Bab 1

162 16 4
                                    

"Yudis. Lo Yudis, kan?" Tanya seorang pria muda dengan potongan rapi khas pekerja kantoran. Yudis yang mendengar panggilan itu sontak menoleh dan mendapati pria yang tak lain sahabatnya, Andi.

"Andi. Lo disini sama siapa?" Andi menepuk pelan pundak Yudis sebelum mengajaknya untuk duduk di tepi playground. Andi tengah menemani keponakannya.

"Biasa, keponakan. Kalau Lo?"

Jemari Yudis menunjuk seorang gadis kecil tengah bermain ayunan. "Sama Kalea, anak gue."

"Serius?" Andi tidak tahu bahwa selama ini Yudis sudah menikah. Setahu Andi, Yudis memiliki hubungan dengan Sandra. "Sama Sandra?"

Gelengan kepala Yudis layangkan, "Terus lo nikah sama siapa?" Bukannya sok tahu tapi hubungan Yudis dan Sandra itu lebih dari hubungan pacaran. "Sama Nalea, Ibu dari gadis kecil itu."

"Lo selingkuh maksudnya?" Yudis bingung harus menjawab apa, karena sejak awal hubungan ini murni karena kemanusiaan.

"Enggak."

"Terus sekarang kabar Sandra bagaimana?"

Yudis sendiri sudah mencari keberadaan Sandra sejak lima tahun lalu, tetapi keberadaan Sandra seperti ditelan bumi. Orang-orang yang mengenalnya dan Sandra cenderung tutup mulut, entah apa yang terjadi.

"Gue nggak tahu. Sudah lima tahun ini gue cari dia tapi ya lo bisa lihat kalau gue kehilangan jejaknya." Jawab Yudis lesu, setidaknya Andi tahu akan kisahnya dengan Sandra.

"Lo sudah putus dengannya?"

"Gue belum putus, tapi saat kembali ke kota gue kehilangan jejaknya." Yudis terus mencari hingga sekarang.

Andi yang mendengar kabar itu sontak terdiam, ingatannya kembali ke beberapa tahun silam dimana ia tak sengaja bertemu dengan Sandra di salah satu rumah sakit.

"Sandra, lo disini?" Sandra yang tengah berjalan-jalan sontak berhenti dan menatap pria yang mengajaknya bicara. "Andi. Iya gue sudah disini dua hari."

"Sakit apa San?" Sedikit terkejut Andi mendapatinya karena setahunya Sandra tipe perempuan yang menjaga kesehatan.

"Gue keguguran." Jawabnya lirih. Andi yang mendengar berita itu langsung mengucapkan bela sungkawa. "Gue turut berduka cita ya, gue sedikitpun nggak tahu kabar itu."

"Eh, lo kenapa?" Tegur Yudis yang mendapati Andi sedikit melamun. Andi menatap gadis kecil itu sejenak sebelum menatap Yudis. "Lo hamili anak orang?"

Yudis menggeleng, "Gue nggak hamili, tapi gue kasihan sama ibunya yang depresi karena hamil dan ditinggalkan sama pacarnya. Apalagi Bokap gue juga menyuruh." Cerita Yudis singkat. Bayangan akan posisi Yudis yang cukup sulit membuat Andi mengurungkan niatnya.

"Tapi lo kayaknya sayang sama dia." Yudis mengangguk mengingat penilaian Andi, sejak melihat Kalea lahir ke dunia, Yudis merasa jika ialah ayah kandung gadis kecil itu. Apalagi bola matanya yang jernih sangat mempesona.

"Dia sudah gue anggap anak kandung. "

"Pantas."

"Eh lo tadi mau bicara apa?" Tanya Yudis kembali. Namun sialnya Andi memilih bungkam. "Enggak, gue cuma nitip salah saja sama Sandra jika kelak kalian ketemu." Semoga lo nggak menyalahkan diri sendiri setelah tahu anak lo meninggal.

"Lo juga kalau lihat Sandra hubungi gue, nomor gue masih sama."

