Prolog

4.2K 150 8
                                    

Hayy guys ketemu lagi di cerita gue.
⚠️Gue cuma mau bilang kalau cerita ini mengandung unsur kekerasan dan maybe psycho bahkan toxic. Please buat lo yang merasa risih berhenti sampai disini tanpa meninggalkan jejak. Tolong bijak dalam membaca :)

Note :
Nama, tempat dan tokoh apapun di cerita ini hanyalah fiksi. Mohon bijak dalam menyikapi. Jika adanya kesamaan adegan atau dialog di cerita lain itu bentuk ketidaksengajaan. Karena cerita ini berdasarkan pemikiran gue sendiri dan kejadian nyata.

☆☆☆

Selamat membaca :)


Wanita paruh baya berjalan keluar kamar sembari menggeret kopernya perlahan dengan memandang sendu kedua putranya. Ia menghampiri putra sulungnya. "Bang Amar, jaga adeknya abang ya? Maafin mama gak bisa ngejagain bang Amar sama adek," ucapnya sembari mengelus pucuk kepala putra sulungnya.

Amar hanya menganggukan kepalanya, air matanya mengenang dikelopak mata. Ia tak mau terlihat sedih di depan Naomi.

Lalu Naomi menghampiri putra bungsunya yang sedari tadi menundukan kepalanya, ia sudah mengetahui jika putra bungsunya yang bernama Davin itu menangis. Naomi menangkup pipi Davin agar ia dapat menatap putra bungsunya.

"Apin sama bang Amar ya? Ada papa juga, maafin mama ya nak?" ucapnya sembari mengusap air mata Davin.

"Mama jangan tinggalin Apin," ucap Davin dengan isak tangis.

Davin terus menangis dengan mengelengkan kepalanya. Ia tak ingin Naomi meninggalkan rumah, namun Naomi memilih berpisah dengan Shaga dan meninggalkan kedua putranya.

Ketika Naomi berada di ambang pintu, Davin berteriak memanggilnya. "Mamaa!" panggilnya sembari berlari menghampiri Naomi. Davin memeluk Naomi hingga Shaga geram melihat tingkah Davin.

Shaga langsung menarik paksa Davin agar melepaskan pelukannya. Shaga mencengkaram tangan Davin membuat ia merintih kesakitan. Shaga terus menahan Davin agar ia tak mengejar Naomi.

"Udah Vin, sudah! Mama kamu sudah tidak perduli lagi sama kamu! Jadi kamu harus nurut sama papa!" ucap Shaga.

_____

6 Tahun kemudian

Tok..tok..

"Den Davin? Den, di suruh sarapan bareng tuan sama Den Amar," ucap mbok Jum.

Ceklek

Davin membuka pintu sembari mengusap wajahnya. "Iya mbok, kenapa?"

"Den Davin di suruh sarapan bareng tuan sama Den Amar."

"Bilang papa, Apin sarapannya nanti mau mandi dulu," jawabnya.

"Yaudah Den, nanti mbok siapin sarapan buat Den Davin" ucapnya sembari mengulum senyum.

Mbok Jum berjalan menghampiri Shaga. "Maaf tuan, tadi Den Davin bilang katanya sarapannya nanti. Dia mau-" belum sempat mbok Jum berbicara sudah dipotong oleh Shaga.

"Biarkan saja mbok! Disuruh sarapan bareng banyak alasan! Percuma dia pulang!" ucap Shaga dengan rasa kesal.

"Biarin lah pa, dia kan emang gitu. Gak menghargai waktunya papa," timpal Amar dengan senyum smrik.

Amar yang tak lain kakak dari Davin paling suka jika Davin terkena marah oleh Shaga. Ia pun tak segan segan selalu memojokan Davin ketika sedang dimaki oleh Shaga. Bagi Shaga Davin lah yang membuat rumah tangganya hancur.

Hurts EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang