Chapter 34 'Sacrifice'

1.6K 137 13
                                    

"There's plenty of
sense in nonsense
sometimes, if you wish to look for it"
- Mr. Herondale (TID)

----- S e c r e t -----

Matahari mulai menenggelamkan dirinya diantara pegunungan Wales, gadis itu sedang menatapnya melalui jeruji-jeruji besi dengan raut wajah menyedihkan. Ia berfikir bahwa semua ini salahnya, bahwa semua ini tidak akan seburuk ini bila ia tidak memihak padanya saat itu.

Sebuah tangan memegang bahunya, ia pun mendongak ke arahnya. Pria itu tersenyum, berusaha menghilang kesedihan yang dideritanya, tetapi gadis itu hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

"Kau tak bisa terlarut dalam kesedihan seperti ini abi" ucap pria itu, ia memposisikan dirinya duduk disebelah gadis itu. "Aku yakin mereka akan menemukannya"

"Semua ini salahku, kalau saja aku tidak membantu ayahmu saat itu, semua tidak akan seburuk ini. Aku tak pantas dimaafkan" Gadis itu menundukkan kepalanya, tangan pria itu merangkul bahunya berusaha menenangkannya.

"Semua orang berbuat salah abi, dan-"

"Tetapi mereka tidak akan berbuat hal sekejam diriku pada temannya" untuk pertama kalinya gadis itu menatap pria itu secara langsung, dan dekat. "Bagaimana mereka akan memaafkan aku? terutama Clary. Yatuhan aku sangat jahat padanya" Gadis itu menunduk lagi untuk melihat tangannya yang dipenuhi darah kering.

"Bahkan mungkin sakitnya luka ini tak sebanding dengan luka yang pernah aku buat pada Clary"

"Abi jangan berkata begitu-"

"ITU MEMANG BENAR!!!" Gadis itu kembali menangis. "Mengapa aku tidak mati saja? tak akan ada yang merindukanku, begitu kan, Connor?"

Mata Connor pun membelalak mendengar gadis didepannya berkata demikian. "Apa yang kau bicarakan Abi?!" tanganya mengguncang bahu Abi. "Kalau kau bunuh diri kau akan mati sia-sia"

Abi pun mengarahkan pandangannya kepada Connor. "Mungkin, ada cara agar aku tetap mati tetapi tidak sia-sia" ucapnya sambil memperlihatnya senyuman. Mungkin itu senyuman terakhirnya, siapa yang tau.

----- S e c r e t -----

Luke, Calum, Will dan yang lainnya berjalan menuju kandang kuda milik institut Herondale dulu. Malam itu sangat sepi, tak ada salah satu kendaraan pun yang melewati institut tersebut, padahal institut itu dekat dengan jalan utama.

"Kenapa kita harus menaiki kuda?" tanya Magnus pada Will untuk ke delapan kalinya, Will hanya membalasnya dengan memutar bola matanya.

"Untuk ke delapan kalinya Bane untuk ke delapan kalinya sudah ku bilang, bila kita menggunakan mobil menuju pegunungan Wales posisi kita akan segera diketahui. Kalau kita memakai kuda, bisa saja kita memakai tudung pesona dan menggambarkan rune Soundless padanya" dan ia melanjutkannya lagi. "Oh dan untuk terakhir kalinya kumohon dengan sangat Mr. Magnus Bane yang terhormat untuk tidak menanyakan hal sama untuk ke delapan kalinya" Mulut Magnus pun bungkam seketika, dan terlukis senyuman puas di wajah Will.

Tak lama mereka sampai di depan sebuah bangunan besar, dengan unsur yunani kuno dengan pilar-pilar tinggi yang mengkokohkan bangunan itu. Will pun membuka kalung dilehernya dan menekankan batu merahnya kepada sebuah lubang yang bentuknya serupa di gerbang istitut itu. Gerbang itu pun terbuka, dan terlihat senyuman di wajahnya.

"Selamat datang kembali ke institut Master Will Herondale" ucapnya sendiri, yang lain memandangnya aneh kecuali, Magnus dan Calum yang tampaknya biasa saja dengan kelakuan Will itu.

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang