Malam ini Yunho dan Mingi sudah membuat janji untuk berhubungan intim. Mereka bahkan memesan deluxe room pada hotel bintang lima dalam kota, hanya untuk kegiatan mingguan ini. Namun saat Yunho sudah selesai mandi, Mingi tengah asyik menyaksikan konten Interior Design Showcase pada layar gawainya.
Tubuh Mingi berbaring menyamping di atas ranjang berseprai putih. Baru menyadari kehadiran Yunho saat merasakan tangan menggerayangi tubuh polosnya di balik bed cover, dia segera meletakkan smartphone dan meminta maaf kepada suaminya itu.
"Maaf, tadi aku—"
"Sudah. Lanjutkan saja tontonanmu, jika kau mau," sergah Yunho dari belakang Mingi.
Terkesan memberi pilihan, tetapi Mingi sudah tak asing dengan perintah itu. Pembuka permainan kecil mereka dulu, sebelum satu tahun sialan itu.
Mingi akan melakukan pekerjaan rumah atau aktivitas apa saja yang seakan menyita perhatiannya, sementara Yunho akan menjamah dan memainkan tubuhnya.
Yunho mengangkat paha sintal Mingi sebelum mengeluarkan dildo berukuran sedang dari lubang senggama di antara kedua bongkah bulat nan sintal itu, untuk menggantikannya dengan kejantanan yang dua kali lebih besar dan panjang. Keduanya mengerang ketika milik Yunho sepenuhnya memasuki relung raga Mingi.
"Lubangmu masih rapat saja ya..."
"Well, aku tak membiarkan tubuhku sembarangan dijamah orang asing seperti... seperti orang lain." Sindiran Mingi malah langsung diterima Yunho untuk menggoda balik.
"Memangnya ada yang salah dengan penisku, hmm?"
Mingi berupaya mengerahkan seluruh fokusnya untuk mencari perbedaan berdasarkan indra dan ingatannya. Namun, semua terasa sama saja. Perbedaannya hanyalah keengganannya sendiri untuk mengungkapkan hal terkait ini.
Hafal dengan tabiat khas ENTP dari Mingi, Yunho semakin menggodanya.
"Lebih kecil dan pendek atau lebih lunak dibanding saat dulu, hmm?"
Tidak sama sekali! Yang dibincangkan jelas-jelas menegang dan memenuhi liang bawah Mingi, malah hampir terasa menyesakkan seluruh dinding rektumnya. Namun, jawaban itu hanya menggema keras di benaknya.
Yunho memulai gerakan sensual di bawah sana, mengundang desahan manis dari lelaki yang memunggunginya itu.
"Aaaah..."
Berhasil membuka mulut Mingi, Yunho memanfaatkan kesempatan untuk menjelajah lubang basah itu dengan jemarinya.
"Eunggllhkh..."
Kedua jari Yunho sudah menjamah pangkal lidah Mingi saat ibu jarinya memainkan bibir atas yang sintal dan halus—mempersulit lelaki itu menuturkan kata. Dia sedikit menarik kedua jarinya, hanya cukup untuk membiarkan Mingi bernapas lega.
"Mmmph..." protes Mingi saat Yunho menambah muatan di mulutnya dengan jarinya, sehingga dia terpaksa mengulum bagian tubuh yang kini mengusik lidahnya itu.
"Kau tak perlu menjawabnya, Princess," bisik Yunho di telinga Mingi yang sensitif, membuat sang empu bergidik kegelian—terutama pada nama panggilan itu.
"Pinggulmu lebih jujur daripada lisanmu," imbuhnya sambil meremas bagian bawah tubuh Mingi yang tengah bergerak tak sabaran, sebelum dia menarik seluruh tangannya.
*
*
*
Mingi sudah berhenti bergerak semenjak digoda tadi. Dia pasrah menerima saja setiap perlakuan dari Yunho, menggigiti bibir tebalnya sendiri sambil mengusap layar sentuh gawainya untuk men-scroll secara acak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Thin House 🔞 Yungi
Fanfiction"Aku sudah tak bermain dengan orang lain lagi, Mingi. Namun jika inilah harga yang harus kubayar untuk bercinta denganmu, aku tak masalah mengambil tes setiap hari." "Aku bukan pelacur, bodoh. Dan siapa juga yang mau berhubungan badan setiap hari?"...