Cerita ini sudah TAMAT di Karyakarsa dan KBM.
Selamat Membaca
Untuk sampai di titik ini Sandra harus jatuh bangun menyelamatkan dirinya sendiri. Dimana kehilangan anak menjadi momen terberat di hidupnya. Saat itu tidak ada orang yang tahu apa yang ia rasakan selain Tito.
Setelah pengajuan resign disetujui, Sandra memilih untuk pergi dari kota. Berbekalkan uang yang ia kumpulkan saat bekerja ia mengikuti kelas bakery. Dan memutuskan untuk membuka usaha ini.
Rasa sakit itu memang masih ada. Tetapi Sandra mencoba untuk mengabaikannya.
"Kenapa kesini lagi sih San." Ucap Tito yang mendapati Sandra tengah duduk manis menengguk minuman haram itu. "Gue butuh."
"Untuk apa? Hidup lo sudah membaik." Tito orang yang dipercaya Sandra dalam segala hal menghampirinya dan duduk di sisi Sandra. "Mungkin, tapi bagi gue ada yang kosong."
Tito menatap prihatin, tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak. "Setiap yang pergi pasti akan datang pengganti asal lo tahu." Ucap Tito mendramatisir. Sebagai orang yang hidupnya terbiasa keras, Tito tipe pria yang terlalu abai akan dunia sekitar. Dimana ia hanya memperhatikan dirinya sendiri.
"Mudah bagi lo karena lo nggak ngrasain kehilangan." Perasaan sebagai ibu jelas itu yang dirasakan Sandra tetapi meratapi semuanya juga bukan pilihan.
Tito mengatubkan bibir, mencoba untuk mencegah lidahnya berbicara. Yang sekarang Tito bisa lakukan hanya satu, yaitu menemani Sandra untuk melepas rasa sakit.
Di lain sisi Yudis tengah disibukan dengan acara buka kado. Dimana acara ini memakan waktu yang cukup lama. "Kalea sayang, nanti saja ya dibukanya." Pinta Yudis dengan wajah yang memohon.
Kalea yang sibuk dengan kadonya sontak terdiam. Ia menatap wajah Papanya, sebelum kembali menatap beberapa kado yang masih tertutup. "Kalea sayang, ayo istirahat dulu. Nanti kita lanjutkan." Bujuk Yudis kembali, bocah perempuan itu menggeleng menolak ajakannya.
"Kalea mau buka semuanya Papa. No tidur."
"Tapi ini sudah waktunya tidur sayang, ayo." Yudis kembali untuk merayu Kalea, namun sialnya itu semua tidak mempan. Hingga kedatangan Naura membuat Yudis bisa bernapas lega. "Mama datang Kalea, kamu sama Mama ya."
Kalea menatap Naura dan akhirnya mengangguk, membuka kado dengan Mamanya tak kalah buruk. Gadis kecil itu bangun dan mengajak Naura untuk membuka semua kado yang ia dapatkan hari ini. "Mama bantu Kalea buka ini semua ya."
Yudis yang melihat interaksi keduanya berjalan keluar dari kamar tidur putrinya menuju ke luar. Tak lupa ia mengambil kunci mobil untuk mengantarkannya ke sebuah toko roti.
Dalam hati Yudis terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang tadi ia lihat tidak salah, ya, tadi adalah Sandra. Perempuan yang ia cari selama ini. Perempuan yang menghilang entah kemana.
Jalanan yang mulai padat membuat Yudis kesulitan untuk lekas sampai. Hingga akhirnya Yudis sampai setelah satu jam perjalanan. Yudis menatap toko kue yang berdiri bersisian dengan beberapa gedung tinggi dimana ia bisa melihat bahwa kue yang dijual cukup banyak. Dari sini saja Yudis bisa melihat beberapa pelanggan membeli dengan jumlah banyak.
"Jika benar ini toko milikmu, syukur kalau kamu baik-baik saja." Ada kelegaan yang menyelimuti hati Yudis. Karena terakhir kali melihat Sandra hanyalah perempuan lemah yang tak memiliki keberanian untuk melangkah.
Dengan keberanian yang Yudis paksakan untuk ada, ia melangkah masuk. Netranya mencari sosok yang ia temui tadi, namun ia tak melihat. Hingga seorang pelayan toko mengajaknya bicara untuk menawarkan bantuan.
"Bisa saya bantu Kak? Sejak tadi Kakak seperti mencari sesuatu?"
"Em... saya cari kue yang biasa untuk anak ulang tahun Kak."
"Oke, saya bantu. Silakan Kakak kemari." Pelayan itu berjalan menuju ke sudut toko dimana disana ada beberapa kue yang biasa digunakan untuk ulang tahun. Yudis memilih untuk mengambil satu yang ada ornamen barbie-nya.
"Kak boleh tanya sesuatu." Yudis berjalan mengikuti langkah pelayan itu menuju meja kasir. "Tanya apa ya Kak?"
"Pemilik toko ini perempuan atau laki-laki?" Ucap Yudis dengan wajah penuh harap.
"Perempuan Kak."
"Em... Yang tadi mengantar pesanan di rumah Ibu Nela, ya?"
Pelayan toko itu mengangguk. "Totalnya dua ratus ribu Kak." Yudis mengambil dompetnya dan menyerahkan lembaran merah ke arah kasir. "Kalau boleh tahu beliau ada?"
Pelayan toko itu menatap temannya sebelum menjawab. "Ibu tidak sedang di toko Kak." Jawabnya penuh pertimbangan. Sudah sering banyak orang yang menanyakan akan sosok Sandra. "Kalau mau menemuinya bagaimana?" Yudis tak mau kalah, karena ini kesempatan untuk dirinya bertemu dengan Sandra.
"Biasanya Ibu datang pagi Kak."
Yudis mengangguk, ia mengambil kuenya sebelum berjalan keluar. "Apakah namanya Sandra Kak?"
"Iya Ibu Sandra." Yudis tersenyum, ia akan kembali lagi kesini esok hari untuk menemui Sandra. Meskipun sekarang ia gagal bertemu dengan perempuan itu, setidaknya esok masih ada kesempatan. Ya, dia harus menemui Sandra.
"Kamu nggak bisa lari lagi San." Aku pastikan itu.
Tekad Yudis untuk mencari alasan kepergian Sandra dan apa yang terjadi di masa lalu sudah bulat. Karena sejak itu juga Yudis merasa ada sesuatu yang hilang di hidupnya meskipun ia mendapatkan seorang anak yang mengisi hidupnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandra (Kala Waktu Kembali) ✔ (Tamat Karyakarsa-KBM)
General Fiction"Sandra... Lo kenapa?" Suara Tiara dengan nada penuh kekhawatiran menyapa gendang telinga Sandra. Tiara yang akan ke kamar mandi kantor dikagetkan dengan tubuh Sandra yang terlentang dengan darah yang mengucur di sela pahanya. "Anter gue...." Sandra...