Episode 1 (Part 4/9)

16 1 0
                                    

Keesokkan harinya pasca pemakaman tuan Zhang Qiao.....

"Aku gak bisa tidur semalaman terbayang tuan Zhang Qiao menyayat lehernya menghantuiku" cerita sang pelayan di rumah Sua Song.

Tong Qian yang sedang mengambil teh hangatnya juga ikut berbicara, "Arwahnya pasti akan menghantuinya terus menerus. Noda darah di lantai tidak bisa dibersihkan dengan mudah".

"Bagaimana mungkin? Itu adalah darah seseorang yang meninggal dalam kesakitan. Seseorang yang tidak memiliki keadilan" pekerja yang satunya lagi memaparkan kekesalannya pada tuan Sua Song.

"Itu benar. Dia pasti sangat marah dan penuh amarah sebelum dia mati. Saya tidak tahu siapa yang akan menerima kutukannya" pelayan satunya lagi penasaran siapa yang akan menerima kutukan dari seorang tuan Zhang Qiao yang menikahi orang dari kalangan miskin.

"Siapa yang kamu pikirkan? Dia mengucapkannya dengan lantang seperti ini" kata Tong Qian.

"Jika bosnya bersikap lunak terhadap tuan Zhang Qiao, ini tidak akan terjadi. Ini sangat menyedihkan. Katanya, semua orang adalah keluarga mereka berjuang bersama-sama ketika datang dari Tiongkok, mereka saling membantu. Ketika dia mengetahui bahwa tua  Zhang Qiao melakukan sesuatu yang tidak dia sukai, dia tidak menerima tuan Zhang Qiao dan mendorongnya untuk bunuh diri. Kita sebagai orang miskin sebenarnya tersinggung melihat tindakan tuan Sua Song seperti itu ketika tuan Zhang Qiao menikahi wanita miskin dan menganggap semua orang miskin sama padahal tidak seperti itu".

Nyonya Li Chuang dan tuan Sua Song yang mendengar perkataan pelayan itu langsung menghampiri pelayan itu. Pelayan satunya menyadari bahwa nyonya Li Chuang mendengar perkataan si pelayan yang membicarakan hal jelek tuan Sua Song terhadap tuan Zhang Qiao .

"Kalian membicarakan orang yang sudah tidak ada. Apakah hal ini pantas?" tegur nyonya Li Chuang.

Dua pelayan dan Tong Qian terdiam setelah ditegur nyonya Li Chuang.

"Aku tidak ingin mendengar orang-orang membicarakan hal ini lagi".

Tuan Sua Song yang dibicarakan hanya bisa terdiam. Mungkin baginya ini adalah balasan karena dia begitu marah dengan tuan Zhang Qiao yang menikahi wanita dari kalangan ekonomi rendah.

Malam itu menjelang penayangan opera China....

Semua orang berkumpul untuk menyaksikan opera China. Hari ini, keluarga tuan Sua Song akan menyaksikan opera China yang berjudul, "Siluman Ular Putih" berdasarkan kisah dewi ular putih yang bernama Bai Suzhen.

Keluarga tuan Sua Song mencari tempat duduk paling depan. Ketika hendak mencari tempat duduk, Peng Liao si bungsu melihat seorang gadis cilik cantik. Dan akhirnya si bungsu itu pergi namun nyonya Li Chuang mengetahui Peng Liao mengendap-ngendap, "Peng Liao, mau kemana?".

Peng Liao yang diketahui mengendap oleh bundanya hanya nyengir, "Hehehehe Peng Liao ingin berkenalan sama anak itu bunda".

Nyonya Li Chuang menghela nafas. Lalu ia mengizinkan putra bungsunya berkenalan, "Baiklah, silahkan kamu berkenalan pada gadis cilik itu".

Peng Liao tersenyum puas. Akhirnya ia diizinkan bundany untuk berkenalan dengan seorang gadis cilik yang akan menonton opera China juga.

Sementara saat Peng Liao sedang berkenalan dengan gadis cilik itu, keluarga tuan Sua Song mencari tempat duduk paling depan. Mereka duduk paling depan dikarenakan mereka ingin menyaksikan kisah Bai Suzhen.

Tieng Lie, nyonya Li Chuang, dan tuan Sua Song duduk di kursi bagian kanan sementara nyonya Jan Pieng dan Yang Qiong duduk di kursi sebelah kiri. Jika kalian bertanya kemana si bungsu Peng Liao itu? Tentu saja dia berkenalan dengan seorang gadis cilik.

