Hal yang Mingi kurang suka dari agenda mandi bersama pasca hubungan intim: tubuhnya akan kotor kembali sampai energinya terkuras, sebelum akhirnya dia harus mandi lagi.
*
*
*
Dini hari ini, Mingi hampir saja tertidur dengan cairan seks melekat pada tubuhnya. Enggan membayangkan dirinya terbangun dengan tubuh yang lengket di pagi hari, dia menurut saja ketika Yunho memboyong tubuhnya ke kamar mandi dalam ruangan itu.
Tinggi badan Mingi hanya beberapa senti di bawah Yunho. Dan kemungkinan, setahun ini massa tubuhnya lebih berat daripada Yunho. Bagaimana tidak? Dia telah menghabiskan waktu luang dan energinya untuk bulk-up workout secara intens. Meskipun demikian, lelaki yang lebih tua itu mengangkut tubuhnya tanpa kendala.
Awalnya, Yunho meninggalkan Mingi yang terduduk di bathtub setelah diyakinkan bahwa dia sudah cukup sadar untuk mengurus diri sendiri. Yunho menggunakan shower box, bilik kaca yang letaknya tak jauh di samping bak mandi itu.
Memang, terdengar kurang efektif jika membasuh tubuh sementara posisi sebagiannya menempel pada permukaan bak. Namun, apa boleh buat? Sekarang tubuh Mingi terlalu pegal untuk tahan berdiri lama-lama. Ini saja dia setengah sadar mengarahkan gagang shower pada setiap bagian tubuhnya, membiarkan air hangat mengaliri kulit yang dihiasi bercak keunguan itu.
Yunho selesai mandi sebelum Mingi. Lelaki berambut coklat tua itu berpindah ke hadapan wastafel samping bathtub untuk menyikat gigi.
Meskipun Yunho tak menghadap ke arahnya, kesadaran Mingi meningkat dengan keberadaan individu lain dalam jangkauan penglihatannya. Otomatis dia mempercepat gerakan, berharap selesai sebelum Yunho dengan kegiatan barunya.
Mingi sempat waswas ketika netranya menangkap gemerlap kota dari jendela kaca di dekat bathtub. Dia kembali lega setelah teringat bahwa kacanya merupakan one-way mirror, yang menjamin privasi sisi dalam ruangan itu dari pandangan luar.
Dengan hati-hati, Mingi bangkit dan melangkahkan kaki yang saat ini sudah terasa lebih baik. Dia ingin segera mengeringkan tubuh atletisnya itu. Namun sial, ternyata gantungan handuk di antara bathtub dan kloset duduk itu kosong.
Tak seperti Mingi, rupanya Yunho tak biasa menaruh handuk bersih di sana. Walaupun demikian, dia bukannya lupa membawa handuk sebelum memutuskan untuk mandi. Hanya saja, dia menggantungnya di seberang sana, dekat dengan pintu.
Akhirnya, Mingi berhasil melewati tubuh polos Yunho yang masih berdiri menghadap cermin lebar di depan wastafel. Namun ketika dia hendak mengambil kain pengering tubuh itu, Yunho sontak menyerukan namanya dengan sedikit panik.
"SONG MINGI!"
Mau tak mau, yang dipanggil mengurungkan niatnya dan menoleh.
"Masih ada mani di lubangmu," ungkap Yunho singkat, tetapi cukup membuat Mingi merutuki diri atas kecerobohannya.
Bagaimana bisa dia melupakan bagian yang biasa dijadikan sasaran utama itu?
Mingi mencoba menengok sisi belakang dari selatan tubuhnya. Tentu saja pandangannya tak menjangkau bagian yang Yunho sebut tadi. Namun, netranya menangkap garis putih putus-putus pada ubin berwarna gelap itu. Dia meringis ketika merasakan masih banyak yang mengalir ke pahanya.
"Mau kubantu? Sini."
Benak Mingi memang sudah tertuju pada shower box yang terletak di seberang posisi Yunho. Artinya, meskipun berniat melakukannya sendiri, dia harus melangkahkan kaki kembali ke arah Yunho. Dia berencana melewati saja Yunho tanpa kata, karena tak punya tenaga untuk menyampaikannya—pita suaranya sudah cukup meregang selama sesi panas tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Thin House 🔞 Yungi
Fanfiction"Aku sudah tak bermain dengan orang lain lagi, Mingi. Namun jika inilah harga yang harus kubayar untuk bercinta denganmu, aku tak masalah mengambil tes setiap hari." "Aku bukan pelacur, bodoh. Dan siapa juga yang mau berhubungan badan setiap hari?"...