14. Pacar?

1K 40 5
                                    

"Tersenyumlah sedikit layaknya pasangan kekasih yang bahagia."

Kedua insan itu tengah berjalan di taman sebagaimana pasangan kekasih yang tengah kencan di sore hari. Sore yang indah dan cerah terlihat Gandi menggenggam erat tangan Aeera yang dibalut perban sembari berceloteh, namun tetap saja tidak dihiraukan oleh gadis itu. Sudah lama dirinya merasa tidak sebaik dan sebahagia ini dan itu tentu saja karena kehadiran gadis cantik yang tengah berjalan beriringan bersamanya.

"Aku merindukannya, semuanya, dan aku paling merindukan dirimu..."

Aeera memutar bola matanya malas, lelaki dingin dan keras kepala itu entah dari kapan bisa berdialog manis. Tapi seluruh penjuru taman ini memang tempat yang ia sering kunjungi bersama. Dulu, saat semua hal dalam hidupnya masih baik-baik saja.

Kepulan asap rokok yang menyeruak membuatnya menoleh, gadis itu sedikit terbatuk yang membuat Gandi tersenyum miring dan menghembuskan asap rokok itu ke arah lain.

"Boleh gue coba?" tanya Aeera yang membuat lelaki itu menatapnya datar. Seketika Aeera terperangah dan kembali mengulang kalimatnya. "Boleh aku coba?" tanyanya lagi namun Gandi tetap diam menatapnya datar. Melihat reaksi dari lelaki itu sepertinya kesalahannya tidak terletak pada kosa katanya. Lalu apa?

Aeera menghembuskan nafasnya kasar, lalu gadis itu beranjak dari duduknya dan berniat pergi. Namun tangan yang mencegahnya membuatnya menoleh. "Siapa yang suruh pergi?" tanya Gandi datar.

"Duduk!"

Kembali menghembuskan nafas lelah, Aeera kembali terduduk. Namun apa yang lelaki itu berikan padanya membuatnya bertanya-tanya, tetapi ia mengambilnya sebatang dan menyalakannya. Tidak seperti seseorang yang baru pertama kali merokok, Aeera terlihat seperti perokok pada umumnya.

Gandi tersenyum miring, sembari menyelipkan anak rambut gadisnya. Ternyata gadis lugu itu telah berubah menjadi kucing liar.

"Belajar darimana?"

Aeera menoleh, dan memicingkan matanya sembari menghembuskan asap nikotin itu dengan nikmat. "Otodidak." jawabnya asal yang membuat Gandi terkekeh. Ia kira gadisnya alergi terhadap asap rokok, namun sepertinya Aeera lebih dari yang ia duga.

"Sayang..."

Aeera tidak menjawabnya, gadis itu sibuk dengan sebatang rokok di tangannya. Tanpa memperdulikan apa yang akan Gandi katakan.

Setelah beberapa saat diam, Gandi akhirnya mengucapkan kata-kata dengan suara parau, "Aku tahu bahwa masa lalu kita penuh dengan kesalahan dan keputusan buruk. Tapi aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja, Aeera. Aku masih mencintaimu, meski aku tidak pernah menunjukkannya dengan cara yang benar."

Aeera menatapnya dengan tatapan tajam tanpa menyahut. Hatinya masih penuh dengan kebencian dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh toksisitas hubungan mereka. Namun, ada sedikit getaran di lubuk hatinya yang ingin memberi kesempatan kedua pada Gandi.

Benar, Aeera nyaman. Daripada kesendirian yang ia rasakan beberapa tahun terakhir ini, kehidupan seperti ini sepertinya tidak buruk.

"Aku akan berubah sayang," lanjut Gandi dengan lembut sambil merangkul bahunya. "Aku sadar bahwa aku sangat salah memperlakukanmu. Aku menyesal dan ingin memperbaikinya. Aku ingin kita bisa mengenang masa lalu kita yang beracun dengan cara yang lebih baik."

Aeera masih ragu, namun ia melihat ke dalam mata Gandi yang penuh penyesalan dan keikhlasan. Ia mengingat masa-masa indah mereka yang terkubur di antara lapisan kegelapan yang mengotori hubungan mereka. Ia ingin mengetahui apakah Gandi benar-benar bisa berubah.

"Dalam kenangan itu, apakah kita bisa menemukan kebahagiaan yang sejati? Apa kita bisa berubah menjadi pasangan yang bahagia?" tanya Aeera ragu-ragu.

Gandi menarik nafas dalam-dalam, melepaskan rangkulannya, dan menatap Aeera dengan tulus. "Aku tidak tahu pasti, Aeera. Tapi aku siap mencoba. Kita bisa belajar bersama, saling memaafkan, dan membangun hubungan yang lebih sehat."

Aeera memandang wajah Gandi yang tulus itu dan merasakan ada benih harapan di dalam hatinya. Mereka telah menemui banyak rintangan dan luka dalam perjalanan mereka, tetapi di balik semuanya itu, masih ada cinta yang tak terelakan di antara mereka.

"Aku akan memberimu kesempatan kedua, Gandi," kata Aeera akhirnya dengan suara datar. "Kita akan mengenang masa lalu kita yang sulit, tetapi kali ini, kita akan berjuang bersama dan menciptakan kebahagiaan yang sejati."

Gandi tersenyum dengan bahagia, lalu memeluk Aeera erat. Mereka tahu perjalanan yang mereka tempuh tidak akan mudah, tetapi mereka berdua telah menemukan kekuatan dan keberanian untuk memperbaiki hubungan mereka. Hati-hati mereka terbuka untuk menyembuhkan luka dan menciptakan masa depan yang lebih baik, sebagai pasangan kekasih yang bahagia.

Aeera membalas pelukan Gandi, hidupnya yang anti sosial dengan keberadaan Gandi sekarang sepertinya sinar mentari mengarah padanya. Meskipun hatinya masih ragu, namun ia akan mencoba membangun kehidupannya yang sempat hancur.

Apa ia mengambil keputusan yang benar?

tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kegilaan Sang MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang