"Brak!!" Gema dari hentakan tanganku di meja mengaung di seluruh perpustakaan, membuat beberapa orang yang berada di bawahku ber-'ssstt' padaku.
"Sial! Tidak ada satupun artikel disini yang membahas tentang keluarga Zidan! Sepertinya.... aku harus bertanya langsung padanya." Gumamku pasrah sembari memukul meja dengan begitu kerasnya, menggema ke seluruh lantai di perpustakaan.
Pasrah dengan tumpukan buku-buku itu aku pun mencoba menghubungi Zidan melalui handphone milik ku, tapi hasilnya tetap saja nihil, Zidan tidak membalas pesanku ataupun menjawab panggilan telepon dariku.
Panik, gelisah, cemas, hingga khawatir datang menghujam diriku, membuatku merasakan sakit kepala yang begitu hebat hingga membuatku jatuh pingsan dan membentur kerasnya anak tangga dan terguling-guling hingga ke anak tangga lantai 3, bahkan disaat terakhir pun siluet yang kulihat adalah dirinya yang terlihat begitu sendu memanggil-manggil namaku dengan begitu lirihnya.
Belum selesai satu masalah, kini Chuuya pun dihadapkan oleh masalah lainnya berupa diriku yang lemas tidak berdaya dalam pelukan seorang pria seusianya. Tampak dari jarak yang lumayan jauh, pria itu mengangkat tubuhku dengan begitu lembut dan hati-hati dan menggendongnya menuruni anak tangga secara perlahan.
Cemburu, marah, kesal, dan rasa penasaran bercampur menjadi satu dan menimbulkan rasa curiga pada pria itu yang tidak lain adalah teman sekelas ku, Nakahara Takuya. Dengan langkah yang hati-hati Takuya-kun menuruni anak tangga tersebut satu per satu dan mengabaikan Chuuya yang berdiri tepat di sisi kanan atas anak tangga terakhir di lantai 2.
"Hei!! Tunggu!! Siapa kau? Apa yang terjadi padanya?? Hei!!!"
Terkejut karena teriakan Chuuya membuat langkah kaki Takuya-kun terhenti, dan berbalik perlahan. Raut wajah yang diperlihatkan pun menampakkan rasa takut akan kehilangan seseorang yang berharga baginya. Chuuya yang melihat raut wajah tersebut langsung lemas tidak berdaya, seluruh badannya gemetar, didalam pikirannya pun terlintas berbagai macam pikiran negatif yang mengatakan bahwa hidupku berada di ujung tanduk.
Panik yang melanda membuat Chuuya bergegas menghampiri diriku yang kini berada di dalam pelukan Takuya-kun, "apa! Apa yang terjadi padanya?! Apa yang terjadi pada Soraya! Cepat katakan padaku!!!" Pekik Chuuya panik tidak karuan.
"H-hikari-san.... Hikari-san... Dia... Dia tiba-tiba saja terjatuh setelah menghubungi seseorang!" Jawab Takuya-kun gemetar.
"Sial!!" Pinta Chuuya segera berlari disusul Takuya-kun tepat dibelakangnya. Begitu tiba di luar perpustakaan Chuuya berteriak kencang hingga Iqbal terkejut mendengar, padahal dia masih meringis kesakitan sambil duduk meringkuk di ujung anak tangga perpustakaan sambil menatap mobilnya dengan begitu sendu entah apa yang dipikirkannya.
"WOII, KAU YANG SEDANG MERINGIS KESAKITAN DISANA! CEPAT BUKA PINTUNYA!! CEPAT!!"
Iqbal yang melihat Chuuya panik bertanya-tanyalah dia, berbagai macam jenis pikiran bermunculan di dalam benaknya, tapi sekali lagi disaat dia sedang melamun tiba-tiba saja Chuuya mengejutkannya kembali yang kini berdiri tepat dibelakangnya.
"Hei, apa yang sedang kau pikirkan??" Tanya Chuuya dengan raut wajah yang menyeramkan terpampang jelas di wajahnya dan suaranya yang begitu berat membuat Iqbal berhasil dikejutkan olehnya 2x.
"Astaga, Jantungku! Apa yang terjadi padanya?" Tanya Iqbal mengelus dadanya, menetralkan detak jantungnya yang sudah tidak karuan.
"Tidak perlu banyak tanya, sekarang juga ayo kita pergi ke rumah sakit!" Ucap Chuuya, tanpa pikir panjang Iqbal yang sudah tidak tahu harus berbuat apa mau tidak mau harus mengikuti permintaan Chuuya yang sudah terlihat sangat cemas akan keadaanku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bittersweet: From The Acasia Flower.
Teen FictionBerawal dari saat dia yang mengantar ku dengan mobilnya ke sekolahku, dari situlah semua masalah datang silih berganti menghampiriku. "Cinta yang pernah ku ungkapkan padamu bukanlah perkataan tidak berarti. Walaupun kau menyembunyikan banyak hal dar...