Nyonya Li Chuang yang melihat raut wajah tuan Sua Song pun menenangkannya, "Biarkan sedikit santai. Perasaanmu mungkin akan membaik setelah menonton pertunjukkan ini...".

Tuan Sua Song yang masih merasa kepikiran tuan Zhang Qiao pun menatap nyonya Li Chuang.

"Jadi kamu tidak perlu terlalu memikirkannya".

Setelah mengatakan hal itu, nyonya Li Chuang memegang tangan tuan Sua Song untuk menenangkannya. Seketika tuan Sua Song sedikit lebih tenang setelah nyonya Li Chuang memegang tangannya.

Nyonya Jan Pieng yang berada di sebelah kiri hanya menatap nyonya Li Chuang sinis. Ia merasa tak suka dengan pemandangan itu.

Seorang gadis cilik itu sedang berjalan tiba-tiba saja Peng Liao memanggil dan bertanya padanya, "Kamu mau menonton opera China Siluman Ular Putih ya?".

Gadis cilik yang sedang berjalan itu menghentikan langkahnya dan mengangguk ke arah Peng Liao, "Iya, aku mau nonton opera China".

"Wah sama aku juga mau nonton" kata Peng Liao, "Oiya perkenalkan namaku Jao Peng Liao, aku anaknya Jao Sua Song".

Gadis cilik itu terpana mendengar nama itu, "Ahhh anaknya om Sua Song ya? Aku Zhai Chia Ling semoga kita menjadi teman baik yaa".

"Iya semoga saja yaa" kata Peng Liao.

"Oiya, pertunjukkan sudah mau dimulai. Kamu duduk dimana Chia Ling?".

"Disana, di nomer kedua dari depan" kata gadis cilik bernama Chia Ling menunjukkan arah tempat duduknya.

Peng Liao tersenyum. Ia senang ia duduk dekat Chia Ling, "Waaah kita deketan. Yasudah ayo kita ke tempat duduk kita" ajak Peng Liao pada Chia Ling.

Peng Liao dan Chia Ling pergi ke tempat duduk orang tua mereka masing-masing. Chia Ling duduk bersama keluarganya yang berada di kursi kedua dari depan kursi yang di duduki keluarga tuan Sua Song. Akhirnya Peng Liao duduk disamping Tieng Lie. Tieng Lie menggoda adiknya, "Hmmmm habis bertemu dengan teman baru yaa".

Peng Liao hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya, "Hehehehe iya kak Tieng Lie. Setidaknya aku punya teman baru".

Nyonya Li Chuang yang melihat putranya duduk disamping Tieng Lie bertanya padanya, "Udah ketemu temennya?".

"Hehehe udah dong. Dia ada di belakang kita" kata Peng Liao menghadap ke belakang. Di belakang Peng Liao ada Chia Ling.

Peng Liao tersenyum ke arah Chia Ling begitu juga Chia Ling tersenyum ke arah Peng Liao.

Pertunjukkan opera China Siluman Ular Putih dimulai. Nyonya Li Chuang menghadap ke arah Tieng Lie dan Peng Liao dengan tersenyum.

"Di Lembah Ermeeeeeeeeeei........ Ada Bai Suuuuuuzhen".

Nyanyian tersebut menandakan bahwa pertunjukkan Siluman Ular Putih dimulai. Muncul seorang seniman wanita yang berpakaian layaknya seorang dewi ular putih Bai Suzhen yang menjadi kisah sejarah China. Semua orang bertepuk tangan melihat pertunjukkan opera China Siluman Ular Putih. Tieng Lie sangat terkesan menonton cerita kisah dewi ular putih tersebut.

"Bai Suzhen adalah seekor ular putih..... Tapi dia bermeditasi selama ribuan tahun....".

Yang Qiong tampak mengantuk saat menyaksikan opera China Siluman Ular Putih akhirnya ia tertidur dipangkuan nyonya Jan Pieng.

"Dia menjelma sebagai manusia....."

Rasanya Tieng Lie sangat menyukai pertunjukkan opera China Siluman Ular Putih ini. Tieng Lie sangat terkesan mendengar kisah dewi ular putih tersebut yang sudah terkenal di kalangan Tionghoa selama ribuan tahun. Membuat Tieng Lie berkeinginan bisa tampil sebagai Bai Suzhen seutuhnya.

To Miss, With Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang