08 : Reuni

192 49 11
                                    

Kemarin, setelah perdebatan panjang, akhirnya Rudi Tanubrata mau kembali ke rumah dan menjalani rawat jalan. Rasanya melelahkan membujuk seorang kakek yang merajuk, meminta sang cucu untuk segera menikah hanya karena takut cucunya kesepian ketika dia meninggalkan dunia. Alyssa tidak memberitahu apa yang dia bicarakan kepada Leo yang sempat bertanya penasaran, membiarkan waktu yang memberitahu Leo seberapa berharganya pemuda itu untuk sang Kakek.

Sebagai ganti Rudi yang sudah boleh pulang ke rumahnya, Alyssa harus menerima teror dari Rudi di WhatsApp yang terus-menerus melaporkan kegiatan yang dia lakukan paska tiba di rumah. Tidak, Alyssa tidak merasa benar-benar terganggu. Kabar dari Rudi sedikit menghibur Alyssa dari penantian cukup panjang untuk mendapat kabar dari kontak lain di ponselnya.

Lihat, kan? Dia coba buat makan siang dan nyajiin telor gosong.

Sungguh, sangat hiburan membaca pesan dari Rudi. Pesan di bawah sebuah gambar telur gosong dan juga candid dari sang cucu, Leo.

Aku kira telur semur itu, hahaha😂

Rudi bahkan lebih fast respond dari pria mana pun yang pernah Alyssa kenal.

Dokter, lebih baik saya langsung menetap di rumah sakit dan makan makanan bergizi daripada di rumah dan makan makanan yang akan segera mengirimkan saya ke rumah sakit lagi.

Alyssa tak bisa menahan tawa membaca pesan dari Rudi tersebut dan tawa Alyssa terhenti begitu panggilan masuk muncul di layar ponselnya. Alyssa menahan napas, nama Yeslin muncul di sana dan buru-buru dia mengangkat panggilan tersebut.

"Satu jam lagi gue jemput lo di rumah sakit. Lo gak lupa, kan, hari ini ada reuni?"

Alyssa mengerjap, lalu melihat ke jam yang tergantung di dinding ruangan kerjanya. Sebenarnya, waktu kerja Alyssa sudah selesai saat ini dan Alyssa sudah bersiap untuk meninggalkan ruangan kerja.

"Jemput di rumah gue aja, Yes. Gue gak bawa baju, ini gue baru selesai dan mau balik."

"Al, kan, gue udah ngingetin lo dari kemarin buat bawa baju ganti hari ini. Kantor gue ke rumah sakit lebih deket daripada ke rumah lo."

"Lupa banget gue. Ya, udah. Biar gak ngerepotin, ketemuan di sana aja kali ya, Yes? Lo gak bareng Laras?"

"Laras bareng suaminya."

"Lah, suami lo?"

"Baru balik dinas lusa."

"Ya, terus gimana ini? Gue perlu balik, Yes. Mau ganti baju. Gak bagus banget gue reuni pake baju kerja?"

"Ya, udah, deh. Gue jemput lo di rumah. Yang cepet dandannya."

Alyssa tersenyum sumringah. "Lo emang sahabat gue banget, Yes. Gue OTW pulang, nih."

"Oke, Al. Hati-hati."

Panggilan selesai dan Alyssa menatap layar ponselnya kembali, menahan napas begitu tidak mendapati pemberitahuan yang paling dinantikannya, sejak dua belas jam lalu.

***

Reuni yang dimaksud Yeslin sebenarnya buka reuni besar-besaran. Hanya reuni kecil sekaligus meresmikan restoran milik salah satu teman sekolah mereka dulu di SMA 188. Reuni ini juga disponsori secara penuh oleh orang tersebut dan sejujurnya, Alyssa tidak mengerti kenapa dia juga diundang padahal mereka tidak begitu dekat. Beruntung, Yeslin dan Laras juga diundang jadi, Alyssa masih punya teman di sana.

Mobil Yeslin akhirnya memasuki area parkir sebuah restoran tempat reuni mereka, Yeslin tampak sibuk mencari lokasi kosong hingga akhirnya, dia berhasil mendapatkan tempat parkir kosong di samping sebuah mobil yang membuat dahi Alyssa mengernyit.

"Laras katanya udah didalam. Udah rame."

Perhatian Alyssa teralihkan oleh ucapan Yeslin tersebut, keduanya akhirnya keluar mobil dan bergegas memasuki area di mana reuni diadakan. Benar, sudah sangat ramai restoran tersebut dengan wajah-wajah yang tak asing. Alyssa dan Yeslin menyalami si pemilik restoran sebelum berkumpul bersama teman sekelas mereka dulu, bercakap-cakap ringan sambil menanyakan kabar satu sama lain. Mereka berkumpul di satu meja yang sama.

"Hai, Al."

Sapaan itu membuat perhatian satu meja teralihkan dan Alyssa menahan napas melihat siapa yang saat ini berdiri menatapnya dengan senyuman yang teramat manis. Seorang gadis cantik, dengan penampilan yang memanjakan mata siapa pun yang melihatnya, rambut panjang bergelombang yang sedikit menyisakan warna pirang.

Daniza Andara.

Alyssa berdiri dan balas tersenyum kepada Daniza. "Hai, Dan. Apa kabar?"

Gila. Jika Alyssa bukan wanita, dia sudah pasti akan tergila-gila dengan gadis secantik Daniza.

"I wanna say thanks. Dua hari lalu, nyokap gue berobat dan lo yang nanganin dia. Udah mendingan nyokap gue. Makasih banyak, ya."

Alyssa mengerjap. "Nyokap lo? Yang mana?"

Daniza tersenyum kecil. "Pasien lo pasti banyak banget, ya? Bentar-bentar, gue bantu lo buat ingat."

Gadis itu mengeluarkan ponsel dari tasnya dan tampak menggerakkan ibu jarinya di atas layar sebelum menunjukan layar ponselnya tersebut kepada Alyssa. Menunjukan foto seorang wanita paruh baya yang sedikit Alyssa kenali wajahnya. Alyssa mencoba mengingat hingga sebuah notifikasi di layar ponsel Daniza muncul dan sontak membuat gadis itu menarik ponselnya kembali.

"Ah, gue inget. Nyokap lo yang darah tinggi itu, ya? Bu Susan?"

Daniza mengangguk-anggukkan kepala dengan antusias. "Benar banget! Kalian sempat foto, kan? Dia kasih liat foto sama lo ke gue dan gue langsung ngenalin lo. Lo gak banyak berubah ya, Al."

Alyssa terkekeh. "Ini pujian atau hinaan, nih?"

Gadis cantik yang diketahui banyak orang berprofesi sebagai model itu buru-buru menggelengkan kepala. "Enggak, Al. Mana mungkin gue menghina lo? Itu pujian. Lo sangat awet muda."

"Bisa aja lo, Dan."

"Sumpah, Al. Gimana caranya biar awet muda kayak lo?"

"Lo yang harusnya berbagi tips gimana bisa cantik banget gini, sih, Dan? Style lo juga tambah bagus."

Daniza terkekeh geli. "Percaya gak? Semua barang ini gratis. Ini gue pake barang endorse semua."

"Enak, ya, kalo banyak dapat barang gratis."

"Nanti gue kirim ke lo juga, deh. Gue banyak stock. Masih baru, kok. Anggap aja tanda terima kasih karena lo udah ngobatin nyokap gue."

Obrolan ringan dua orang wanita yang sama-sama pernah mengisi hati seorang Elang Devarra Septian sukses menjadi pusat perhatian seisi restoran yang tahu jelas masa lalu masing-masing. Padahal, selama mereka sekolah dulu, tak pernah ada obrolan seakrab ini antara keduanya.

REDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang