·08·

563 52 13
                                    

'Selamat makan, jangan skip sarapan and I'm sorry'

'Selamat makan, jangan skip makan siang and I'm sorry'

'Selamat makan, jangan skip makan malam and I'm sorry'

Sudah hampir dua minggu ini, Javiar dapati sekantong plastik yang berisikan sebuah makanan yang tergantung pada knop pintu kamar indekosnya.

Tentu saja dengan sebuah notes dengan kata-kata template setiap waktunya dan selalu di akhiri dengan kata maaf.

Javiar tahu betul siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Jordan yang tengah berusaha kembali membujuknya.

Jika ditanya, apakah ia memakan makanan tersebut?

Jawabannya, tidak semua.

Tidak, tidak. Bukan Javiar tidak menghargai makanan yang sudah diberi, hanya saja, terkadang ia sudah makan terlebih dahulu, sebelum ia melihat bungkusan makanana-makanan itu.

Lalu, kemana makanan yang tak ia makan?

Sebagian ia beri pada teman-teman yang ia temui di kost atau terkadang ia bawa pulang ke rumah, saat ia pulang ke Dago.

Apakah selama dua minggu ini Javiar pernah memergoki Jordan kala ia menyimpan bungkusan itu?

Tidak, belum sekalipun Javiar mendapati Jordan lakukan aksinya itu.

Namun, kali ini sepertinya semesta tengah bermain-main pada Jordan. Karena saat ini, ketika tangannya hendak menggantungkan kantong plastik yang ada pada genggamannya, Javiar membuka pintu.

Baik Jordan maupun Javiar, keduanya terhentak sejenak dengan manik mata yang saling bersirobok menatap satu sama lain.

"Can you just stop it? Gua bisa masak sendiri atau bahkan beli sendiri kok. Lu gak perlu repot-repot bolak-balik Dago-Jatinangor cuma buat gantungin itu." Ujar Javiar dengan nada dan wajah yang begitu datar. Tidak ada senyuman seperti dahulu, kala ia melihat kekasihnya itu.

"Uhm- Okay, sorry kalo ini bikin kamu risih. Aku cuma gak mau kamu sakit karena skip makan." Balas Jordan pelan.

"Gua gak tolol, kalo gua laper ya gua makan. Besok-besok gak usah lagi. Lu malah bikin diri lu capek sendiri tau gak."

"Aku enggak ngerasa capek kok."

"Serah lu dah. Tapi gua beneran peringatin lu ya, besok-besok gua gak mau liat lu gantungin lagi makanan-makanan itu, paham?"

Jordan mengangguk kecil.

"Tapi yang ini kamu makan ya? Aku janji ini yang terakhir." Jordan sodorkan makanan yang ada di tangannya ke arah Javiar.

Lama, cukup lama hingga tangan Javiar bergerak mengambil makanan pemberian Jordan itu.

"Jangan lupa di makan ya. Aku tau maafku gak akan ngembaliin keadaan jadi kayak dulu lagi, tapi aku beneran minta maaf sama kamu atas semua salahku selama ini ke kamu. Semoga kamu mau kasih aku satu kesempatan lagi buat perjuangin kamu lebih dari kemarin."

Diam, Javiar hanya diam tak beri tanggapan apapun atas perkataan Jordan.

"Ya udah, kalo gitu aku pulang ya. Inget, jangan lupa di makan dan jangan sampe skip makan ya. I love you and I really do."

Setelah ucapkan itu, Jordan benar-benar pergi tinggalkan Javiar yang kini mematung dengan tatapan yang kosong. Tiba-tiba saja pikirannya melayang pada kenangan-kenangan dulu, di mana ia dan Jordan selalu tertawa dan merasa menjadi manusia yang paling bahagia di dunia.

Dan, tanpa sadar. Setetes air matanya kini mulai keluar dari mata indahnya.

Buru-buru ia hapus air matanya itu dan melangkah masuk, kembali pada kamarnya.

99% ; sequel of Secret Love (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang