangan.
Cukup lama suasana hening di antara mereka, Taehyun yang tidak tahan pun akhirnya membuka obrolan.
"Gyu." panggil Taehyun.
"Hng? Kenapa Tae..?" jawab Beomgyu tanpa menatap kearah Taehyun, sahabatnya.
"Kamu punya cita-cita ngga? Atau keinginan yang belum tercapai gitu.." ucap Taehyun dengan ragu.
Sejenak, Beomgyu berpikir. "Hmm, aku punya cita-cita. Cita-citaku sederhana, cuma mau buat bangga Ayah sama kakak. Sama... Bunda juga."
"Walaupun aku enggak pernah lihat Bunda secara langsung, tapi aku tahu Bunda udah banyak berkorban untukku.." lanjut Beomgyu.
"Aku juga pernah tanya ke Kak Yeonjun.. Katanya, Bunda itu baik sekali, Bunda cantik sekali... Masakan bunda juga enak sekali.."
"Taehyun.. kalau saja saat itu aku nggak lahir ke dunia ini, pasti Mereka.. Ayah, Bunda, Kakak... Hidup bahagia."
"Aku merasa bersalah pada kakak.. gara-gara aku, kakak nggak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu lagi..." Beomgyu berkata panjang lebar dengan tatapan yang kosong.
Taehyun yang melihatnya bingung untuk menanggapi. "Kalau keinginan yang belum tercapai, apa Beomgyu?"
"Dirayakan? Mungkin.. aku ingin sekali buat dirayakan sama Ayah dan kakak.."
"Juga, aku ingin dianggap sebagai anak Ayah.. aku ingin dianggap sebagai bagian anggota keluarga.."
"Ada lagi?"
"Dipanggil adik, sama kakak..."
Taehyun yang mendengar, hanya mengangguk. "Tetap semangat ya Gyu, pasti suatu saat nanti semuanya akan terwujud."
"Iyaa Tae.." Beomgyu menengok kearah Taehyun, lalu tersenyum. Taehyun pun ikut tersenyum.
Ketika matahari semakin terik, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
.
.
.Ketika Beomgyu sudah berada dirumah, ia mendengar samar-samar suara genjrengan gitar. Ternyata saat dicari, suaranya berasal dari kamar Yeonjun, yang sedang bermain gitar akustik dikamarnya.
Beomgyu mengintip, ia baru tahu kalau kakaknya bisa bermain gitar. Yeonjun yang merasa diperhatikan akhirnya meletakkan gitarnya, lalu membuka pintu kamarnya.
Beomgyu tidak sadar kalau Yeonjun sudah tidak memainkan gitar. Ia terkejut saat Yeonjun tiba-tiba membuka pintu kamarnya.
"AAAAA" Beomgyu berteriak karena sangat terkejut.
Yeonjun yang melihat kejadian tersebut pun menatap beomgyu dengan datar. Yang ditatap hanya menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.
"Hehe, maafin aku ya kak."
"Kamu ngapain ngintip-ngintip kayak gitu, sini masuk." Tak disangka, Yeonjun malah menyuruh Beomgyu untuk masuk ke kamarnya. Beomgyu mengira kalau ia akan dimarahi habis-habisan.
Dengan ragu, Beomgyu melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamar Yeonjun, Kakaknya. Ruangan itu sangat rapi, dan sangat harum.
Terakhir kali Beomgyu masuk kedalam kamar kakaknya, saat ia berumur 10 tahun. Dan hanya sedikit perubahan.
Beomgyu terduduk diujung kasur Yeonjun, dan Yeonjun melanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda. Memainkan gitar.
"Ehm, aku baru tahu kalau kak Yeonjun bisa bermain gitar.." Beomgyu membuka suara.
"Bahkan aku nggak pernah melihat kak Yeonjun belajar gitar" sambung Beomgyu.
Sejenak, Yeonjun berhenti memetik gitar. "Iya, aku mainin gitar kalau dirumah nggak ada orang. Kalau ketahuan ayah, gitarku bakal dirusak."
"Ayah nggak suka aku main gitar, Ayah pengennya aku fokus di akademik aja."
"Juga, aku masuk ke klub musik di sekolah, aku belajar main gitar di sekolah." Jawab Yeonjun panjang lebar.
"Ooh..." Ucap Beomgyu sambil mengangguk.
Omong-omong saat ini hanya ada mereka berdua dirumah. Ayah dan Soobin sedang pergi, entah kemana. Jadi Yeonjun punya kesempatan untuk bermain gitar, mempelajari lagu baru.
"Kak, aku pergi ke kamar dulu ya?" Beomgyu beranjak dari duduknya, Yeonjun hanya menjawab dengan sebuah anggukan.
.
.
.Beomgyu terbangun saat ia mendengar suara bising dari luar kamarnya. Saat ia tengok, ternyata Ayah dan Yeonjun sedang bertengkar.
Beomgyu tak berani untuk ikut campur, ia hanya berani melihat dari kamarnya.
Ia tak tahu awal mula kejadian tersebut, tapi -
DUG
Ayahnya merusak gitar. Gitar akustik milik Yeonjun. Yeonjun yang melihat, tidak bisa berbuat apa apa. Ia mematung disana, dengan air mata yang perlahan jatuh dari tempatnya.
Setelah itu, Yeonjun masuk ke kamarnya. Menutup pintu kamar dengan kencang.Beomgyu mengepalkan tangannya, merasa marah melihat Ayahnya yang seperti itu. Lalu, ia menutup pintu kamarnya lagi.
Beomgyu berniat membelikan gitar baru untuk kakaknya. Katanya, hadiah olimpiade yang ia ikuti besok berupa uang.
Beomgyu bertekad untuk memenangkan olimpiade tersebut, dan uangnya ia gunakan untuk membelikan gitar.
___________________________________________
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑆𝑒𝑚𝑜𝑔𝑎 𝐴𝑘𝑢 𝐷𝑖𝑟𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
Short StoryPada awalnya, kelahiran Beomgyu adalah hal yang dinantikan oleh keluarganya. Saat hari kelahirannya, yang mestinya menjadi hari bahagia, justru menjadi hari yang buruk. Sejak itu pula, Beomgyu dianggap sebagai anak pembawa sial oleh keluarganya.