"Oke. Yaudah gue kesana sebentar." Andi berjalan menghampiri bocah laki-laki yang hampir sama dengannya, bocah yang selalu merecokinya di hari libur atau lebih tepatnya setelah ia pulang dari kantor.

"Kalea, ayo pulang. Nanti Mama kamu cari kamu." Ajak Yudis kepada bocah perempuan yang tengah bermain itu. Kalea yang mendengarkan perintah Papanya sontak keluar dari area bermain dan menautkan tangannya ke jemari Yudis. Interaksi keduanya mampu membuat siapapun yang melihat merasa iri akan kedekatan keduanya.

Tanpa Yudis tahu bahwa keputusannya dulu telah membunuh calon anak kandungnya.

***"

5 Tahun Setelahnya

"San, serius ini lo?" Teriak Tiara saat mereka bertemu di sebuah komplek perkantoran.

Sandra mengangguk dan tersenyum. Sebagai orang yang telah menyelamatkan nyawanya Sandra tak elok tidak menyapa perempuan itu. "Ya Tuhan, terimakasih Engkau memberi kesempatan gue buat ketemu sama lo."

Tiara ingat akan fase kritis Sandra dimana ia harus mencari donor darah untuk bisa membantu temannya itu. Waktu itu stok darah sangat sedikit dan dokter menyarankan untuk mencari pendonor darah. "Ayo duduk dulu." Ajak Sandra ke sebuah kafe yang berada di lantai dasar sebuah gedung pencakar langit.

"Lo baik-baik aja, kan?" Setelah keadaan Sandra pulih, Sandra memilih untuk resign dari tempat kerjanya.

"Baik. Ya meskipun gue jadi kaya gini." Ucap Sandra dengan wajah tersenyum kecut. Tidak mudah untuk sampai di titik ini, tapi Sandra bisa.

"Nggak masalah yang penting lo sehat. Dulu gue takut kalau lo buat hal yang tidak diinginkan." Membayangkan saja Tiara tidak kuat, bagaimana tidak saat Sandra sadar dan tahu bahwa dirinya keguguran itu saja sudah menampar sisi keibuannya.

Sandra mengangguk, dia sudah melewati fase itu. Syukur-syukur Sandra bisa berubah jauh lebih baik. "Lo sudah bisa lihat gue sekarang, jadi jangan khawatir."

"Syukur kalau gitu." Tiara dan Sandra berbicara singkat sebelum memutuskan untuk berpisah. Di mana Sandra harus kembali bekerja di toko kue miliknya. Toko yang ia rintis setelah kejadian yang buruk itu terjadi. Toko kue yang membuatnya kuat setelah ia kehilangan calon anaknya.

"Bu, tadi ada pelanggan yang mau pesan kue untuk ulang tahun cucunya."

"Sudah kamu urus?"

"Sudah Bu, semuanya sudah saya catat."

"Kasih ke bagian dapur biar mereka yang mengerjakannya." Sandra melenggang masuk ke ruangan kecil yang biasa ia gunakan sebagai kantor. Ruangan yang ia desain menjadi dapur dan ruang tamu, karena setelah ia sibuk di luar maka Sandra akan istirahat dengan mengolah adonan kue.

"Bu maaf menganggu waktunya sebentar." Ucap salah seorang karyawan Sandra, Sandra yang tengah duduk untuk beristirahat sontak mendongak menatap karyawan itu. "Besok Pak Budi tidak bisa antar kue pesanannya, apakah Ibu bisa mengantarkannya?"

Hanya anggukan yang Sandra layangkan karena baginya kepuasan pelanggan adalah moto kerjanya. "Terimakasih Bu, saya permisi." Setelah karyawan itu keluar, Sandra melanjutkan istirahatnya yang terganggu. Terkadang ia memang membutuhkan waktu sejenak untuk merefresh pikiran dan moodnya.

Tbc

Sandra (Kala Waktu Kembali) ✔ (Tamat Karyakarsa-KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang