3.

4.1K 398 31
                                    

Bayi jennie saat ini sedang sangat kehausan, dia menghisap bibirnya sendiri sambil bergerak gelisah bahkan tangan mungilnya tidak diberi sarung tangan sehingga mencakar pipi dan pelipisnya sendiri sampai baret kemerahan.

Kebetulan orang tua jennie sedang pergi keluar menghadiri acara pernikahan teman. Jadi jennie hanya berdua dengan putrinya, ada asisten rumah tangga sebenarnya, namun jennie yang temperamental membuat 2 asisten rumah tangga takut untuk sekedar membantu putri jennie.

Saat ini jennie baru saja selesai mandi lantas melirik bayi mungil yang ada di tengah ranjangnya, jennie mendengus kesal dan fokus mengeringkan rambutnya. Sekitar beberapa menit, jennie berjalan perlahan menuju ranjang, jennie masih masa nifas dan bagian bawahnya masih terasa ngilu pasca melahirkan.

"Bayi menyebalkan" sudah 2 minggu ini dia belum pernah menyusui putrinya.

Lama jennie memperhatikan putrinya itu hingga jari telunjuk jennie menyentuh bibir bayi mungil itu, sangat kehausan, bayi itu mengira jari jennie adalah susu sehingga bibir mungilnya bergerak gelisah ingin menghisap. Jennie penasaran rasanya menyusui bayi, jennie menimbang-nimbang dengan ragu, setelahnya tanpa di duga jennie mengangkat bayinya dengan perlahan dan memangkunya beralaskan bantal empuk untuk putrinya berbaring.

"Kau haus kan, aku menyusuimu bukan karena peduli, tapi aku penasaran jadi jangan banyak berharap"

Jennie menyingkap kausnya dan mencoba memberi asi

"Shh perih juga ya" ringis jennie ketika putrinya mulai menghisap bahkan sangat kencang, jennie merasa pusing seketika sebab belum terbiasa dengan rasa sakitnya.

Punggung jennie tersandar di headboards sambil terus memperhatikan wajah putrinya. Cantik, itu yang jennie pikirkan, hidung putrinya sangat mancung dengan kulit yang sangat putih pucat.

"Jika kau tidak lahir, mungkin aku masih bersama jongsuk oppa"

"Kau tau, sampai kapanpun kau adalah sebuah kesalahan yang akan terus menghantuimu, aku masih ingin bebas tapi kau malah hadir, tapi tak apa asal kau tetap tak terlihat oleh siapapun"

Jennie dengan tak sadar meremas tangan jari jemari putrinya, hingga lamunan jennie tersadar ketika putrinya menangis lirih bak kesakitan. Jennie tersentak kaget ketika melihat jemari mungil itu memerah padam.

Oeek... Oeeekk..

"Ouchh" jennie mengambil tangan putrinya lagi lantas meniupinya dan mengecupnya hingga bayi mungil itu kembali terdiam dan meminum susunya kembali.

"Cengeng sekali"

Jennie kembali melamun memperhatikan putrinya, jennie baru sadar putrinya tidak memiliki nama.

"Aku baru ingat kau tak punya nama"

Jennie kembali mengingat, dia pernah menulis nama di buku sewaktu penilaian 3 bulan lalu.

"Lalisa, itu saja sepertinya ya lagipula tak ada nama lain yang lebih bagus... Tapi nama panjangnya? Ayahmu bajingan, jadi namaku saja mungkin lebih baik"

"Jennie rubyjane, Lalisa rubhyjannè.. bagus juga yasudahlah itu saja"

Tak lama terdengar suara langkah kaki, jennie buru-buru melepas dirinya dari lisa kebetulan sekali putrinya itu nampak sudah kenyang sebab jennie yakin asinya keluar sangat banyak karena setiap harinya jennie harus memompa dan membuang begitu saja asinya, atau terkadang dipaksa ibunya untuk menampung asinya untuk di berikan pada lisa lewat botol dot.

Jennie merapikan bajunya dan kembali meletakan lisa di kasur.

Ceklek

Pas sekali, batin jennie berucap.

ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang