| chapter 07 - izin mengangkat anak

590 46 3
                                    

KAISAR Hamon memanggil Duke of Astello ke istana setelah mendengar berita bahwa kesehatannya perlahan pulih. Meskipun masih mengonsumsi obat anti depresan, Kaisar berharap sahabatnya itu segera membaik dan kembali beraktivitas dalam lingkungan sosial bangsawan.

Tangan kanan Kaisar untuk sementara waktu tidak dapat digunakan dan tentu saja menjadi incaran musuh negara lain yang ingin menjatuhkan Kekaisaran Adenium. Hal yang patut disyukuri adalah bahwa Adenium memiliki Kaisar yang ahli dalam ilmu pedang—seorang swordmaster yang melegenda selama masa pemerintahannya bersama dengan Duke of Astello. Sehingga ancaman dari luar maupun dari dalam kekaisaran dapat dicegah.

"Kita telah sampai di istana, Tuan."

Ketika kaki Duke of Astello telah berpijak di halaman istana, secara tidak langsung tangan Brielle meraih tangan Duke dan menggenggamnya erat. Merasa Brielle ketakutan dan gugup maka Duke meraih saku jas bagian dalam dan mengeluarkan sebuah permen yang selanjutnya diberikan kepada Brielle.

"Makan ini dan tersenyumlah."

"Telima kacih."

Brielle segera melepas tangan Duke of Astello dan membuka permen tersebut sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Ketika lidahnya yang basah bersentuhan dengan permen yang keras, Brielle merasakan rasa manis dan pahit bersamaan dengan melelehnya permen tersebut. Merasa sedikit aneh, dia segera mendongak; melirik Duke of Astello yang tengah memandangnya instens.

"Lasanya pahit dan manis."

"Itu adalah permen rasa kopi. Kau suka?"

Brielle memang menyukai makanan manis tetapi baru pertama kali ini dia merasakan sensasi rasa yang kuat. Menurutnya, perpaduan rasa pahit dan manis yang saling beradu satu sama lain sehingga memunculkan rasa tajam tidak terlalu cocok namun masih dapat diterima baik oleh lidahnya.

Entah dia suka atau tidak, Brielle tak yakin dengan lidahnya. Tetapi, permen yang semakin mengecil di dalam mulut karena meleleh berusaha dia nikmati.

Devior yang melihat interaksi ayah dan anak tersebut mengembuskan napas. "Maaf menyela, tetapi sebaiknya Anda tidak memberikan sesuatu yang beraroma kuat dan mempunyai rasa yang tajam seperti kopi kepada anak kecil, Yang Mulia Duke."

"Itu hanya permen."

"Tetap saja, rasanya adalah kopi."

"Tidak papa, ini tidak buluk." Brielle menengahi pertikaian sia-sia dari dua orang dewasa di sekitarnya. Dia kemudian kembali menggenggam tangan Duke sembari mengajak, "Ayo pelgi."

Mereka lantas beranjak memasuki istana lebih dalam lagi meninggalkan Devior yang masih menatap punggung Tuannya dari kejauhan. Di pikirannya saat ini, Tuannya tetaplah seseorang yang tidak bisa ditebak atau diprediksi perilakunya.

"Kau sudah datang?"

Kaisar menyapa ketika melihat kedatangan Duke of Astello bersama dengan Brielle. Dia duduk di kursi yang telah disiapkan. Mereka sekarang berada tepat di kebun bunga mawar. Keindahannya bermekaran dan angin mengembuskan aroma wangi tersebut membuat suasana terasa seperti di padang mawar. Di sebelah Kaisar telah duduk Putra Mahkota Afrilio Eskarta Hamon de Adenium yang tahun ini menginjak usia lima tahun.

"Saya menghadap Matahari Kekaisaran Adenium."

"Tak perlu terlalu formal jika hanya ada kita berdua, Astarif." Kaisar Hamon menjawab dengan santai. "Silakan duduk."

"Baik, Yang Mulia."

Duke of Astello mendudukkan Brielle terlebih dulu sebelum dirinya. Urutan tempat duduk mulai dari Yang Mulia Kaisar, Putra Mahkota, Duke of Astello, dan Brielle. Mengambil cangkir teh yang terukir bunga yang sama dengan tempat yang mereka datangi, Duke meneguk teh yang beraroma mint dengan elegan sedangkan Brielle mengambil cookies cokelat yang tersaji di meja. Perhatian Kaisar kemudian teralih kepada Brielle yang sedang asik dengan makanannya.

"Jadi, dia yang Marchioness bawa, ya?" Kaisar memperhatikan Brielle Aprhodite dari atas hingga bawah sebelum mengulum senyum dan memandang Duke of Astello dengan penuh arti. "Kudengar kau akan mengangkatnya sebagai putrimu. Apakah itu benar?"

Duke of Astello membenarkan. Dia meletakkan cangkir teh dan menjawab, "Itulah sebabnya saya membawanya kepada Yang Mulia untuk meminta izin."

"Tentu saja akan kuizinkan sekali pun tanpa kau minta."

"Terima kasih."

"Tak perlu sungkan." Kaisar lantas memberi kode kepada pelayan untuk membawakan kudapan lebih banyak lagi. "Senang melihatmu setelah sekian lama mengurung diri dari kehidupan sosial. Bagaimana keadaanmu?"

"Sudah jauh lebih baik."

"Syukurlah. Aku dengar dari Marchioness of Dowager bahwa ini semua berkat putrimu?"

Duke of Astello termangu; tak dapat menolak atau menghindari kenyataan. Memang salah satu penyebab keadaannya berubah adalah karena kehadiran Brielle belum lama ini membawa perasaan nyaman dan rileks yang sudah lama tak dirasakan oleh Duke of Astello.

Hal tersebut tentu berdampak positif bagi kesehatan mental sang Duke setelah sekian lama terkungkung dalam kegelapan. Bagai matahari yang menyinari bumi, Brielle membawa keluar energi kehidupan Duke of Astello yang tertinggal di suatu tempat di bagian terdalam hatinya.

"Kalau tidak salah namanya adalah Brielle, kan?"

"Benar, Yang Mulia."

Kaisar mendecak kagum. "Nama yang indah seperti pemiliknya." Dia sungguh mengagumi kecantikan dan keimutan Brielle Aprhodite secara langsung. Pupil matanya yang lebar dan rambut merah muda yang sangat kontras dengan pakaian bernuansa biru tua yang melambangkan keluarga Astello membuatnya tampak elegan tanpa kehilangan ciri khas anak-anak. Melihatnya yang seperti itu, membuat Kaisar teringat akan latar belakang Brielle yang tidak jelas.

"Lantas bagaimana dengan latar belakang Brielle?"

Pertanyaan Kaisar membuat Duke of Astello menerawang jauh beberapa tahun lalu. Yang mana ketika mendiang Yang Mulia Putri Elora hadir di kehidupan mendiang Yang Mulia Kaisar Altair. Pada saat itu, kemunculan tiba-tiba seorang anak perempuan sama persis dengan apa yang terjadi kepada Brielle. Pembeda keduanya hanya terletak pada kekuatan magis yang dimiliki. Jika mendiang Yang Mulia Putri Elora memiliki sejumlah mana maka Brielle adalah kebalikannya.

Anak perempuan tersebut sama sekali tidak memiliki mana bahkan dalam batas yang sangat sedikit. Penyelidikan yang dilakukan oleh Devior dan Marchioness of Dowager juga belum menemukan hasil yang signifkan. Dalam hal ini berarti keberadaan masa lalu Brielle masih menjadi misteri hingga saat ini. Tetapi, di kekaisaran ini hal tersebut bisa diurus jika ternyata benar bahwa latar belakang Brielle berhubungan dengan hal-hal magis atau sihir. Yang jelas bahwa latar belakangnya saat ini masih perlu ditelusuri lebih lanjut lagi.

"Masih dalam tahap pencarian."

"Hmm, baiklah. Kabari aku jika hasilnya telah ada, apapun itu."

"Baik, Yang Mulia."

Teringat alasan memanggil Duke of Astello ke istana, Kaisar kembali pada topik yang ingin dia bicarakan. Secara singkat dia memberitahu bahwa baru-baru ini istana nyaris menghadapi pemberontakan dari kaum bangsawan. Entah siapa yang menginisiatif tetapi hal tersebut membuat posisi Putra Mahkota yang baru belajar terancam. Maka dari itu, Kaisar meminta bantuan kepada Duke of Astello untuk menjadi guru dari Putra Mahkota yang langsung disetujui oleh Duke of Astello.

Kaisar yang tidak enak hati pun meminta maaf meski dia tahu bahwa permintaan maaf tersebut pasti akan ditolak mentah-mentah oleh Duke of Astello. Sebagai sahabat dan juga penguasa negeri, Kaisar telah menempuh jalan tersulit bagi dirinya sebab harus merepotkan sang sahabat dalam keadaannya yang belum sepenuhnya pulih. Akan tetapi, dia tak punya pilihan lain selain menitipkan Putra Mahkota kepada satu-satunya orang kepercayaan Kaisar.

"Saya menerima permintaan Yang Mulia Kaisar," tukas Duke of Astello mantap. Mungkin dengan kembali menjalani aktivitasnya, trauma yang dimiliki Duke of Astello dapat perlahan menghilang.[]

Adopted Daughter of The Duke of AstelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang